Dandi menyusuri jalan ketika pulang dari kebunnya. Sepetak dari kebunnya adalah tanah ditemukannya mayat Pak Salim. Di tanah kosong itu guru muda yang taat beribadah itu tewas. Tak menyangka pengajar muda itu bisa bernasib jelek. Ini bukti bahwa pelaku tak pandang bulu. Dirinya harus waspada karena tempat kejadian sangat dekat dengan rumahnya. Ia teringat isterinya yang masih menggendong anak perempuannya bernama Rahma. Bisa jadi Rahma atau isterinya menjadi korban, sebab pelakunya masih belum tertangkap. Dandi harus tegarkan diri meskipun rasa takut itu deras mengalir di setiap pembuluh darahnya.
"Tak perlu khawatir," kata Farah, isterinya. "Bisa jadi ada yang dendam pada Pak Salim."
"Tidak mungkin, Pak Salim itu guru yang baik. Aku kenal sekali dengannya," sanggah Dandi. "Adik ingat, siapa yang mengajarkan aku mengaji? Pak Salim. Sabar sekali. Orang seperti itu, aku yakin, tak punya musuh."
Farah terdiam sambil menuangkan secangkir teh untuk suaminya.
"Kalau pun punya musuh, kejam sekali menghabisi nyawa orang seperti itu. Tak punya rasa kemanusiaan."
Dandi meneguk tehnya, kemudian berpesan kepada isterinya agar berhati-hati di rumah. Walaupun sebenarnya ucapan itu lebih tepat untuk dirinya yang penakut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebun Kentang
TerrorPak Lurah Naryo, Yan, Kusno, Ubed, Said, dan Dandi terkejut ketika seorang guru taat ibadah ditemukan tewas dengan mulut menganga. Salah satu organ dalamnya diambil. Guru itu adalah korban pertama. Setelah itu korban-korban berikutnya pun berjatuhan...