Tidak ditemukannya orang pintar di seluruh desa berakibat dampak yang sangat besar. Pak Naryo dan tim jaga malam seperti kebakaran jenggot ketika tahu ada kabar dari rumah Dandi. Farah dan anaknya, diserang!
Mendengar kabar Farah selamat dari penyerangan yang ketiga ini, membuat Pak Naryo dan tim penjaga malam langsung mendatangi rumah Dandi. Hal ini menjadi ajang pembuktian makhluk gaib apa yang meneror Desa Rojowali belakangan ini.
"Makhluk apa yang menyerangmu, Dik?" tanya Pak Naryo langsung. Pikirannya sudah siap dengan kenyataan bahwa memang benar ada makhluk gaib yang berkeliaran.
"Saya ga' tahu, Pak," ujar Farah. "Makhluk itu menyerang Rahma!"
Yan menelan ludah ketika tahu bayi itu menjadi sasaran.
Wajah perempuan tenang itu beriak tak karuan. Meskipun Rahma dalam timangannya belum reda menangis, ia mencoba mendeskripsikan makhluk itu.
"Saya melihat dengan jelas makhluk itu tinggi besar. Berbadan gelap tetapi punya mata yang menyala. Tangannya kekar bersayap. Kukunya besar dan tajam. Saya hampir dicakar kalau tidak cepat lari," katanya sambil menunjukkan bekas luka cakar di bahu kanannya.
"Terus bagaimana Dik Farah bisa selamat?" tanya Pak Naryo bingung.
"Kalau bukan Kusno yang menolong saya, mungkin saya sudah dimakannya," kata Farah menangis memeluk Rahma. "Rahma, Pak! Rahma hampir dimakan!"
"Benar begitu, Kusno?"
"Enggih, Pak. Saya sedang keliling. Harusnya saya berpasangan dengan Dandi, tapi Dandi tidak hadir. Makanya saya nyamper ke rumahnya. Eh, tahu-tahu. Dik Farah menjerit sambil lari, saya langsung sigap."
"Terus kamu apakan makhluk itu?"
"Saya tebas lehernya pakai golok yang saya bawa," seru Kusno yang pemberani itu.
"Kamu diserang di mana, Dik?" tanya Yan.
"Di dalam rumah."
"Suamimu ke mana?"
Farah menggeleng, "Saya kira setelah minta direbuskan air, Mas sudah berangkat meronda. Karena sorenya Mas masih di kebun, memanen kentang."
Pak Naryo dan Yan saling pandang. Ini ganjil. Tak perlu ada kalimat lagi, mereka langsung menuju tempat kejadian.
Mereka bergerombol mendatangi lokasi. Yan berjalan paling depan disusul Pak Naryo yang penasaran soal makhluk gaib itu. Kusno menenteng bambu yang diambil dari pos ronda untuk jaga-jaga. Dan laki-laki lain mengekor dibelakangnya menuntun Farah yang menggendong Rahma.
Beberapa penduduk terbangun akibat derap langkah gerombolan ini. Sebagian lain menyalakan senter sehingga jalan menuju tempat kejadian menjadi terang. Mereka pun ikut penasaran apa yang sedang terjadi.
Jawabannya kemudian mereka temukan di lahan kosong itu. Dari kejauhan warga melihat tubuh seorang pria di sana. Pria itu menggeliat lemah. Tubuhnya sedikit demi sedikit menyusut. Hingga akhirnya, pada suatu momen terakhirnya, ia kehabisan tenaga dan terkulai di atas tanah dekat kebunnya sendiri.
Rombongan itu mendekat dan terkejut. Yan membekap mulut. Pak Naryo yang paling tidak percaya. Kusno berlutut lemas di depan isteri korban. Dan Farah menjerit lebih hebat lagi. Kebenaran pun terkuak. Dandi telah menjadi mayat dengan golok milik Kusno bersarang di lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebun Kentang
HorrorPak Lurah Naryo, Yan, Kusno, Ubed, Said, dan Dandi terkejut ketika seorang guru taat ibadah ditemukan tewas dengan mulut menganga. Salah satu organ dalamnya diambil. Guru itu adalah korban pertama. Setelah itu korban-korban berikutnya pun berjatuhan...