Warning 18+***
Raya memejamkan matanya. Menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Keindahan pantai kute bisa dilihat dari balkon kamarnya. Tak salah Mondy memilih untuk menginap di resort hotel satu ini. Lokasinya strategis dan mampu membuat matanya terus mengedar ke pemandangan yang sangat mempesona itu. Saat ia melirik arloginya, sebentar lagi pukul 6. Ia melihat langit, sudah mulai memancarkan warna jingganya. Sangat cantik.
Saat ada tangan besar yang melingkari tangannya, Raya hanya bisa tersenyum dan menikmati aroma maskulin dari tubuh yang dikenalnya, Mondy.
"Udah selesai?" Tanya Raya. Saat sudah kembali ke hotel, Mondy memasuki kamar sejenak sebelum izin untuk menemui Oky, Ifan dan Bocin di kamarnya yang selantai dengan kamarnya. Entah kebetulan atau bagaimana. Ketiga cowo itu bisa menginap di hotel yang sama. Dan Raya memaklumi saat Mondy kesana. lagipula, jika Mondy berlama-lama di kamar pasti akan segera menagih jatahnya. Ia ingin menunda sementara, untuk menikmati pemandangan eksotis itu untuk beberapa lama.
"Hmm, gak bisa lama-lama. Kangen sama kamu" Balas Mondy. Raya mencebikan bibirnya, bibirnya tak bisa untuk tidak tersenyum.
"Gombal" Desis Raya, ia memejamkan matanya kembali larut dalam hangatnya pelukan Mondy dari belakang.
Tubuh Raya menegang saat merasakan ada yang mengelus area dadanya. Dan secara jelas ia merasakan saat elusan itu berubah menjadi remasan lembut. Meski Mondy meremasnya dari luar, tapi efeknya seperti menyengat tubuhnya. Dress tidur tipis tanpa bra yang membuat setiap sentuhan Mondy begitu amat sensitif untuknya. Di susul dengan bibir lembut milik Mondy yang menjelajahi tengkuk, leher, dan bahunya.
Raya membuka matanya, bukan sekarang. Ia masih ingin menikmati senja tak lama lagi. Disentuhnya tangan Mondy yang masih bergerilya disana "jangan sekarang ya" Tahannya, Raya membalikan badannya. Menatap sorot kecewa yang ada di mata Mondy. Sebenarnya, Raya tidak ingin menolaknya tapi ia maaih ingin menikmati senja.
"Kenapa?" Tanya Mondy
"Aku masih mau menikmati senja gak lama lagi, yank. Habis itu, terserah kamu" Jelas Raya. Perlahan senyuman Mondy kembali terpancar, tangannya melingkari bahu Raya dan mengecup singkat pipinya.
"It's okey. Kita bakal menikmati senja dari sini. Berdua" Ada penekanan di kata terakhir Mondy. Raya menurut, itu lebih menyenangkan.
Tidak lama, langit semakin berwarna jingga. Kilauan lampu dari jalan Raya semakin menambah keindahan tersendiri. Posisi masih sama, Mondy melingkarkan tangannya diperut Raya dengan nyamannya sambil memandangi langit yang memancarkan warna jingganya.
"I Love U my wife"
"I Love U too my husband"
* * * * *
"Esst..ahh..Mondyy" Raya terkulai lemas. Orgasme melandanya beberapa kali. Pandangannya tidak begitu jelas melihat Mondy yang berada diatasnya, masih bergerak.
"Ahh" Mondy masih bergerak, menandakan belum mencapai puncaknya. Saat dirasa tenaganya sudah cukup, Raya kembali bergerak. Berusaha membantu Mondy menuntaskannya.
Semakin lama, hujaman itu begitu dalam, menyentuh g-spotnya. Tubuhnya ikut bergerak tak beraturan.
Semakin lama, hujaman itu begitu dalam, menyentuh g-spotnya. Tubuhnya ikut bergerak tak beraturan. Jari-jari Mondy ikut meraba payudaranya. Diikuti dengan lumatan lembut dimulutnya. Entah bagaimana cara Mondy yang ahli membuatnya terbang karena perbuatannya. Dirinya belum pernah tersentuh, menyerahkan kehormatan pada suaminya dan bagaimana hubungan intim berdasarkan cinta mereka.
Dalam tempo geraknya, Mondy melepaskan puting susu itu dan menatap hangat wajah Raya yang telah memperhatikannya.
"Kamu makin cantik kalau begini..." Mondy menyentuh wajah Raya yang memejamkan matanya saat ia menyentuh. Mondy mengamati lekukannya, mata bulat yang begitu indah, hidung mungil, bibir seksi yang menjadi candunya yang berakhir dengan bibirnya menyentuh lembut bibir Raya.
Hingga erangan itu menjadi satu bersamaan dengan menyemprotnya cairan keduanya. Selama beberapa saat, mata sama-sama terpejam. Menikmati sisa-sisa pelepasan. Hingga Mondy berbaring disamping Raya. Memeluk tubuhnya dari samping. Sambil menenggelamkan kepalanya di leher Raya.
Raya belum bereaksi. Dapat ia rasakan milik Mondy yang belum dicabut. Tapi ini belum akhir, Raya harus mempersiapkan fisiknya. Karena tak lama lagi, Mondy akan meminta kegiatan panas beberapa saat lagi.
"Sayang" Panggil Mondy lembut, ia menarik kepalanya.
"Hmm?" Raya memiringkan tubuhnya agar berhadapan dengan Mondy.
"Kira-kira. Udah ada Mondy junior belum ya di rahim kamu?" Tanya Mondy dengan wajah lucunya yang seketika membuat Raya terkekeh. . "Kenapa malah ketawa? Aku gak lagi lawak Ray" Kata Mondy mengernyit melihat sisa-sisa tawa Raya.
"Abisnya muka kamu kaya bayi kalau lagi kaya tadi" Balas Raya, ia sudah berhenti tertawa meski senyumannya masih ada.
Raya memperhatikan wajah Mondy, cerah dan damai. "Masalah itu, kita serahin aja sama Allah a' "
Mondy tersenyum, semakin mengeratkan pelukannya "hmm, cepat atau lambat. Kita harus siap untuk kehadirannya nanti" Ucap Mondy lembut.
"Iya, tapi aku masih gak percaya ini deh, Mon" Raya mengangkat kepalanya, agar lebih leluasa memandangi wajah Mondy. . "Maksud kamu?" Tanya Mondy balik, tangannya masih bergerak lembut mengusap rambut hitam legam Raya.
"Ya masih gak nyangka kalau kita beneran udah nikah dan..." Raya menggantungkan kalimatnya, malu jika melanjutnya kalimatnya. Lebih memilih untuk membenamkan kepalanya di dada telanjang itu.
"Dan apa?" Tanya Mondy sambil tersenyum geli.
"Gak jadi" Ucap Raya cepat, masih enggan untuk memandang Mondy lagi. Lebih baik menatap lainnya.
"Pokoknya, apapun yang terjadi aku tetep cinta kamu. Kamu siap kan jadi ibu dari anak-anakku nanti?" Mondy menangkup wajah Raya.
Raya mengangguk "Aku siap"
Mata keduanya terkunci satu sama lain. Mengutarakan segala rasa yang hanya hati mereka sendiri yang tahu. Raya merasa pandangannya kabur, ada air yang menggenang di pelupuk matanya."Kamu kenapa Ray?" Tanya Mondy lembut, mengusap pipi Raya.
Raya menggeleng kecil dan menyentuh tangan Mondy yang berada di wajahnya "Aku tuh cuma terharu, punya suami yang sayang banget sama aku"
"Yaiyalah aku sayang sama kamu. Lagian nih ya, gak mungkin aku nikahin kamu kalau gak ada rasa tertentu" Balas Mondy ia tersenyum hangat.
Mereka kembali berpelukan, dengan mata terpejam. Meresapi apa yang menjadi kenyaman saat itu.
"Besok pagi, kemana? Di hotel aja apa keluar?" Tanya Raya memecah keheningan.
"Ini jam berapa sih?" Tanya Mondy balik.
Raya mendengus "ada jam, kenapa gak liat sendiri sih?! Ini jam delapan lebih delapan menit"
"Jalan yuk yank?" Ajak Mondy
TBC
YOU ARE READING
True Love
FanfictionMelanjutkan sebuah drama di layar kaca fav yang tiba-tiba Tamat begitu saja. Ending yang tidak memuaskan membuat otak saya kembali berimajinasi dan akhirnya menuangkannya kedalam sebuah cerita versi saya. Mohon maaf bila alur cerita tidak sesuai den...