3

6K 458 31
                                    


Paginya, dokter desa bernama Suminto, didampingi oleh seorang polisi berpangkat AKP, memeriksa tubuh korban. Dokter desa itu cukup lama memeriksa korban bernama Salim itu. Wajahnya pucat ketika keluar dari ruang forensik dadakan di salah satu ruangan di kantor desa. Melihat dengan maklum kepada Dandi dan Ubed yang masih gemetar, kemudian bicara pelan kepada Pak Naryo mengungkap hasil otopsi sederhananya. 

"Darahnya kering dan jantungnya diambil, Pak Lurah!"

Lenyapnya darah dan jantung seorang guru bernama Salim membuat Desa Rojowali diselimuti bayang-bayang hitam. Desa ini berjarak sangat jauh dari peradaban kabupaten sehingga Hutan Lali Jiwo merupakan kawasan terpencil. Sudah sejak lama, desa ini telah membangun sebuah adab modern agar isu klenik sekitar hutan dan desa menghilang. Namun, munculnya kejadian aneh semalam, timbul lagi penyakit akut dari warga yang takut pada hal-hal berbau hitam.

Terpaksa Pak Lurah Naryo, kepolisian, Suminto, Yan, Said, Kusno, Ubed dan Dandi beserta jajaran RW dan RT dikumpulkan dalam rapat mendadak.

"Sebaiknya kita sembunyikan berita ini dari media," ujar Naryo tenang. "Kita tak mau media membesar-besarkan kasus ini menjadi kasus gaib. Pariwisata desa ini bisa hancur."

"Tapi kasus ini sangat bisa dicerna oleh akal sehat, Pak," kata Suminto. "Saya ini dokter. Saya tidak percaya dengan hal gaib. Semua bisa dijelaskan secara sains. Bukan begitu, Pak Polisi?"

Seseorang berpangkat AKP itu mengangguk setuju dengan Suminto.

"Tapi ini kasus mengerikan, Pak Minto," kata Ubed sambil menelan ludah. Ingatannya belum lepas atas temuannya semalam. "Ditubuh Pak Salim, ga' ada darah yang tersisa. Kalau pun jantung Pak Salim diambil, paling tidak ada bercak darah menempel di baju. Tapi ini bersih, bersih sama sekali!"

"Sains tidak bisa menjelaskan kejadian ini, Pak Lurah," kata Kusno. "Kita harus cari orang pintar. Kita ini sedang berurusan dengan ilmu hitam."

"Saya setuju dengan Kusno, Pak!" seru Said yang penakut.

"Aah... Orang pintar? Orang pintar apa? Tak ada orang pintar-orang pintaran. Kita harus memberi kesempatan kepada kepolisian untuk mengungkap kematian Salim ini. Kasus ini sudah dalam penanganan mereka. Bukan begitu, Pak?" kata Naryo mengerling kepada polisi itu. 

Sekali lagi AKP itu hanya mengangguk dengan penuh keyakinan.    

Kebun KentangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang