"Ngapain lo? Nguping?" teriakku kepada orang yang barusan memekik karena aku menepis tangannya dengan cukup keras.
"Gue ga nguping, gue lagi ngedengerin lo" ucap Arfan, yak orang itu adalah Arfan.
"Sama aja!!!" balasku sambil membuang nafas kasar.
"Nguping sama ngedengerin itu beda. Gue kasian liat lo ngomong panjang lebar tapi gaada yang ngedengerin"
"Lo gabisa liat gue lagi ngomong sam... " aku terkejut ketika berbalik badan, dan mendapati Sherina yang tengah tertidur pulas. Dan aku yakin dia sedang tidak pura-pura.
Tuhan, aku harap aku tertimpa gajah terbang saja sekarang. Mau ditaruh dimana muka gue. Batinku
Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tangan. Lalu, beberapa detik kemudian Kulepaskan secara perlahan telapak tanganku menjauh dari wajahku, dan berusaha bersikap normal. Sudah kuduga dia sedang cengengesan rupanya.
"Hah, ketawa lo?" ucapku penuh kebencian.
"Lucu aja gitu ngedenger suara batin lo, gue tau kali apa yang tadi lo omongin di dalem hati lo" ucap nya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku.
Aku cukup sukses dibuatnya kaget. Bagaimana dia bisa tau apa yang aku pikirkan mengenai aku ingin tertimpa gajah terbang saja.
Apakah dia adalah mantan dukun? Atau semacamnya? Daripada aku berpikir lebih liar lagi lebih baik aku mengeluarkan perkataanya tadi lewat telinga kiri.
"gu-e gak-per-ca-ya" ucapku penuh penekanan
"Yang penting gue tau wlee" ucap Arfan meledek dengan menjulurkan lidahnya sedikit. Dan ekspresi nya itu membuat perutku mual seketika.
"Iihhhhh gue benci lo Arfaannnnnn!!"
"Rasanya gue pengen muntah dimuka lo" "ihhh gue benciii" teriakku yang mengundang tatapan mematikan dari Sherina yang terbangun dari tidurnya."yaudah by gue ke kantor dulu mau ke bu Dian" ucap Arfan pergi dan menuju keluar kelas karena melihat Sherina yang terbangun.
Arfan sialan, bisa-bisa gue dijadiin lalapan sama Sherina. Dan gue tau pasti Sherina lagi dapet nih. Mati gue. Batinku, sambil menatap punggung Arfan yang mulai menghilang.
"hah" Sherina menghela nafas berat lalu tersenyum miris "kenapa lo ganggu tidur gue? lo teriak-teriak sama siapa" ucapnya dengan suara ringan.
"Maaf ya Sher, ehe g..gue ga sengaja, kalo gitu gue mau ke gerbang dulu" aku langsung beranjak keluar kelas sebelum Sherina menjadikanku lalapan.
••{}{}••
Keadaan kantin tidak ramai seperti biasanya. Tentunya karena seluruh murid kelas X sedang melakukan kegiatan Training Motivation diluar sekolah.
Aku, Lalisa, dan Larit pergi meninggalkan Sherina di kelas. Yang sedari tadi pagi kerjaannya hanya tidur saja. Untung saja hari ini banyak jam pelajaran yang kosong karena banyak guru yang menemani murid-murid kelas X.
"Resh, lo gaada rasa gitu sama Faiz?" tanya Lalisa
"Ada" jawabku dengan mengembangkan senyum termanis, selebar 5 cm.
"Wahh lo bisa jadian dong sama Faiz, Faiz suka lo, lo suka Faiz" ucap Larit sambil bertepuk tangan ringan.
"Rasa teman" jawabku kemudian sambil tersenyum geli. "Lagian lo ada-ada aja Lis,masa gue suka sama Faiz. Sedangkan ya sahabat kita, Fanza. suka sama dia. Gamungkin dong gue nikung" jelasku kemudian sambil menyeruput minuman milikku.
Lalisa dan Larit berdecak sebal. Dan berkomat-kamit mengucapkan kata Ka-sar.
Sebenarnya tempat duduk kami cukup untuk ditempati 6 orang. Ada 6 kursi satuan dan 1 meja panjang yang terbentang diantaranya. Biasanya kami duduk berlima-an disana. Tapi berhubung Fanza yang sedang keluar kota lagi. Dan Sherina yang suasana hatinya sedang tidak mendukung, jadi kami hanya duduk ber-tiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can not Refuse
ספרות נוערBenci dengan sesuatu yang berhubungan dengan laki-laki. Dan, singkatnya ini adalah kisah tentang Aresha yang buta akan perasaannya sendiri.