"Iz, gue bisa jelasin ini sem.." Arfan dengan segera melepaskan genggamannya.
"Gua gak papa Fan" ucap Faiz menyela Arfan.
"Beneran?" Arfan memegang dahi Faiz hati-hati, berharap dia sekarang sedang tidak sakit. "Gila, panas!"
"Bangsat lo, orang gue ga sakit juga!" ujar Faiz seraya memberi senyum hampa tak berarti, tidak seperti biasanya ke Aresha.
"Fan, gue mau ngomong sih sama lo tapi eye to eye" Faiz menunjuk matanya dengan jari telunjuk dan tengah, kemudian beralih ke mata Arfan dengan jari yang sama.
"Idih najis lo, pake bahasa munafik segala. Pen muntah gua dengernya!" Arfan memegang perutnya dan berlagak seperti orang yang sedang muntah. "Yaudah Ayok" seraya menarik lengan Faiz. "Lo ke kelas duluan aja sana Resh" suruh Arfan pada Aresha yang masih mengumpat dan menggosok-gosok hidung nya dengan tangan.
"Ada apa? Serius banget kayanya" tanya Arfan tanpa basa-basi saat sudah sampai di pelataran parkir sekolah.
"Tentang Aresha" jawab Faiz, dia menatap mata Arfan sesaat. Sedangkan Arfan hanya mengangkat kedua bahunya. "gua tau, lo suka kan sama dia?"
Deg.
Pertanyaan itu membuat Arfan tersedak walaupun sedang tidak minum ataupun makan. "hmmm"
"Selo ajasih, gua gak akan marah asal lo jujur sama gua!"
"Hmmm, Menurut lo gemana?" tanya Arfan balik.
"menurut gua sih iya"
"yaudah" jawab Arfan singkat "Lo kok gak marah sih gua ngegandeng tangannya si Aresha?"
"Gua capek Fan sama jalan pikirannya Aresha, gua udah berusaha jadi yang sempurna dimata dia. Dia tetep nolak gua, gua gangerti sama perempuan. Gua gak mau suka sama perempuan lagi, gua kapok" jelas Faiz yang mendapatkan sorotan tak mengerti dari sahabat didepan nya itu.
"Gak mau suka sama perempuan lagi?" tanya Arfan kemudian sambil mengerutkan alis sedalam-dalamnya.
"Iya, gua maunya suka sama lo aja, kita saling mengerti kan?" lanjutnya, yang membuat mata Arfan hampir tergelinding dari tempatnya.
"Lo gila Iz??, sumpah gua gak ada waktu bawa lo ke RSJ. Gua ada ulhar mtk" Arfan mulai beranjak dari sana.
"Gua suka nya eloooo titik" ucap Faiz sambil menarik-narik tangan Arfan manja.
"Sumpah becanda lo gak lucu banget Iz!!, lepasin bego!"
"Dih anjir sejak kapan lo jadi serius gitu?" tawa Faiz seakan memecahkan gendang telinga Arfan.
"Dasar kampret lo!, terus mau ngomong apa lagi?"
"Gue suka sama Cretta Fan" ujar Faiz lagi setelah selesai tertawa.
"Cretta bukan cewe baik-baik Iz, tapi kalo lo maksa. Lo harus hati-hati aja" ucap Arfan seraya menepuk-nepuk bahu Faiz ramah, lalu beranjak dari sana karena suara bel telah memekakkan telinga. "Gue duluan ya"
--
"Resh, lo mau ikut ke sini gak?" tanya Larit seraya menunjukkan kartu undangan sweet seventeen dari Cretta.
"gue sih ikut aj.."
"aaaaaaaaa demi apa gue ditembak sama Luthfiiiiiiiii!!!!!!!" teriak Lalisa saat baru saja memasuki ruangan kelas. Untung saja di kelas hanya ada Aresha dan sahabatnya, jadi mereka lebih leluasa mengobrol hingga berteriak tentang rahasia sekalipun.
"Sumpah lo?!" tanya Sherina dengan gelagapan.
"iyaaa Sherr, Ja, Rit, Resh!"
"bused lengkap bener yak tu nama disebutin semua" ledekan Larit berhasil membuat mood Lalisa anjlok seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can not Refuse
Teen FictionBenci dengan sesuatu yang berhubungan dengan laki-laki. Dan, singkatnya ini adalah kisah tentang Aresha yang buta akan perasaannya sendiri.