Pengorbanan Apa?

7.7K 309 0
                                    

Nafsu makan Laras tiba-tiba menghilang saat memikirkan ucapan Mamanya di rumah sakit mengenai statusnya, ia tak mengerti apa yang disembunyikan oleh orang yang ia sayangi itu. Kata Anak Haram yang keluar dari bibir Mamanya pun sangat menyakitinya, apa memang ia merupakan anak yang tidak pernah di inginkan keluarganya? Setiap ia menanyakan tentang Papa kandungnya pun sang Mama selalu emosional menjawabnya dan tak segan-segan untuk memakinya.

Begitu banyak pertanyaan yang memenuhi kepala Laras, entah sampai kapan masalah yang bertubi ini beranjak dari hidupnya yang membuat ia sendiri begitu letih menghadapi semua ini. Kemarahan Mamanya, keadaan adiknya yang masih koma dan juga kebencian suaminya menjadi hal yang begitu melukai Laras. Ingin sekali ia pergi sejauh mungkin dari sini agar orang-orang tak terus terbeban karena kehadirannya, walau mungkin ia harus meninggalkan dunia yang tak menginginkannya disini.

"Apa aku kuat melewati semua ini Tuhan, aku terlalu lelah menghadapi masalah yang seakan membunuhku secara perlahan," batin Laras pasrah.

"Sayang, kok kamu gak makan Nak. Kamu kan baru aja sembuh, ayo dihabiskan makan malamnya," ucap Soraya pada menantunya itu.

"Aku...aku sudah kenyang Ma,"

"Kenyang? Tapi Laras makanan kamu masih utuh, ya sudah Arga kamu suapin istri kamu gih. Siapa tau Laras nya mau makan," pinta Soraya.

"Apa Ma? Aku menyuapi dia,"

"Iya kamu kan suaminya Laras, sudah sewajarnya kan kalau kamu menyuapi istri kamu sendiri,"

"Ma dia bukan anak kecil lagi, dia bisa makan sendiri deh ngapain repot-repot meminta aku untuk menyuapi dia nanti dia makin manja lagi," dengus Arga.

"Arga! Kamu gak boleh bersikap seperti itu dengan istri kamu, merawat Laras itu sudah menjadi kewajiban kamu sebagai seorang suami apalagi Laras juga baru keluar dari rumah sakit," tegur Papa pemuda itu.

"Mas Arga kenapa membentak kak Laras begitu, ih Bani gak suka Mas Arga makin ngeselin. Kak Laras gak usah dengerin ucapan Mas Arga ya,"

"Hhh selalu aku yang disalahkan, kalian sama sekali gak pernah mengerti perasaan aku. Dia punya tangan Ma dan dia juga normal, kalau mau makan dia makan sendiri deh gak usah ngerepotin orang,"

"Kamu sangat keterlaluan Ga, betul apa yang Papa kamu bilang sudah kewajiban kamu buat merawat Laras bukannya malah nyerocos begitu,"

"Ma sudah, yang di bilang Arga betul. Laras gakpapa Ma, maaf Ga kalau membuat semuanya menjadi kacau kamu gak perlu melakukan itu," sesal Laras.

"Bagus kalau kamu sadar, sejak kehadiran kamu di rumah ini semuanya jadi kacau. Kamu selalu membuat ulah dengan berbagai tingkah aneh kamu itu, gak tau sampai kapan aku harus tersiksa kayak gini, hidup dengan orang yang gak pernah aku harapkan!"

"Arga! jaga mulut kamu, Laras itu istri kamu, harusnya kamu lebih bisa menghargai dia," ujar Papanya tegas.

"Oke Pa, aku lagi yang salah. Selalu dia yang kalian bela, aku yang anak kalian, bukan Laras. Kenapa kalian selalu menyudutkan aku kayak gini!"

"Arga cukup! aku mohon cukup. Aku minta maaf Ga, aku minta maaf sama kalian semua karena kehadiran aku di rumah ini membuat semuanya menjadi kacau. Aku tau aku salah, aku sudah merusak kebahagiaan kamu dengan hadir di kehidupan kamu dan menggantikan posisi Nadia. Tapi aku mohon jangan membentak Mama dan Papa kamu, kekecauan ini terjadi karena kehadiran aku, tapi kamu tenang aja Ga. Aku akan mengakhiri semuanya, kamu gak perlu khawatir setelah Nadia sadar dari komanya, aku akan pergi dari hidup kamu. Aku gak akan pernah menganggu kamu lagi, atau bahkan muncul di kehidupan kamu lagi untuk selamanya, aku janji," ucap Laras dengan pasrah.

"Laras kamu ngomong apa sayang,"

"Kak Laras jangan ngomong kayak gitu, kak Laras akan tetap tinggal di rumah kita, iya kan Ma?" ujar Bani.

Coz, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang