Menunggu sejenak hingga suara di sebranga terdengar.
"Hallo""Hallo kak Dea aku butuh bantuanmu" balas Firman.
....
Seharian Firman merenungkan solusi yang di berikan sang kakak sepupu, namun dia masih dilema apakah harus dia melakukan apa yang di sarankan Dea?
Meminum teh yang di pesannya sambil sesekali memandang sekitar kedai makanan tempatnya merenung.
Firman belum bisa kembali kerumah Wahyu sebelum dia mendapatkan kepastian.
Mengingat-ingat semua pengalamannya dari pertama datang ke desa itu sampai awal mula dia mengenal Embun.
Kini gadis itulah yang menjadi prioritas pertamanya, dia tidak mau gadis sebaik Embun menderita lagi, cukup di masa lalunya dia menderita, cukup dengan kehilangan anaknya dia merasa di hukum.
Kembali meminum tehnya sampai tampa sengaja dia melihat seorang ibuk tengah menyuapi anaknya dengan telaten, anak yang di suapinya itu tampak bahagia sekali dengan di suapi sang ibu, melihat itu Firman menjadi ingat ibunya yang selalu bisa mebuatnya tersenyum dan membuatnya bisa menghadapi segalanya.
"Ahh iya mama, aku harus meminta saran dari mama" beranjak dari duduknya.
Setelah membayar minumannya Fiman segera menuju ke wartell guna menelfon ibunya.
Menatap langit-langit kamarnya, terlihat jelas raut bingung di wajah tampannya.
Menjatuhkan badan tegapnya ke ranjang dengan tetap menatap langit-langit kamar yang dia tempati.
"Ya setidaknya hati kecilku berkata jujur" ucapnya sambil memejamkan mata menuju alam mimpi.
Seperti pagi-pagi biasanya Firman sarapan bersama keluarga Embun meski tidak ada sosok ayah atau ibu tapi keluarga itu tetap hangat.
Selesai sarapan Firman segera bergegas pergi lagi dengan alasan yang sama.
Embun begitu bingung dengan sifat Firman seakan-akan dia menghidari dirinya.
Duduk di kursi taman sambil memegang semprotan, menyemprot tampa arah.
Fikirannya melayang ketingkah Firman.
"Apa kak Firman tidak bisa menolongku ya, atau dia tidak mau menolongku karna tau masalaluku? Sepertinya aku harus menyerah, biarlah ku korbankan diriku asal mas Wahyu dan mbak Zahra bahagia.
Sudah cukup lama mereka menunggu datangnya masa untuk mereka bersatu, sudah cuku aku menjadi penghalang kebahagian mereka.
Abi ummi berikan restu kalian dan doakan jodoh Embun bisa menerima Embun apa adanya."
"Bun" terdengar sesorang memanggilnya, namun gadis berkerudung orange itu tetap melamun.
"Embun!!!" Sedikit meninggikan suaranya dan melambaikan tangan di depan wajah gadis itu namum hasilnya sama Embun tak bergerak, seakan dia sangat menikmati lamunannya.
"EMBUN!!!" Teriaknya sambil menepuk pundak Embun kuat.
"ya Allah" teriaknya karna kaget, segera melihat kesamping di mana sangganggu berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ukhty izinkan aku menghalalkan mu (Finis)
Romancepenyesalan dan traumanya begitu besar sehingga membuat dirinya enggan menerima lamaran dari pria yg ingin menyuntingnya, apakah hatinya akan luluh dengan kegigihan seorang pemuda yg mencoba mencari tau akan trauma yang dia alami? bermodalkan bunga...