Permintaan Terakhir

13.5K 499 11
                                    

Tatapan Laras begitu sendu memandangi matahari terbit dari balkon kamarnya, ada setitik air mata yang menetes di pelupuk gadis itu mengingat kejadian semalam saat orang yang ia cintai merebut secara paksa kesucian yang ia jaga selama ini. Laras tau Arga memang berhak atas hal itu tapi yang membuat hatinya perih justru Arga menganggapnya sebagai Nadia yang tak lain adiknya sendiri, hal itu pun menjadi pukulan yang sangat menyakitkan buat Laras.

"Apa yang harus aku lakukan Tuhan? Apa Arga mau mempertanggungjawabkan semua perbuatannya jika kelak aku mengandung anaknya," batin Laras diliputi kebimbangan. Ketakutan pun meliputi hati kecil Laras membayangkan masalah ini.

Kecelakaan yang dialami Nadia masih membuat Laras merasa bersalah, masalah itu pun selalu menjadi bumerang baginya saat orang-orang yang ia cintai terus menyalahkan dan menuduhnya sebagai pembunuh, walau ia sendiri sudah berusaha untuk menjelaskan namun selalu berakhir sia-sia karena kebencian terus diberikan mereka padanya.

"Aku gak bermaksud untuk mencelakakan Nadia Ga, itu semua terjadi di luar keinginanku. Sampai kapan kamu menuduh aku seperti ini," batin Laras terasa sesak.

Laras memeluk erat lututnya berharap kesedihan yang ia rasakan segera berlalu apalagi saat ini Nadia kehilangan kedua penglihatannya karena musibah yang terjadi itu.

"Maafin aku Ga seharusnya aku memang gak pernah hadir di kehidupan kamu dengan cara seperti ini, andai aku bisa menukarkan semuanya tentu aku akan lebih memilih kebahagiaan kamu, tapi aku janji, aku akan mempertanggungjawabkan semua kesalahan aku terhadap kamu. Aku akan membayar kekecewaan kamu selama ini walau mungkin dengan mengorbankan hidup aku,"

Ingin sekali Laras pergi sejauh mungkin dari sini, berharap luka yang selalu ditorehkan oleh laki-laki yang ia cintai itu segera menghilang dari hidupnya, mengingat kondisi Nadia yang harus kehilangan penglihatannya pun semakin membuat batinnya merasa perih, andai saja saat itu ia tak lalai dalam berkendaraan mungkin mimpi buruk ini tak akan pernah terjadi dan Arga tidak akan semakin membencinya.

"Aku sangat mencintainya Tuhan, walau aku tau perasaan ini gak akan pernah terbalaskan olehnya. Aku berharap engkau selalu memberikan kebahagiaan untuk suamiku walaupun nanti aku tidak berada disisinya lagi,"

Mengingat tak ada sedikit pun cinta di hati Arga untuknya membuat Laras sendiri takut dengan reaksi suaminya jika menyadari tentang kejadian semalam. Mungkinkah kebencian itu akan semakin dalam diungkapkan Arga padanya jika menyadari tentang semua itu, entahlah. Situasi yang harus Laras hadapi pun terasa semakin rumit, namun nasehat yang diberikan Gio padanya cukup memberikan andil yang besar bagi Laras untuk bangkit dari keterpurukan, tapi bagaimana saat kesucian terenggut secara paksa darinya? Apa mungkin ia sanggup menghadapi masalah kedepannya saat benih yang ada di rahimnya kelak akan tumbuh dan akan sangat menyakitkan buatnya jika suami yang sangat ia cintai justru tak menginginkannya.

"Mungkin pergi dari hidup kamu merupakan jalan yang terbaik untuk kita Ga, walau aku tau ini menyakitkan tapi aku akan selalu mendoakan agar kamu bahagia," lirih Laras mencoba menyeka air matanya.

*

Arga memegangi pelipisnya yang begitu sakit akibat dari minum-minuman keras yang masih terasa hingga sepagi ini, ia memandangi jam yang tergantung di dinding yang sudah menunjukan pukul 9 pagi. Lagi-lagi ia berdecak karena kembali bangun kesiangan dan terlambat berangkat ke kantor, entah apa yang terjadi dengannya semalam. Arga pun tak begitu mengingat semuanya hanya rasa pusing yang ia rasakan setiap mencoba mengingat yang terjadi.

"Siapa yang membawa aku kesini semalam? Perasaan aku berada di Club Malam," ujarnya bingung.

Arga pun melirik sekitarnya sudah tersedia kemeja kerjanya, sarapan, dan juga semua kebutuhan lainnya yang membuatnya mendengus. Siapa lagi yang menyiapkan semua ini kalau bukan istrinya yang menyebalkan itu pikirnya.

Coz, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang