🍀🍀🍀Panas di sore hari tidak menyurutkan antusias Firman mengamati setiap keindahan yang terbentang di hadapannya,
Tidak sedikitpun Firman lewati tampa memotret."firman ayo kita sholat dulu, sudah masuh waktu sholat ashar nih" ajak Raden yang berada di depan firman.
Dengan anggukan Firman mengiyakan ajakan raden, dengan segera menghentikan kegiatan memotretnya.
Mengikuti langkah kaki Raden di depannya menuju sebuah sungai yang terdapat di dekat jalan stapak yang mereka lalui.
Air yang jernih mengalir dengan tenang, ikan yang berenangpun tampak dari permukaan air demikian juga bebatuan kecil di dalamnya.
Kedua pemuda itu mengambil air wudhu, setelah itu mereka menuju tempat yang lapang, mengeluarkan sebuah kain dari ransel mereka untuk di jadikan sajadah.
Dengan khusuk kedua pemuda itu menjalankan sholat di tengah-tengah barisan pohon yang rimbun.
Sholat mereka semangkin khusuk dengan suasana yang begitu tenang.
Di mana angin bertiup lembut menggoyangkan dedaunan dan bambu sehingga menimbulkan musik alam yang begitu syahdu ditambah bunyi gemercik air sungai mengalir dan kicauan burung bersahutan.
Sungguh suasana yang begitu menenangkan hati dan jiwa siapa saja yang ada di situ.
Kedua pemuda itu duduk di bawah pahon untuk menghilangkan rasa letih dan dahaga yang mereka rasakan, dengan sebotol air di tangan mereka.
"bang masih jauh ya desanya" tanya Firman sambil meneguk air mineralnya.
"sebentar lagi, apa kamu lelah fir?" jawab dan tanya raden yang menyandarkan diri di batang pohon dengan nyaman.
Mendengar pertanyaan raden Firman menggeleng sambil menaruh lagi airnya di ransel.
"tidak bang, sejauh apapun perjalanan yang akan kita lalui aku sama sekali tidak akan merasa lelah sama sekali, adanya aku merasa sangat bahagia dengan pemandangan di sepanjang perjalanan ini, subhanallah"jawab firman sambil menengadahkan wajahnya ke atas guna melihat cerahnya langit.
Rambut panjangnya yang tidak di ikat terbang tertiup angin, membuat wajah tampannya semangkin berkarisma.
"Hhmmmm baiklah kalau begitu ayo kita lanjut, dan ini ikat rambutmu, aku tidak mau membawa berandal ke desa itu" ucap raden jahil.
Sementara orang yang di jahili hanya mengerucutkan mulutnya sambil menerima ikat rambut yang di berikan Raden
"Abang ini, coba abang lihat mana ada berandal yang tampan seperti aku ini bang" sangkal Firman sambil tersenyum miring.
"Ahahaha tentu ada Fir, tuh kamu orangnya" goda pria berusia 25tahun itu,
dan sukses membungkam sang pemuda yang beda usianya 2tahun darinya.
Setelah selama satu jam lebih berjalan dari halte bus merekapun sampai di sebuah desa yang begitu asrih dengan hutan mengelilingi desa itu.
Di tambah sawah, terhampar luas bak laut, gunung tinggi menjadi bagroun desa itu sungguh surganya dunia.
Tidak ada suara keramaian kendaraan seperti di kota, di desa itu hanya ada gemerincik air sungai, bunyi serangga, burung-burung, dan hewan lain yang bersautan menambah ke asrian dan kedamaian di desa itu.
Perlahan mereka melangkakahkan kaki memasuki desa yang penduduknya begitu ramah menyambut kedatangan mereka.
Di setiap sudut desa terdapat pancuran air yang terbuat dari bambu, jika bambu di atasnya penuh dengan air, akan bambu itu berayun jatuh ke kolam yang di hiasi bebatuan alami, sungguh indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ukhty izinkan aku menghalalkan mu (Finis)
Romansapenyesalan dan traumanya begitu besar sehingga membuat dirinya enggan menerima lamaran dari pria yg ingin menyuntingnya, apakah hatinya akan luluh dengan kegigihan seorang pemuda yg mencoba mencari tau akan trauma yang dia alami? bermodalkan bunga...