Dua Puluh Lima: This We Last Night

2.3K 337 3
                                    

Usahakan vote dulu baru baca! :)

I hope you like it
__________

Fiona menutup kopernya, menatap kamarnya yang terasa lengang sekarang. Jam 5 sore, ia masih punya waktu 11 jam lagi sebelum dia benar-benar meninggalkan Indonesia dan tak tau kapan akan kembali. Ia menatap passport dan tiket pesawatnya yang tergeletak di atas meja belajarnya, namun tatapannya bergeser kearah box berwarna abu abu dengan pita silver diatasnya. Kado Aksa yang terlewat.

“Fi...”

Fiona terkesiap saat suara nyaring Wilsa memanggilnya, disusul ketukan di pintu. Ia yakin, teman-temannya pasti sudah berkumpul. “Ya Wil?”Gumamnya dengan suara nyaring. “Gue udah mau siap-siap nih.”

“Okay, take your time babe.”Ucap Wilsa riang. “Because this night you must be... apa ya? Pokoknya bahagia dah.”

“Gak usah sok Inggris lo.” Fiona tidak bisa menahan gelak tawanya. “25 minutes okay?”

“Okay.”Sahut Wilsa kembali. “Ditunggu dibawah ya.”

Setelah suara nyaring sepatu Wilsa menjauh, Fiona kembali melihat kotaknya. Haruskan ia memberikannya? Hadiah yang terlambat ini? Fiona menghela napas mengambil dress biru lautnya dari atas tempat tidur dan secepat mungkin masuk ke dalam kamar mandi. Dia tidak akan melewatkan malam ini, tidak akan.

*****

Tidak ada yang bisa meragukan OSIS SMA Bhakti Negara menyangkut prom night. Entah bagaimana caranya para pengurus OSIS yang sebagian besar kelas 11 dan 10 itu berhasil menyocokkan diri dengan tema yang disukai anak kelas 12. Lapangan sekolah mereka sudah sedemikian rupa diubah.

Ribuan lampu lampu warna warni mengitari lapangan sekolah, melingkar di beberapa pilar tenda sehingga menampakkan suasana magis. Ada belasan meja besar yang mampu menampung 42 orang. Ada garpura kecil yang dikelilingi tanaman hijau, menjadi spot terbaik untuk berfoto.

Panggung diletakkan di tengah lapangan, sebagai pusat sehingga setiap sudut lapangan bisa melihat jelas beberapa klub musik kelas 11 dan 10 bersiap untuk menghibur. Tak lupa deretan snack kering khas indonesa dan beberapa dispenser yang berisi minuman aneka rasa.

“Ih gua kurang cante, ulang ulang.”

Rizky menatap sebal Zahra yang sedaritadi memprotes fotonya yang terlihat jelek. Rasanya Rizky ingin menyumpal mulut Zahra dengan kaos kakinya sekarang. Oji menepuk pundak Rizky dan mengulurkan tangannya untuk menggantikan.

“Fi!”

Aurel menyenggol lengan sahabatnya itu, hingga terkesiap dan sedikit oleng. Gadis itu tersenyum kecil melihat siapa yang menjadi fokus Fiona saat ini. “Mau foto sama Aksa?”Tanyanya yang dibalas gelengan tak berselera dari Fiona.

“Forget it.” Fiona mengibaskan tangannya malas, dan kembali fokus ke kamera yang sudah diambil alih Oji. “Ayo foto lagi!!”
Aurel hanya terkekeh, merangkul sahabatnya dan mulai bergaya kembali.

”Gue bakalan bener-bener kangen sama lo.”

****

“Kenapa tidak minta foto bareng aja?”

Radi menatap aneh Aksa yang asyik melihat ulang hasil jepretan candidnya ke arah Aksa. Di depannya kepala sekolah sudah menyampaikan amanatnya untuk para murid kelas 12. Sesekali memberikan candaan yang menambah semangat acara prom night itu.

“Udah pengumuman siapa yang paling tinggi nemnya?” Tanya Aksa tanpa menoleh, mengangkat kameranya kembali lantas tertawa ketika Gilda,Okta,Annisa dan Kinan yang duduk di depannya sudah merapat dan bergaya. Ia mengangguk dan mengambil satu hingga tiga jepretan melalui kameranya.

“Kayaknya sekarang..”Kini Hafi yang menjawab, menunjuk kepala sekolah mereka yang sudah membuka selembar kertas berisi nama pemegang NEM tertinggi sekaligus murid terbaik angkatan mereka. “Pasti lo.”

Benar saja, 2 detik kemudian nama Aksa sudah bergema disusul sorak sorai tepuk tangan yang begitu nyaring. Aksa yang tak menyangka dirinya disebut, memberikan kameranya ke Adit dengan kikuk.

Merapihkan sedikit jasnya dan menghela napas. Memberanikan dirinya.
Fiona tersenyum lebar,bertepuk tangan sekeras mungkin hingga telapaknya memerah. Ia bisa melihat Tari di samping panggung melompat kegirangan sembari memeluk teman-teman satu panitianya.

Diatas sana Aksa tersenyum lebar menerima kalungan medali yang diberikan kepala sekolah dan sebuket bunga ucapan selamat.

“Selamat malam semuanya.” Sapa Aksa mengembangkan senyumnya ke ratusan teman temannya yang menatapnya bangga.”

“Sebelumnya saya mau ucapin terima kasih ke Tuhan Yang Maha Esa, kedua orang tua serta adik adik saya, dan Bapak Kepala Sekolah serta Ibu Bapak guru dan staf tata usaha yang sudah membantu saya mencapai titik ini. “Aksa melirik Miss Prapti yang .mengusap air matanya terharu. “Khususnya Miss Prapti yang sudah memberi saya banyak motivasi hingga saya selalu sadar akan kewajiban saya sebagai pelajar.”

“Dan untuk 12 MIA 3, makasih guys udah jadi penyemangat gue selama 3 tahun ini. Thanks udah jadi pewarna kehidupan gue yang abu-abu.” Aksa terkekeh saat seruan teman temannya semakin heboh. “Dan tak lupa 3 sahabat terbaik gue, yang selalu jadi temen. See you on the top guys.”Ujarnya menatap Hafi,Adit dan Radi yang mengangguk angguk sok cool.

“Dan terakhir, terimakasih buat penyemangat gue selama 1 tahun ini.”Aksa menatap Fiona yang menatapnya pula, bersama dengan siulan teman-temannya yang mengheboh. “Terima kasih, semoga lo sukses di ‘sana’ ya.”

Fiona tersenyum kecil, mengambil tas kecilnya diatas meja dan segera berlalu pergi. Meninggalkan Aksa yang belum selesai dengan ucapan terima kasihnya. Tangannya saling mengenggam karena bergetar.
Ia akan merindukan senyum itu.

*****

Plek

Fiona mendongak, mendapati Aksa meletakkan jasnya di pundaknya. Menutupi lengannya yang hanya tertutup seperempat bagian. Cowok itu meletakkan buket bunganya di samping dan ikut menatap langit Jakarta yang hari ini menampakkan bintang-bintang. Sayup sayup suara mendayu dayu Davina terdengar, menyenandungkan lagu Firasat yang semakin memberi efek magis.

“Congrats.” Ucap Fiona sedikir bergetar, menahan jutaan emosinya. “Gue tau itu pasti lo.”

“Thanks.”Aksa menatap langit langit Jakarta yang terlihat lebih indah saat ini. “Nanti pulang sama gue ya.”

“Pulang?”Fiona menaikkan sedikit alisnya. “Baiklah."

“Bt..”

Bruk

“Maaf telat.” Fiona tersenyum lebar kala Aksa menatap bingung kotak yang diletakkan di pangkuannya. “Itu hadiah lo, sorry baru ngasih sekarang.”

Aksa menarik pita silver tersebut, membuka kotak berwarna abu-abu. Di dalamnya ada sebuah sweater berwarna abu-abu pakaian semi formal. Ia tau jelas, ini buatan Fiona karena tidak ada brand di bajunya.

Ia tertarik pada sebuah amplop putih yang disimpan dibawah sweater, dengan cepat Fiona menahannya. “Bukanya nanti, pas lo sendiri.”

Aksa mengangguk, meletakkan kembali sweaternya dan meletakkannya di samping buket bunga. “Boleh gue ambil satu foto? Satu foto.” Aksa sudah mengacungkan kameranya. “Hanya lo.”

Fiona mengangguk, sedikit memiringkan tubuhnya kearah Aksa dan tersenyum manis. Aksa terkekeh, mengangkat kameranya dan mulai berhitung.”

“1... 2... 3...”

Ckrik

_______
Menjelang ending sobat q :'v, oemji habis ini giliran Koma yang dikejar habis-habisan. Jangan lupa vote dan commentnya yauw.

Penikmat Imajinasi

Titik Koma [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang