Satu: Bermula dari Kebaikannya

6.2K 624 17
                                    


Hello gaes, enjoy read this..
I hope you like it...

"Fio, nanti lo yang bawa embernya keatas ya. Biar si Juan aja yang ngepel, gue mau ke ruang OSIS dulu."

Fiona menganggukan kepalanya pada Dena yang sudah berlari menuju koridor. Fiona mengedarkan pandangannya ke sekeliling, sekolah masih sangat sepi padahal bel masuk akan berbunyi 15 menit lagi. Benar-benar hebat murid SMA Bhakti Negara ini.

Fiona menutup keran air, saat embernya sudah terisi cukup penuh. Tanpa banyak bicara, ia mulai mengangkat ember yang cukup berat itu. Cewek itu berdecak sadar bahwa ia telah menyengsarakan dirinya untuk mengangkat ember sembari menaiki anak tangga menuju lantai 3 sekolahnya.

"Sini gue bantuin."

Tanpa tedeng aling, Aksa yang baru saja sampai langsung mengambil alih ember di tangan Fiona. "Lo bawa pelnya aja."

Fiona hanya menurut saja, dan mengikuti langkah Aksa yang sudah menaiki anak tangga duluan. "Tumben datang pagian, biasanya juga 5 menit mau bel baru dateng." Heran Fiona.

"Gara-gara adik gue, hari ini dia kan latihan marching band buat lomba sabtu ini." Jelas Aksa singkat. "Bingung juga sih, baru aja masuk udah mau lomba aja."

"Lomba buat anggota barunya kali, gak ngerti juga sih gue. Maklum IGPE."

"IGPE?" Aksa menaikkan sebelah alisnya bingung. "Apaan tuh?"

Fiona tersenyum miring, "Ikatan Gak Punya Ekskul." Jelas Fiona yang langsung membuat Aksa geleng-geleng tak habis pikir. "Baru tau gue ada organisasi kayak gitu di sekolah."

"Ya, adalah organisasi ke..."

Aksa yang awalnya menyimak baik apa yang dikatakan Fiona langsung mengeryit kala gadis disebelahnya terdiam di saat mereka sudah mencapai lantai 2. Pandangan gadis itu terpaku pada satu hal, yang membuat Aksa juga ikut menatap kearah sana.

Perlahan senyum diwajah Aksa memudar, menjadi wajah datar. Di depan lab Bahasa Inggris, Oji berdiri di sana dengan seorang gadis sembari bercanda. Ya, cewek itu Rasha gebetan baru Oji.

*****

"Gak kantin Fi?"

Fiona terhenyak, kala Aksa sudah duduk di depannya secara mendadak. Cowok itu tertawa pelan melihat ekspresi terkejut Fiona. Dia menyodorkan somaynya ke hadapan Fiona. "Mau Fi?"

Fiona menggeleng. "Tumben lo gak bareng temen-temen lo."

"Pada main kejar-kejaran di lapangan. Lagi males gue, mending dikelas adem." Jelas Aksa melirik buku yang ada didepannya. "Lo gambar apa?"

"Desain baju, gue mau ambil tes masuk Universitas Mode. Masih lama sih, tapi harus nyiapinnya dari sekarang." Fiona mulai mewarnai gambar desainnya. "Habis ini lanjut kemana lo?"

"Paling coba SNMPTN ke UI, tapi gak tau bakal keterima apa enggak." Aksa membuang bungkus somaynya ke tempat sampah didekatnya. "Tapi, di Jakarta emang ada Universitas Mode ya?"

"Ada, Universitas ESMOD. Tapi yang gue ikutin tes bukan Universitas yang disini." Fiona menutup buku desainnya. "Tapi yang di Paris."

Seketika Aksa terdiam, antara takjub dan heran akan keputusan Fiona yang terbilang cukup berani. Paris, Kota dimana mode berkembang pesat, wajar saja kalau Fiona ingin masuk kesana. Tapi, Aksa sedikit meragukan bakat Fiona.

*****

"Gue bareng Rizky nih, gak papa kan kalau gue tinggal?"

Yola menatap cemas Fiona yang belum dijemput juga, padahal matahari sudah benar-benar condong ke barat dan hanya beberapa murid yang masih ada di sekolah.

"Udah gak papa, ini gue mau nelpon juga kok." Sahut Fiona mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. "Ky, langsung pulang ya. Awas lu ngajak dia ngalong lagi."

Rizky mengangguk malas. "Iya elah, dia pacar gue ini. Gak bakal gue apa-apain juga." Dumelnya seraya mulai menyalakan motornya.

"Karena lo pacarnya, gue gak tenang."Gumam Fiona saat kedua pasangan itu sudah cukup jauh dari tempatnya.

Drt drt drt

Nuga Pratama: Eh,lu balik pake bis aja ya. Gue masih ada urusan sama anak UKM.

Fiona mendengus kesal, kala membaca sederet pesan tersebut. Kalau masih ada urusan, bilang dari tadi kek. Masalahnya jarak dari sekolahnya ke halte cukup jauh, apalagi sekarang sudah masuk jam macet. Bisa-bisa dia sampai rumah habis maghrib.

"Mau bareng gue Fi?"

Fiona membeku kala Oji sudah memarkirkan mobilnya di depannya. Cowok itu tersenyum ramah, yang membuat Fiona ingin muntah. Kalau dulu dia suka senyum itu, sekarang dia merasa mual setiap melihatnya.

"Makasih tapi gak usah." Tolak Fiona mentah-mentah. "Lebih baik gue pulang naik bis."

Oji hanya mengangkat bahunya tak peduli, dan tersenyum lagi. "Kalau gitu gue duluan ya." Pamitnya sebelum menjalankan mobilnya pergi dari sana.

Waktu benar-benar lucu, ia bisa mengubah perasaan sedemikian rupa. Dari yang sangat mencintai menjadi saling membenci. Fiona sangat membenci Oji saat ini, tapi bisa saja esok waktu mempermainkannya lagi. Bisa saja besok atau lusa Fiona akan kembali mencintai Oji seperti dahulu. Sebelum kesalahpahaman itu datang dan membuat mereka seperti ini.

----------

Pasti pada kesel, kenapa aku itu ga bisa nyelesein satu cerita di wattpad. Gini, jadi aku itu orangnya moody an gitu jadi kalau suasana hati aku berubah alur ceritanya pasti rada ngaco buat aku. Dan akhirnya tidak dilanjutkan deh.

Aku juga gak bisa janji cerita ini bakal menuju kata 'END' atau enggak tapi bakal usahain. Karena cerita ini mau aku jadiin kenangan dari kisah gue yang menurut gue berkesan. Jadi gue butuh Vote dan comment kalian semoga cerita ini bakal sesuai 'ekspetasi'

Penikmat imajinasi

Titik Koma [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang