5 : Teman

76 4 1
                                    

Esok harinya, sesuai permintaan Haris Arga datang pada pukul 13.00 ba’da dzuhur. Ia membantu memindahkan sofa sofa Haris agar ruangan terlihat luas dan acara lamaran nanti malam berlangsung nyaman dan lancar. Arga membantu apapun yang bisa ia. Ia sangat rajin dan telaten. Harispun menyukai kerja keras dan semangatnya.

“Gimana Ga? Capek?” Tanya Haris pada Arga yang tengah terduduk santai dikursi kayu teras rumahnya. Arga sedang mengistirahatkan tubuhnya yang sedari tadi mengangkat dan memindahkan perabotan rumah Haris.

“Ah engga kok Om. Emang Arga bisa bantu apa lagi?” Tanya Arga sembari membenarkan duduknya.

“Enggak ada, udah beres semua. Berkat bantuan kamu. Kamu rajin dan telaten banget Arga. Om bangga sama kamu, kayaknya sifat ayahmu nurun ke kamu.” Puji Haris.

“Ah Om bisa aja. Arga kaya gini kan karena Om udah banyak bantu Arga juga.” Balas Arga. Diselingi senyuman dari keduanya.

Tak lama kemudian datang Tika membawa minuman untuk Arga dan suaminya.

“Arga pasti capek, nih minum dulu biar seger lagi. Biar nanti malem makin ganteng” Kata Tika diselingi tawanya.

“Ah iya tante makasih.” Kata Arga sambil menyeruput es jeruk buatan Tika. Tikapun kembali masuk ke dalam rumahnya.

“Om maaf nih, kalau Arga boleh tau. Kakaknya Arin itu yang mana ya? Saya kok gak pernah lihat dan gak pernah dikenalin?” Tanya Arga menyakan hal yang membuatnya penasaran sejak kemarin.

“Oh maksud kamu Sinta? Dia itu gak pernah ada dirumah. Dirumah paling Cuma sehari atau dua hari. Besoknya udah pergi lagi. Diantara semua saudaranya, dia yang paling jarang kumpul.” Jawab Haris mengenai anaknya.

“Dia emang kerja apa Om?” Tanya Arga lagi.

“Dia sekrertaris pribadi bosnya. Dia terlibat cinta sama bosnya yang menurut Om suka seenaknya itu. Bahkan nanti malam dia yang mau datang ngelamar Sinta. Mereka udah pacaran sekitar satu tahun, Sinta yang keras kepala sudah tidur seranjang dengan bosnya itu. Om jadi merasa gak menjadi ayah yang baik.” Jelas Haris dengan nada datar mengartikan sebuah penyesalan.

“Jadi selama ini Sinta gak pulang karena dia udah tinggal dirumah bosnya?” Tanya Arga makin penasaran.

“Iya, dua minggu yang lalu Sinta merengek rengek ke Om minta dinikahkan dengan bosnya. Mungkin Om pikir Sinta sudah hamil. Dan Om hanya bisa menurutinya.” Jawab Haris.

“Hhhh seharusnya Om gak cerita ini ke kamu heheheh” Kata Haris melihat wajah Arga yang tak percaya.

“Ah maaf Om. Arga udah ngusik privasinya Om.” Kata Arga menyesal.

“Gak apa apa, Om udah anggap kamu anak sendiri. Dulu Om juga sering cerita begini sama ayahmu. Sekarang karena Suthan udah gak ada, mau gak mau kamu jadi korban curhatan Om.” Kata Haris disambut tawa kecil dari keduanya. Tiba tiba Arini keluar menghampiri ayahnya.

“Ayah, dipanggil ibu. Mesin cuci gak mau muter katanya.” Ucap Arini dengan polosnya.

“Iya iya, sebentar ya Ga. Nanti kamu pulang aja dulu Ga. Istirahat dirumah sebentar nanti jam 5 balik lagi kesini pakai baju rapi. Oke?” Perintah Haris padanya..” Kata Haris sembari bangun dari duduknya.

“Siap Om” Kata Arga bersemangat.

Arinpun gantian duduk dikursi yang mana tadi ayahnya duduki. Ia berpangku tangan diatas meja melihat Arga yang sedang menyeruput es jeruknya.

“Kenapa? Arin mau?” Kata Arga karena Arin memperhatikannya.

“Um…mas Arga capek ya?” Tanya Arin.

Seindah Senyum AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang