Tiba dirumah, mereka lantas masuk. Sudah ada abah dan mamah anis di sofa didepan televisi."Assalamualaikum"
"Waalaikum salam"
Keduanya bersalaman lalu duduk disofa panjang.
"Etah...ini kenapa dempetan?" Abah melotot dengan khasnya. Raya dan Mondy menggeser untuk menjauh. "Kemod, kamu kesini!" Abah menunjukan single sofa berbeda. Mondy menurut dan pindah kesana. Setiap berhadapan dengan abah ya begitulah. Hal sekecil apapun dipermasalahkan.
"Abah, mau ngomong apa?" Raya membuka suara. Abah menatap mamah Anis lalu berdehem.
"Jadi gini. Neng Raya, Mondy. Abah sama mama mau ngomong serius sama kalian" abah berjeda, menatap bergantian Raya dan Mondy "Soal pernikahan kalian" lanjutnya.
Raya dan Mondy hanya saling pandang. Sudah menduga ini yang akan dibicarakan abah. Rencana pernikahan yang sudah dibicarakan jauh hari. Tapi, belum menemukan tanggal yang pas. Apalagi sejak kejadian penculikan Raya tempo lalu. Abah semakin was-was dan ingin secepatnya menikahkan Raya dan Mondy.
"Kalian gimana? Abah sama mama mah setuju aja"
Raya tak tahu menjawab apa, ia hanya menatap Mondy yang juga menatapnya. Seolah saling berkomunikasi dengan sorot mata satu sama lain. Mondy ganti menatap abah, dan mama yang masih menunggu jawaban keduanya.
"Abah, mama. Gimana ya, pernikahan adalah impian kita. Tapi, mungkin perlu dipikirin matang-matang dulu" Raya menyahut sesekali menatap Mondy. "Apalagi Raya merasa belum siap jadi istri yang baik..semua masih perlu dibelajar"
"Neng, masalah jadi istri yang baik nanti mamah ajarin. Kamu sudah bisa masak juga kan. Udah tinggal menyiapkan mental menjadi istri setelah menikah" Imbuh mama Anis. Raya menggigit bibir bawahnya. Perasaannya serasa dibagi dua. Ia memang ingin menikah dengan Mondy, tapi menurutnya terlalu cepat.
"Mondy juga kan belum punya kerjaan abah. Nanti gimana mau biayain istri" Kini giliran Mondy yang berkata.
Abah menatap Mondy gemas "kalau itu teh, kamu bisa kerja dibengkel abah"
Skakmat. Setiap kata dan pertanyaan dibalas mantap oleh abah Rama dan Rengganis. Raya dan Mondy sudah tak bisa berkutik lagi.
"Jadi ini mau apa nggak?" Tanya abah lagi. Menatap penuh harap RaMon yang kini masih saling pandang.
Raya Mondy bingung tentu wajar. Coba, kalau ditanyain nikah diumur yang masih muda, baru lulus dan masuk kuliah. kebanyakan pasti seperti itu. Apalagi itu menentukan masa depan.
"Abah sama mamah mau kalian secepatnya menikah itu juga karena supaya bisa lebih nyaman tinggal serumah biar gak nimbulkan fitnah. Juga supaya kamu lebih enak jagain orok saya"
"Ayo atuh dijawab! Saya butuh jawaban kalian"
Setelah melalui komunikasi via tatapan dan hati. Mondy akan menjawab. Ia sudah menemukan jawaban. "Jadi, Mondy sama Raya mau......." Mondy menggantungkan kalimatnya, beralih menatap Raya. "Nikah" Kata Mondy akhirnya, ada senyum diakhir kalimatnya.
Sementara abah sudah sangat bahagia. Begitupun dengan mamah Anis. Keduanya tampak heboh sendiri menerima jawaban itu.
"Allhamdulilah..."
Raya Mondy saling menatap, tak mengucapkan apa pun. Tatapan sudah mewakili perasaan yang ada. "Gak nyangka, Raya bakal jadi istri gw" Mondy membatin, rasanya masih sulit mempercayai jika tak lama lagi akan menikah dengan pujaan hatinya.
"Aduh, gw bakal jadi istrinya Mondy dan bakal jadi emak-emak dong" Raya ikut membatin.
***
YOU ARE READING
True Love
FanfictionMelanjutkan sebuah drama di layar kaca fav yang tiba-tiba Tamat begitu saja. Ending yang tidak memuaskan membuat otak saya kembali berimajinasi dan akhirnya menuangkannya kedalam sebuah cerita versi saya. Mohon maaf bila alur cerita tidak sesuai den...