Hamil?

1K 82 6
                                    


"Keluar yuk?" Ajak Mondy. .

Raya diam, berfikir sejenak sebelum mengangguk. Keadaan malam hari kota bali, rasanya akan memanjakan malamnya. Mondy beranjak dari ranjang, memakai kembali boxernya dan berlalu menuju kamar mandi. Raya hanya mengedikan bahu dan memejamkan matanya, tubuhnya ia senderkan di kepala ranjang. Beberapa saat, Raya kaget,  Mondy mengangkat spontan  tubuhnya. Dibawa menuju kamar mandi.

"Ishh..Mondy, turunin gak?!" Ancam Raya. Karena kemungkinan besar, Mondy akan kembali melakukannya.

"Gak ada penolakan.." Mondy menurunan Raya, menyentuh ujung bibir Raya dengan jari telunjuknya.

"Kita mandi bareng"
Dan lantas Mondy memasukan Raya kedalam bath up disusul dirinya yang ikut menenggelamkan tubuhnya. Posisi mereka saling berhadapan.

Raya menahan tangan Mondy yang akan menyentuh lengannya. Menatap tajam "Mondy aku gamau sekarang ya, capek tau"

Mondy memicingkan bibirnya, ia menghela nafas dan mau tak mau mengiyakan ucapan Raya "Iya iya, cukup grepe-grepe boleh donk?" Senyum nakalnya muncul kembali.

"Boleh pegang, asal gk lebih!" Tambah Raya, terdengar galak.

Sekali lagi, Mondy berdecak dan mengiyakan saja kegalakan istrinya

"iya, iya"

Saling usap, saling raba dan di iringi dengan kikikan akibat menyadari tingkah masing-masing.

Saat acara mandi berlangsung, terdengar samar-samar suara  ketukan pintu yang terdengar oleh Raya.

"Yank, ada yang ngetuk pintu" Kata Raya. Mondy menajamkan pendengarannya.

"Ganggu aja sih.." Dumelnya.

"Ih Mon, gak boleh gitu ah. Cepet keluar, tapi pake bajunya. Trus bukain pintunya" Ucap Raya. Mondy dengan malas beranjak, memgambil handuk dan mengeringkan tubuhnya lalu memakai celana dalam-boxer-dan T-shirt putih berkerah v-nya. Sebelum membuka pintu ia berkata

"Tunggu ya, aku gak lama kok"

"Ishh, cepetan sana!" Ucap Raya dengan nada mengusirnya

Mondy membuka pintu, ia tak melihat ada orang. Kepalanya mencondong, menoleh keluar, tidak ada tanda-tanda orang yang sehabis mengetuk pintunya "siapa sih?" Gumam Mondy, mungkin saja orang iseng. Saat akan menutup pintu, matanya tak sengaja menangkap kebawah----tepat di depan kakinya, ada sebuah kotak hitam berukuran sedang disana. Mondy menoleh-noleh lagi, berusaha mencari siapa pengirimnya. Namun, tidak ada orang. Mondy berjongkok, mengambil kotak itu dan membawanya kedalam.

Diletakan cuek di sudut ranjang dan kembali ke kamar mandi. Lantas ditemukannya raut wajah penuh penasaran istrinya, membuatnya dengan segera memasukan diri kedalam bath up.

"Siapa?" Pertanyaan pertama yang dikeluarkan Raya.

"Gak tau, pas lihat gak ada siapa-siapa. Aku cuma nemuin kotak di depan pintu" Jawab Mondy, wajahnya tak menunjukan reaksi apapun.

"Apa isinya?" Tanya Raya penasaran.

Mondy mengangkat bahunya dan berucap "Belum aku buka"

"Seharusnya dilihat dulu apa isinya!" Protes Raya, jika saja ia sudah menyelesaikan ritual mandinya, ingin segera membuka apa yang ada dalam kota, entahlah ia jadi penasaran.

"Udahlah, nanti aja"

  ****

Pintu kamar mandi terbuka, memunculkan Raya dan Mondy dengan handuk melilit di tubuh keduanya. Bersyukur, Mondy tidak macam-macam. Setidaknya, Raya lebih kepo apa isi kotak itu.

"Ehh...Ray...Jangan dibuka dulu!" Cegah Mondy ia mengambil pakaiannya di almari, melihat Raya yang berniat membuka kotak membuatnya waspada jika itu sesuatu yang berbahaya. Dengan buru-buru Mondy memakai dalaman--ripped jeans--kaos dan mengambil jaket kulit hitamnya.

Ia menghampiri Raya yang masih duduk di sudut ranjang, dengan kotak hitam tersebut di sampingnya.

"Kenapa sih gak boleh dibuka?" Tanya Raya, setengah kesal.

Memperhatikan Mondy yang berjalan dan duduk disampingnya.

"Penasaran tau gak" Gerutu Raya. 

"Ya kalau benda bahaya gimana?" Tanya Mondy tangannya menyentuh kotak itu.

"Kamu kira bom gitu?!' Tanya Raya, kekesalannya belum hilang.

"Ya bisa jadi kan. Apalagi ini kan gak jelas siapa pengirimnya, sayang" Kata Mondy, perlahan ia membuka penutup kotak. Mengintip dari celah kecil. Karena tidak jelas, Mondy membuka lebih lebar.

Seketika matanya melebar "Astaga!" Pekiknya, Mondy menjauhkannya, sambil menutup hidungnya. .

Raya yang tadi ngambek manja, menoleh saat mendengar pekikan Mondy. "Ada apa mon?" Tanyanya mulai khawatir melihat wajah Mondy yang kaget. "Bangkai tikus" Jawab Mondy, suranya tidak jelas.

"APA?!" Teriak Raya, refleka ia berdiri dan menjauh. Sedikit mengintip isi dalam kotak. "Mon, buang gih!" Suruh Raya, tak tahan dengan baunya yang bisa membuatnya mual.

Mondy segera beranjak untuk membuang. Sementara Raya masuk ke kamar mandi. Perutnya terasa mual dan seketika muntah.

"Huekk...huekk....huek" .

Mondy yang sudah selesai membuang, langsung menuju asal suara muntahan yang ia kenal itu Raya. Dan benar saja, di wastafle, Raya muntah-muntah. Ia mendekat dan mengusap tengkuk Raya.

"Kamu kenapa?" Tanya Mondy lembut. Raya mengambil tissue dan mengelap mulutnya. Tak ada yang ia muntahkan hanya cairan saja.

Raya menatap Mondy tersenyum kecil lalu menggeleng dan keluar.

"Gak tahan sama baunya tadi" Jawabnya saat berjalan memuju ranjang.

"Ray....jangan-jangan kamu hamil?!"
Dengan wajah antusias, Mondy berpindah posisi. Lalu, menelusuri Raya dari bawah hingga atas, mungkin firasatnya bisa benar.

"Apaan sih kamu. Ya gak lah, kita nikah aja belum sebulan monn" Raya berjalan keluar kamar mandi, mengusap kecil peluh didahinya. Dengan wajah tanpa ekpresi yang lebih tampak lesu itu, Raya mencari-cari pakaian yang ingin dikenakannya.

Mondy beranjak dan berdiri dibelakang Raya, yang masih mencari baju disana. Tidak bisa menahan keinginan untuk memeluknya dari belakang. Mondy sangat suka moment ini, cukup sederhana, sebuah pelukan, dan mengklaim bahwa Raya hanya miliknya.

"Mon?! Lepasin ah, aku mau ganti baju nih!" Raya menggerakan tubuhnya. Dengan sebelah tangan membawa pakaian, dan dengan tangannya yang lain ia mencoba melepaskan tangan yang mengurung tubuh mungil itu. Mesku jujur, Raya menyukai pelukan nyaman itu, semenjak pelukan pertamanya dengan kala itu.

Masih dimasa-masa SMA, Pacaran, dan Mondy menyatakan cinta padanya, di kos-annya. Hingga mereka resmi berhubungan malam itu, dengan sepakat menjalinnya secara diam-diam atau backstreet dan hubungan itu sempat putus nyambung. Mungkin khilaf karena nafsu, atau hanya sebatas sebagai petunjuk ikatan, beberapa kali kontak fisik, lebih dari pegangan tangan, pelukan dan ciuman--cium pipi. Dan hal yang paling dibanggakannya, Raya berhasil menjaga kesuciannya, first kissnya hanya untuk Mondy yang 2 minggu ini sudah mejabat sebagai suami sahnya. Mengingat memori-memori itu, Raya memerah. Rasanya, begitu banyak cinta dan sayang, hingga sulit untuk mengungkapkannya.

"Hey.."

Raya tersadar, ia membalikan tubuhnya.

"Emhh..tunggu ya, aku ganti dulu" Agak gugup, Raya berniat berlalu, tapi lebih dulu Mondy menahannya.

"Apa lagi?" Raya berhembus kasar.

"Kamu yakin mau pake baju itu?" Mondy bertanya heran. Raya menaikan sedikit alisnya "Emang kenap-" Raya melongo, saltum. Lalu nyengir kuda, kurang fokus.

"Nah kan? Sayang, sayang Yaudah cepet ganti gih, keburu malam. Nanti cuma bisa bentaran" Ucap Mondy, dan membuka pintu lemari lebih lebar.

Raya memasukan pakaian tidur itu lalu mencari apa yang cocok dipakainya dan segera mengenakannya, sedikit terburu.

True LoveWhere stories live. Discover now