Decem et octo

300 39 7
                                    

Angin musim dingin berhembus begitu kencang sore hari ini. Bahkan bunga dandelion pun berhamburan karena tak kuasa menahan hembusan angin.

Tidak untuk seorang pria kurus dengan mantel hitam yang di pakainya. Dia berdiri tegap sambil memejamkan matanya. Sesekali ia menikmati angin yang mungkin terasa manis.

"Catch me if you can, detective.." ucapnya pelan. Senyuman lebar mengembang di wajahnya.

Dia atas gedung yang terbengkalai itu ia seperti menikmati sisa waktunya.

.

.

Sementara itu di bawah gedung tersebut, Sebuah porsche hitam berhenti tepat di pintu masuk. Dua pria keluar dan masuk kedalam dengan terburu-buru.

"Tempat apa ini, Seungri-ssi?" Tanya Mino pada rekannya yang memimpin jalan.

"Kuburan Jiyong." Jawab Seungri pelan.

"Apa maksudmu?"

"Aku pernah dibawa Jiyong kemari. Dan aku menemukan banyak petunjuk dan keganjalan."

"Contohnya?"

Seungri meneguk ludahnya, "Banyak sekali bercak darah yang mengering disini. Jika kau perhatikan dengan teliti, akan membentuk tulisan bahasa latin."

Mino segera mencari noda darah tersebut. Ia menemukannya di dinding lantai 2.

"Et hoc animus...sistunt.." Mino mengernyitkan dahinya karena tidak mengerti.

"Artinya, Biarkan jiwa ini berhenti disini." Seungri menoleh ke atas gedung.

"Ah.. aku selalu belajar bahasa latin dengan Jiyong. Tapi aku tidak bisa cepat belajar."

"Oh ya? Kukira kau bisa karena kau memanggilnya frater."

"Yah..eh? Bagaimana kau tau?"

Seungri mengangkat bahunya kemudian tersenyum, "Aku seorang pendengar yang baik."

Mereka akhirnya sampai di puncak gedung. Pemandangan yang terlihat masih sama seperti ketika Jiyong membawa Seungri terakhir kali.

"Tempat apa ini.." Mino tak bisa menyembunyikan kekagumannya.

Alih menjawab, Seungri terus mencari Jiyong di sekitarnya.

"Ini tempat istimewaku, adikku." Tiba tiba terdengar suara dari belakang mereka yang membuat orang orang merinding mendengarnya.

Mino dan Seungri pun menoleh.

"Kau.." Mino menatap tajam pada saudara kandungnya itu.

"Wah? Siapa ini? Bagaimana bisa manusia hidup kembali setelah ku bongkar isi perutnya?" Jiyong mengeluarkan toples yang sama seperti di ruangan rahasianya.

"Mau ku kembalikan?" Lanjut Jiyong sambil menunjukan toples itu.

Mino sudah tidak bisa menahan emosinya. Ia berlari menghampiri Jiyong tanpa peduli larangan dari Seungri.

"Kau hanya bocah lemah.." Ucap Jiyong pelan.

Jiyong menangkis pukulan Mino dan membuatnya terjatuh. Saat itu juga Jiyong segera menembuskan besi pada kaki Mino hingga ia tak bisa pergi kemanapun.

Teriakan Mino terdengar begitu indah ditelinga Jiyong.

"Ini kesalahanmu karena masih hidup, Minho." Bisik Jiyong tepat di telinga Mino.

"Hyung.. kenapa kau.."

Jiyong menatap Seungri yang berdiri gemetar. Ia berjalan mendekatinya perlahan tanpa melepaskan pandangannya.

Ultimum Vale [GDragon] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang