Dua Puluh Satu: Where Are You?

2.3K 354 4
                                    


USAHAKAN VOTE DULU BARU BACA! :V

I hope you like it....

-------

"Lo harus kasih keputusan Fi."

Nuga menggertakkan giginya, sembari mencengkram lengan adiknya yang sudah berada di ambang pintu. Ini pertama kalinya, ia sangat marah kepada Fiona. Sudah 2 minggu setelah pengumuman, tapi Fiona tidak menunjukkan tanda-tanda akan membalas sesuai keputusannya. Alih-alih berpikir matang-matang soal pendidikannya, Fiona justru menghabiskan 2 minggunya dengan mencari Aksa dari pagi hingga malam. Cowok bodoh yang dengan seenak udelnya kabur entah kemana.

"Kak, gue lagi nyari Aksa." Fiona melepas cengkraman Nuga yang mulai terasa menyakitkan. "Kasih gue waktu."

"Gue tau!"Nuga sedikit menaikkan nada suaranya, membuat Fiona sedikit kaget. "Tapi gue gak mau lo nyia-nyiain sekolah ke Paris! Impian lo sejak 6 tahun lalu! Gue bahkan nyari beasiswa buat lanjutin S2 di Paris biar bisa nemenin lo kesana!"

Fiona terdiam menatap Nuga sama frustasinya. Nuga pun sama terdiam di tempatnya, tapi melihat sebersit kekeras kepalaan Fiona dia mendesah. "Seterah lo deh."Kesalnya segera menaiki anak tangga.

Fiona menghela nafas, memijat pelipisnya yang mulai pening. Kenapa semuanya tidak tepat sih?

******

"Ji."

"Makan dulu Fi. Liat diri lo udah kurus gitu."Gumam Oji menahan luapan tak terima Fiona saat ia memarkirkan mobilnya di sebuah rumah makan. "Kita udah ngitarin daerah sini buat ke sekian kalinya,Fi. Dan sekarang udah sore dan dari tadi kita gak makan siang. Lo mau sakit gak usah ajak gue. Lagian yang lain juga bakal telpon kalau ketemu Aksa."

Fiona sedikit berdecak, membuka seatbeltnya dengan setengah hati menyusul Oji yang sudah keluar lebih dahulu. Oji mendorong pintu masuk dan segera mengambil tempat kosong di dekat jendela. Dengan santainya pemuda itu menarik menu dan mulai membacanya, tak mengindahkan Fiona yang justru terpaku pada jalanan ibukota yang semakin macet.

"Lo mau apa Fi?"Tanya Oji membolak-balik halaman per halaman di buku menu. Ia hampir meneteskan air liur saat melihat gambar ayam bakar madu yang memenuhi satu halaman.

"Gue es teh aja."Jawab Fiona yang langsung membuat Oji berdecak. "Gak, lo mesti makan nasi. Ayam bakar dah."Imbuh Oji kesal. Hening kembali, hanya suara sautan klakson motor dan dentingan piring yang terdengar.

"Menurut lo Aksa dimana?"

Mendengar nada sedikit parau itu, mau tak mau Oji menoleh penuh pada Fiona. Melupakan sesaat foto makanan yang sudah membuat air liurnya mau menetes itu. Di hadapannya, gadis yang selama 2 minggu itu selalu berwajah datar mulai terlihat putus asa. Dan Oji tau akan ada yang menetes sebentar lagi, dan itu bukan air liurnya.

" 2 minggu ngilang,cuman bawa baju, bikin keluarga panik. Menurut lo dia dimana?" Fiona mengusap air matanya yang mulai jatuh. "Gak habis pikir gue, kenapa dia bisa kabur. Apa alasannya coba?!"

"Gak usah dipikirin." Oji mengacak pelan rambut Fiona. "Pasti ada yang dia sembunyiin dari lo."

"Ya tapi kan gak perlu kabur gini Ji."Fiona tak memperdulikan air matanya yang sudah meleber kemana-mana. "Kalaupun soal ayahnya yang gak setuju dia ambil politik, kan bisa diomongin dulu baik-baik. Gak usah kabur-kaburan bikin orang panik kayak gini!"

"Udah.." Oji mengusap air mata yang jatuh itu. Dia menepuk pelan pipi Fiona yang sudah menirus. "Gak usah panik-"

"Mau pesen apa?"

Titik Koma [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang