Kabut Sang Embun 2

261 12 0
                                    

Assalamualaikum 😄
Gak pernah bosan untu meminta maaf karena ceritanya gaje berat,tapi semoga mina-san bisa mengambil hikmahnya.

Ini kelanjutan ceritanya maaf kalau penggunaan bahasanya gak bagus dan alurnya berantakan banget kayak anna 😂😂
Belum ada yang minat dengan cerita buatanku tapi aku tetap ngeyel ngepost acuan perbaikan dan pengasahan diri aja deh.
so dari pada anna banyak cincong mari baca bersama
Mengharap ada yang baca,vote dan ngasi comen.

🍀🍀🍀

"Ke...kenapa tadi sore dia menangis minta maaf kepada abang, dan kenapa dia begitu ketakutan saat melihatku?" tanyanya dengan hati-hati.

Mendengar pertanyaan Firman mengenai adiknya itu, Raden diam sejenak menyenderkan punggungnya kesandaran kursi yang di dudukinya.

Memejamkan mata lalu menarik nafas dalam kemudian menghembuskan perlahan.

kembali menatap Firman dengan posisinya yang masih bersandar di kursi.

"sebenarnya embun..." ucapan Raden menggantung, menengadahkan kepala keatas menatap langit-langit teras seakan menerawang ke belakang sebuah peristiwa.

Melihat Raden yang seperti bingung Firman berinisiatif untuk meminta Raden tidak menjelaskannya.

Namun belum kata-katanya terucap dari bibirnya, Raden berdi berjalan keluar teras menuju kebun bunga yang terdapat di samping rumah itu.

Kembali dengan setangkai bunga mawar putih, Raden kembali duduk di kursinya.

Firman mengerutkan kening tanda tidak mengerti dengan tindakan Reden.

"kamu bingung?" tanyanya saat melihat Firman yang seperti orang kebingungan, Firman hanya menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Raden.

Raden tersenyum lalu menunjukkan mawar putih itu kehadapan Firman.

"menurutmu mawar ini cantik tidak?" tanya Raden menunjuk dengan dagunya.

Firman hanya mengangguk,
"lalu kalau aku buang tiga kelopak dari mawar ini apakah masih cantik?" tanyanya lagi,dan kembali Firman mengangguk, Raden terseyum datar.

"Lalu kalau aku meremas mawar ini apakah akan tetap terlihat cantik?" kembali pertanyaan keluar dari bibir Raden.

Kali ini Firman diam tidak menjawab, karena tidak mendapat respon dari Firman Raden mengarahkan tangan kanannya untuk meremas mawar di tangan kirinya.

namun saat mawar itu akan di remas oleh Raden, dengan cepat Firman menghentikannya dengan memegang tangan raden yang siap mengepal mawar itu.

"Bang hentikan, sebenarnya aku tidak mengerti maksud abang apa, tapi biarpun mawar itu abang hancurkan,

tetap saja akan ada sisi cantiknya dari setiap kelopak yang telah hancur itu" sergah Firman, Raden tersenyum kemudian dia melepaskan genggaman tangan Firman yang menahan tangan kanannya.

"Jika mawar ini aku celupkan ke lumpur mengembalikan ke dalam pot apakah akan tetap cantik?" lagi-lagi Raden bertanya,vdengan wajah kesal Firman beranjak dari duduknya.

Pergi ke taman bungan kembali dengan membawa pot bungan lengkap dengan isinya.

meletakakan pot bunga itu di atas meja di samping laptop Raden.

Terlihat dari tangkai-tangkai bungan dengan bunga mawar bertahta di tiap tangkainya.

"Sebenarnya aku bingung dengan semua pertanyaan abang, karena yang aku tanyakan tidak ada sangkut pautnya dengan bunga
Tapi kalau abang ingin aku menjawab pertanyaan abang dengan baik maka inilah jawaban dariku" Firman menatap Raden dengan tatapan sedikit kesal.

Ukhty izinkan aku menghalalkan mu (Finis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang