"Sayang...""Hemm..."
"Honeymoon yuk"
Raya menatap Mondy, apakah suaminya itu serius? Bukannya Raya menolak tapi hanya saja. Menurutnya Mondy terlalu berlebihan. Semua tak seperti yang di rencanakan, saat Mondy menyatakan jika ingin menikah dengannya, dengan persetujuan pernikahan di lakukan sederhana. Yang akhirnya Mondy ingin lebih, melakukan foto pre wedding dan sekarang mengajaknya untuk honeymoon?
Raya masih diam, mencari jawaban yang pas kepada Mondy yang masih menunggu jawabannya.
"Yank,, gimana?" Mondy bertanya, beberapa saat lalu Raya mengangkat wajahnya. .
"Emhh...gimana ya?" Raya masing dalam kebingungan, bibir pink itu menjadi pelampiasannya dengan mengigit bibir bawah, tanda jika si pemilik dalam kegelisahan. .
"Ray...aku mau secepatnya ada Mondy junior di sini" Mondy mempertipis jaraknya, ia mengelus perut rata Raya.
Otomatis matanya terpejam, merasakan setiap sentuhan Mondy di perutnya. Membuat tangannya ikut menyentuh di sana, apakah akan ada RaMon junior di sana? Raya tersenyum, ia membayangkan jika saat hamil nanti.
Saat Raya menatap Mondy, mata mereka bertemu dengan dekat, jarak hampir sejengkal saja. .
"Please..." Mohon Mondy, menatap nanar Raya. Berharap jawaban 'iya' di lontarkan sebagai persetujuan.
Raya berpikir sekali lagi, jawaban kali ini harus tepat. Mungkin tak ada salahnya jika ia menerima. Toh, ini permintaan Mondy, suaminya yang wajib di turutinya.
"Iya deh....aku mau"
Senyuman terbit dari bibir Mondy. Jawaban Raya adalah yang di harapkannya. Refleks, sebuah pelukan terjadi begitu saja. Lalu lalang mahasiswa dan mahasiswi tak di pedulikannya. Yang ada dalam benak Mondy adalah Raya hanya miliknya, untuk kapanpun. .
"Kalau mau mesum jangan di kampus!" Mereka melepas pelukan, ada 2 cewek di dekat mereka yang tadi mengeluarkan suara. Sambil menatap sinis. Cewek, yang memang tak suka hubungan RaMon. Teman Bella. Tapi, tidak ada Bella di sana.
"Jadi cewek kok mau aja. Dasar gak punya malu" Salah satunya berceletuk lalu berlalu dari sana. Tak di pungkiri itu membuat Raya kesal, sakit hati juga. Bagaimanapun, ia masih ingat siapa yang telah memfitnahnya, yang menuduhnya MBA beberapa waktu lalu. Hingga fitnah sudah berhenti saat turun tangan. . .
"Udah...jangan di fikirin ya..mereka cuma iri sama kita" ujar Mondy menyakinkan Raya. Meski Raya tak menunjukannya tapi Mondy tau jika Raya sakit hati.
"Pulang yuk..nanti di lanjutin di rumah aja" Ajak Mondy. Raya mengangguk. Mereka menuju parkiran, mengambil si hijau. Menikmati lagi masa-masa pacaran sehabis menikah di atas kuda besi itu.
****
"Arghhhhhhhh......"
Benda yang tadinya berdiri manis di atas meja rias itu menjadi jatuh berserakan ke lantai. Si empu perusak sama sekali tak memperdulikan itu. Amarah mengusainya. Ia menatap diri dari pantulan cermin.
"Gue...gak bakal biarin kalian hidup tenang, Dan gw bakal hancurin rumah tangga kalian berdua!" Bella berbicara sendiri, tangannya menunjuk-nunjuk ke cermin. Amarahnya mengobar saat melihat Bayangan Raya Mondy ada di sana, tersenyum mengejeknya.
"Arhhhhh..."
PYARRR
Kaca cermin retak akibat lemparan keras botol parfum berbahan kaca itu. Sama sekali tak memperdulikan jika itu bisa mencelakainya.
YOU ARE READING
True Love
FanfictionMelanjutkan sebuah drama di layar kaca fav yang tiba-tiba Tamat begitu saja. Ending yang tidak memuaskan membuat otak saya kembali berimajinasi dan akhirnya menuangkannya kedalam sebuah cerita versi saya. Mohon maaf bila alur cerita tidak sesuai den...