18 : Nikah?

64 3 0
                                    

"Assalamualaikuuuuummm" Salam seorang perempuan memasuki rumah Arga tanpa sepengetahuannya.

"Mas Argaaa? yuhuuuuu ~" Panggil Arini mengitari rumah besar Arga.

"Mas dimana? Rumahnya gede banget. Diem diem aja lagi kalo kontrakan sempitnya udah berubah jadi istana." Gerutu Arini.

Matanya sibuk mengedari taman belakang rumah mencari sesosok Arfa yang ingin di temuinya tapi sayang hasilnya nihil.

Ia pun berbalik memutuskan untuk menunggunya di ruang tamu saja. Namun seketika kepalanya sakit membentur sebuah dada bidang didepannya.

"Aw...." Pekik Arini mengusap usap pelipisnya.

"Siapa yang izinin kamu masuk? Orang mah ketuk pintu dulu kek, salam dulu kek." Sungut Arga.

"Yeuuu tadi Arin udah salam tau! Masnya aja ga denger. Oh iya, rumah gede gini mana denger ya..." Balas Arini.

"Dasar! Banyak banget alesannya." Dengus Arga.

"Ayo duduk..." Ucap Arga menuju sofa empuknya diikuti Arini.

"Wah mas Arga jahat. Rumah udah segede istana gini ga bilang bilang Arin." Ujar Arini.

"Emang kenapa harus bilang Arin? Kalau rumah mas udah kaya gini emang Arin mau nginep? Nggak kan?" Nyinyir Arga.

"Mau." Jawab Arini terenyum penuh arti.

"Hah beneran?! Malam ini ya?" Arga bersemangat. Jitakan tangan Arinipun mendarat dikepalanya.

"Boonglah." Ucap Arini. Bibir Argapun mengerucut.

"Nanti aku bakal tinggal disini kok, tenang aja." Lanjut Arini.

"Kapan? Ngomong doang." Dengus Arga.

"Ayo nikahin Arin dulu." Balas Arini yakin.

"Hah?" Pekik Arga tak percaya.

"Kenapa? kok kaget banget? ga mau?" Tanya Arini.

"Eh..ma..mauu.." Arga gugup.

Arini pun tertawa melihatnya.

"Kok ketawa?" Tanya Arga bingung.

"Mas Arga lucuuuuuu....." Arini menangkup wajah Arga yang kebingungan.

Mereka bertatapan. Arini mengecup bibir Arga dan segera melepaskan tangkupan tangannya kala sadar wajahnya telah memerah.

"Kamu emang ga takut lagi sama kakak kamu?" Tanya Arga.

"Kalau kita takut kita ga pernah bisa satu mas." Balas Arini.

"Aku udah berdamai sama Rey. Rey udah dukung kita mas. Dia neror kamu cuma disuruh sama kak Sinta. Kita ga boleh nyerah gitu aja mas." Ujar Arini.

"Dua bulan lagi kak Sinta mau honeymoon. Kita harus menyiapkan pernikahan kita mas." Jelas Arini.

"Oke. Nanti aku urus semua. Kamu gausah khawatir." Arga membelas rambut Arini. Arini pun tersenyum.

"Ya ampun aku bakal nikah sama si cewek maling ini." Ucap Arga memandangi wajah Arini.

"Kok maling?" Tanya Arini.

"Kamu curi curi ciuman dari aku tadi. Dasar maling" Sungut Arga.

Wajah Arinipun kembali memerah. Diiringi Arga yang tertawa geli melihatnya.

-

Dua bulan kemudian.

Arini mengenakan gaun kebaya putih dengan riasan cantik tergambar diwajahnya. Wajahnyapun kelihatan bersinar sekali. Terpancar kesenangan dari dalam dirinya.

Seindah Senyum AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang