Tiga: Kita Sama

3.8K 428 6
                                    

Hae gaes, aye kambek
I hope you like it! 😊
-----------


"Raka!!! Masyaallah, dosa apa gue punya temen kek lo!"

Raka hanya menutup kedua kupingnya jengah akan teriakan Davina yang sudah membahana ke seisi kelas. Fiona yang baru masuk ke dalam kelas, mengernyit melihat Davina yang marah 'besar' sekarang. Ia menyenggol Aurel di dekatnya yang memperhatikan keributan itu sembari memegang sapu.

"Kenapa lagi?"

"Biasa." Aurel berucap malas. "Harusnya Raka ngeprint tugas yang dikasih Davina lewat email semalem. Tapi dia kelupaan."

"LahDavinagak bawa flashdisknya?" Aurel menggeleng pelan. "Dibawa Mas Ilsan ke Jakarta."

Fiona hanya ber-oh ria, dan segera menuju tempat duduknya. Tak memperdulikan pertengkaran Davina dan Raka yang sudah menjadi kebiasaan setiap hari.

Yola menyodorkan tempat bekalnya yang terisi beberapa roti. "Mau?"

Fiona menggeleng pelan, lalu meletakkan tasnya keatas kursi. Ia menatap Yola yang masih fokus melahap rotinya. Merasa diperhatikan, Yola menatap Fiona aneh. "Kenapa lo ngeliatin gue?"

"Tadikan gue berangkat sama Aksa."

1 kunyahan...

2 kunyahan...

3 kunyahan...

"Oh." Respon Yola yang langsung dihadiahi pukulan di bahunya. Cewek itu tertawa pelan. "Bercanda gue. Kok bisa? Terus kemana Aksanya kok gak bareng lo ke kelas."

"Semalem dia ngerjain tugas gue. Sampai tengah malem, jadinya nginep dipinjemin seragam lama abang gue." Fiona memungut sampah di bawah kolongnya yang berserakan. "Yang duduk disini kemaren siapa anjir! Sampahnya banyak banget!" gerutunya kesal.

"Buku-bukunya?"

"Dibawain Tari, makanya dia ke kelas adeknya dulu." Jelas Fiona meletakkan sampah yang ia pungut ke tempat dimana Johan sedang menyapu. "Nitip ya Jos."

Cowok bertubuh pendek itu hanya berdecak, dan melanjutkan kegiatan menyapunya. Yola mengernyitkan dahi.

"Bang Nuga? Tumben." Heran Yola menutup kotak bekalnya yang sudah habis.

"Hati-hati lo Fi. Jangan sampe jatuh cinta sama Aksa." Gumam Yola memperingatkan, raut wajahnya mendadak serius.

"Why?" Tanya Fiona tak mengerti.

"Ya, hati-hati aja. Luka dari Oji aja belum kering, mau lo nambah luka lagi?" Gumam Yola menyandarkan tubuhnya ke dinding kelas.

"Luka apaan sih Yol? Kurang tidur lo ya?" Decak Fiona mulai terganggu akan arah pembicaraan mereka. "Gak mungkin lah gua suka sama dia."

"Kan gue cuman bilang,hati-hati. Kalau lo gak gubris juga gakpapa." Sahut Yola santai memasukkan kotak bekalnya kedalam tas.

"Karena cowok itu suka sama Rasha."

*****

"Karena cowok itu suka sama Rasha."

Fiona tidak bisa menelan sesuap pun soto di depannya. Padahal, tidak ada yang pernah bisa menghalangi nafsu makannya untuk melahap soto Mang Jaja. Tapi hari ini, perkataan Yola terus terngiang di pikirannya hingga ia tak nafsu makan.

"Woy!"

Fiona tersentak kala Dena yang duduk dihadapannya, menyenggol kakinya dari bawah meja. Cewek itu menunjuk mangkuknya yang hanya tersisa kuah. Entah kemana raibnya bihun, cakwe dan segala macamnya.

"Kenapa sih lo? Bengong aja. Gak nyadar kan si Zahra, Wilsa sama Davina udah ngerampok soto lo." Tegur Dena yang merasa heran akan sifat Fiona. "Tes tahap desain lo lancar kan?"

"Gua bayar soto dulu."

Keenam temannya memperhatikan Fiona dengan curiga. Hari ini, cewek itu lebih banyak diam. Tidak ada kata tajam, atau pertanyaan lemotnya sedari tadi. Seolah-olah ia memikirkan sesuatu secara diam-diam.

"Dia gak marah kan, kita rampok sotonya?" Zahra yang pertama kali angkat suara, sembari menumpuk mangkuk sotonya dengan milik Davina yang sudah habis.

"Anjir, Fiona kan kalau marah kan serem." Wilsa menatap ngeri kearah Zahra yang sama takutnya. "Masih berasa pukulan kotak pensilnya nih."

"Yahelah, Fiona gak bakal marah kalau soal makanan." Gumam Davina santai, padahal ia yang paling banyak 'merampas' tadi. "Ada yang lagi dipikirin tuh, desainnya kali ya. Gak kekirim kali."

"Enggak."Sambung Yola ikut menumpuk mangkuk sotonya.

"Kali ini bukan soal makanan atau desain."

******

"Jangan buat ini makin rumit Sa."

Aksa menatap frustasi Rasha yang menyodorkan sebuah kantung kertas, yang ia tau jelas apa isi didalamnya.Suasana koridor dekat ruang musik yang sepi saat pulang sekolah, membuat Aksa leluasa mengeluarkan ekspresinya. Rasha meletakkan kantung kertas itu ke lantai.

"Maaf Sa, gue gak bisa lama-lama disini." Rasha menatap Aksa yang hanya mengalihkan pandangannya kearah lain. "Oji nunggu gue, bisa makin rumit kalau dia liat lo sama gue kayak gini."

"Hanya Oji yang lo pikirin Sha?" Gumam Aksa menghentikan langkah Rasha yang terburu-buru, seolah satu sekolah akan gempar jika melihat mereka berdua.

Aksa membalikkan badannya, menatap kecewa Rasha yang tak berbalik. Hanya berdiri kaku di depannya. "3 tahun gue suka sama lo. Dan langsung tersisih ketika lo ketemu Oji?"

"JADI 3 TAHUN GUE LO ANGGEP APA?!"Bentak Aksa yang mulai kehilangan kontrol dirinya. "Apa yang bikin Oji bisa dapetin hati lo dalan waktu 3 bulan? Sementara gue perlu waktu bertahun-tahun, dan belum mendapatkan hati lo?"

"Karena Oji lebih sering bersama gue, dibanding lo yang selalu sibuk sama buku tebal lo."Ucap Rasha dingin, sebelum berjalan cepat pergi dari sana.

Aksa masih terperangah di tempatnya berdiri. Cowok itu berdecak, mengacak rambutnya kasar. Ia melirik kantung kertas itu, dan dengan emosi menendangnga begitu saja. Menimbulkan suara pantulan plastik yang cukup nyaring. Pemuda itu segera bergegas pergi dari sana, tak memperdulikan isi kamtung yang sudah berserakan.

Cklek

"Gila,Aksa serem banget anjir." Wilsa mengelus dadanya yang masih kaget melihat tadi. Kalau ia merekamnya dan mempostingnya pasti satu sekolah akan gempar. Murid teladan dan Ketua Cheers, perpaduan yang spektakuler bukan?

"Jangan mikirin buat bahan gosip."Peringat Fiona menangkap raut mencurigakan Wilsa. "Cukup lo dan gue aja yang tau."

"Yahelah, gue juga gosipnya sama temen-temen kita doang." Balas Wilsa tersenyum lebar. "Lagian gue gak foto ataupun rekam kejadian tadi."

"Ya udah, ambil motor lo buru. Gue nebeng." Usir Fiona menutup pintu ruang musik di belakangnya. "Gua benerin tali sepatu dulu."

"Hmm." Gumam Wilsa segera berjalan menuju parkiran motor.

Fiona menatap beberapa barang yang keluar dari dalam kantung tadi. Ada gelang, beberapa lembar foto polaroid,boneka kecil, dan sebuah toples. Ia mengambil toples plastik yang dicat sisinya berwarna putih, sehingga ia tidak bisa melihat apa isinya.

Perlahan ia tersenyum miris. Aksa dan dirinya tak jauh beda. Setidaknya ia lebih beruntung, ia tidak menunggu selama 3 tahun dan ditikung seperti Aksa. Walaupun ia tak tau, apa Oji tau soal perasaan Aksa atau tidak. Mengingat hubungan keduanya yang cukup dekat.

"Sama. You and Me.."


*********
Pasti udah banyak yang ngira aku bakal unpub nih cerita lagi, enggak kok :"v. Cerita ini bakal aku apdet seminggu 2 kali, karena aku juga lagi bikin cerita di akun aku @lovemakeyouhurt_ jadi bakal lumayan repot apalagi sama tetek bengek ppdb :"v. Jangan lupa vote and commentnya ya...

Penikmat imajinasi

Titik Koma [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang