10 : It's Okay

53 3 1
                                    

Hujan rintik rintik membasahi jalan pagi itu. Hujan tak ada henti dari subuh tadi namun tak memudarkan Arini untuk menemui Arga di kontrakannya. Sayangnya Arga masih pulas tertidur karena semalaman suntuk mempelajari berkas berkas kantor yang harus diketahuinya untuk membangun cabang yang baru.

“Assalamu’alaikuuummm…..mas Argaaaa” Suara dari balik pintu kontrakan Arga membuat Arga terpaksa membuka matanya saat dinginnya pagi masih menusuk tulang. Arga segera bangkit dan membuka kan pintu untuk melihat siapa yang bertamu sepagi ini.

“Wallaikumsalaaam..” Sahutnya masih setengah sadar. Matanya membulat kala melihat siapa yang datang pagi itu.

“Arin? Ngapain pagi pagi gini?” Tanyanya. Arini hanya terkekeh melihat ekspresi Arga.

“Ini udah jam 9 mas Argaaaaa. Udah siaaaang.” Balas Arini sambil masih terkekeh.

“Ah masa? Masih gelap gini kok.” Arga melihat keadaan sekitarnya yang mendung dan nampak rintik rintik hujan membasahi jalanan.

“Ujan maaas ujaaan.” Arini mendorong badan Arga agar tidak menghalanginya masuk ke kontrakan.

“Heh, gak sopan banget! Belom disuruh masuk juga, anak siapa sih?” Tegur Arga kesal.

“Anaknya bos kamu.” Jawab Arini singkat.

“Iya sih.” Pikir Arga menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Mas Arga tidurnya ditemenin beginian?” Tanya Arini sambil melihat lihat map berwarna warni tertumpuk didekat tempat Arga tidur.

“Abisnya Arin gak mau nemenin aku tidur sih.” Goda Arga membuat Arini meluncurkan tatapan sinisnya. Argapun terkekeh.

“Arin tumben kesini, mau apa?” Arga membaringkan diri ditempat tidur sambil membuka map warna merah untuk kembali melihatnya.

“Ini…” Arini mengeluarkan undangan pernikahan Sinta dan diberikan pada Arga.

“Kata Ayah, mas Arga gak akan dateng kalau ga di undang. Apalagi sedikit lagi udah mau jadi bos.” Sambungnya. Arga mengangguk angguk kala melihat undangan pernikahan Sinta.

“Terus kamu sampe bela belain kesini cuma buat sampein ini doang? Gak mungkin. Kalo kamu mau kamu pasti bakal nelpon gak akan jauh jauh kesini. Ada apa?” Tanya Arga. Arini menghela nafas seakan tak ingin membahasnya.

“Calon suami kak Sinta ada dirumah.” Jawabnya segan.

“Terus kenapa?”

“Males aja liat mukanya.” Tutur Arini. Argapun sukses mengerutkan dahinya kebingungan.

“Kenapa sih emang? Siiapa tuh namanya…” Arga mencari nama tunangan Sinta di undangan.

“Wisnu.” Selak Arini.

“Iya mas Wisnu kenapa emang? Ada masalah apa kamu ama dia?” Tanya Arga penasaran. Arini menatap Arga yang penuh tanda tanya. Lalu kembali menghela nafas.

“Dia dulu kakak kelas aku pas SMA. Dia termasuk cowok popular dan aku termasuk yang cewek yang naksir dia.” Jawab Arini. Mata Arga menyipit seketika menyelidiki Arini.

“Oh jadi kamu gak terima kalau kakak kelas ganteng yang dulu kamu taksir itu malah nikah sama kakak kamu.” Cibir Arga.

“Dengerin dulu napa.” Bentak Arini.

“Oke. Jangan galak galak ya.” Goda Arga dibalas tatapan sinis Arini.

“Dari SMA dia emang terlihat sempurna, ikut eskul basket, ganteng, orang tuanya kaya, yang naksir banyak. Pas lulus kuliah, dia langsung megang perusahaan ayahnya dan jadi bos disana. Kak Sinta jadi asistennya, awalnya kak Sinta selalu peduli dan bela belain pulang kerumah walaupun kerjaannya banyak. Tapi semenjak pacaran sama Wisnu. Kak Sinta berubah jadi orang lain yang gak Arin kenal. Dia jarang pulang, sombong, gak peduli sama keluarganya, egois. Dia pikir dia siapa bisa ngerubah kak Sinta gitu aja. Sadar atau enggak dia udah ambil kak Sinta dari Arin. Arin benci sama dia karena lama kelamaan bertingkah seenaknya. Arin gak suka.” Jelas Arini panjang lebar. Argapun setia mendengarkan sambil memangku tangan sedari tadi.

Seindah Senyum AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang