Pagi itu, suasana kekeluargaan terasa begitu kental dimeja makan Keluarga abah Rama. Sarapan pagi, yang menjadi rutinitas setelah abah dan mamah Rengganis menikah 2 bulan sudah. Jika sebelumnya Raya-Mondy tinggal terpisaha tapi kini bersatu dalam satu atap. Dan tentu tak luput dari pengawasan abah Rama dengan jargonnya."Neng, kemod nanti pulang ngampus, langsung pulang ya"
Raya dan Mondy menghentikan makan mereka, menatap penuh selidik pada abah.
"Emangnya ada apa bah?" Tanya Mondy
"Ada yang mau abah omongin" Jawab abah, Raya dan Mondy mengangguk.
Tak lama kemudian Raya dan Mondy berdiri. Akan berangkat ke kampus. "Mondy sama neng, berangkat dulu ya bah,mah"
Keduanya mencium tangan abah Rama dan Mamah Rengganis bergantian."Assalamualaikum.."
"Waalaikum salam"
Setelahnya keduanya segera berlalu keluar rumah. Hari ini mereka akan pergi dengan satu motor (boncengan) karena motor Raya diservis dan dengan segala rayuan akhirnya abah mengizinkan untuk keduanya boncengan meski dengan jargon andalan yang harus dipatuhi.
Mondy menaiki motor ninja hijaunya yang sudah ada didepan rumah. Mengambil helm untuk Raya. mereka bersitatap beberapa saat, sama-sama memasang senyum. Mondy memakaikan helm kekepala Raya.
"Makasih ya a' " Ucap Raya. Hendak menaiki boncengan namun, Mondy mencegal tangannya membuat Raya mengurungkan niatnya. Kembali keposisi disamping Mondy. Lalu melepas kembali helmnya.
"Please, aku mohon sama kamu. Kalau kita lagi berdua jangan panggil aa' eneng lagi" Mondy berjeda, tatapannya berubah menjadi lebih dalam. Tangannya beralih menggenggam tangan Raya. "Aku gak suka" Lanjutnya. Lalu menghembuskan napasnya.
Raya tersenyum lembut, satu tangannya mengelus punggung tangan Mondy yang sedang megenggam erat tangannya. Ia tau, Mondy lebih suka panggilan mereka dulu, saat Abah dan mamah Anis belum menikah. Panggilang sayang mereka.
"Yaudah, iya sayang..jangan cemberut lagi dong" Raya melepaskan genggaman tangan Mondy, mencubit pipi pemuda itu gemas. Menariknya supaya tersenyum.
Perlahan air wajah cemberut Mondy berubah menjadi senyuman yang mampu memikat siapa saja termasuk Raya didepannya. "Yaudah, berangkat yuk" Mondy mengangguk, Raya memasang helmnya dan menaiki motor ninja hijau itu.
"Pegangan" Suruh Mondy dibalik helmnya. Raya tersenyum kecil, lalu memeluk pinggang Mondy.
Mondy melajukan motornya membelah ibu kota. Sengaja ia memelankan laju motornya, supaya bisa lebih lama bermesraan dengan Raya diatas motor. Rasanya sudah lama mereka tak seperti ini.Mereka sampai dikampus, ternyata masih ada beberapa menit kelas dimulai. Keduanya berjalan beringan, dengan tangan saling menggenggam.
"Abah kira-kira mau ngomong apa ya? Tumben kok kayaknya serius amat" Kata Raya, pertanyaan diawal kalimatnya membuat Mondy menjawab "aku juga gak tau. Tapi yang pasti bersifat penting. Ya karena biasanya abah kalau ngomong kan tinggal ngomong aja, tadi waktu sarapan juga bisa tapi kenapa mesti pulang ngampus" Balas Mondy. Raya mengangguk, juga ikut penasaran.
"Say---"
"Woyyy..." Baru saja Mondy ingin memanggil. Namun sorakan dari arah belakang mengganggu mereka. Kenal betul siapa yang datang.
"Waduh..kalian ya..jaga jarak amannn!" Ucap Iyan bersamaan dengan dengan melepaskan tautan tangan Raya dan Mondy dengan gaya khasnya. Yang selalu heboh tanpa mengenal tempat, kapanpun dan dimanapun.
"Gue bilangan abah tau rasa lo berdua" Tambah Iyan lagi.
Mondy mendengus "Ganggu aja lo yan"
Iyan lalu terkekeh keras.lainnya hanya bisa tertawa. Bukan hanya ada Iyan disana namun, Boy Reva, Haikal dan kirang dua personil, Melly dan Cindy membuat Raya mencari-cari keberadaan duo jahil itu.
YOU ARE READING
True Love
FanfictionMelanjutkan sebuah drama di layar kaca fav yang tiba-tiba Tamat begitu saja. Ending yang tidak memuaskan membuat otak saya kembali berimajinasi dan akhirnya menuangkannya kedalam sebuah cerita versi saya. Mohon maaf bila alur cerita tidak sesuai den...