Enam Belas: Bertemu Jarak

2.6K 355 6
                                    

Usahakan vote dulu baru baca :)

I hope you like it
-------------

“Akhirnya jadian juga...”

Zahra menatap senang kearah Fiona sembari melahap bubur ayamnya. Keenam temannya memang menepati janji, pagi-pagi mereka sudah datang ke rumahnya sembari membawa makanan tentunya. Fiona hanya tersenyum lebar, mulai membuat pola diatas kain sesuai ukuran yang ditetapkan panitia.

“Tapi kenapa lo ngerjainnya sekarang?” Kini giliran Dena yang angkat bicara, setelah sekian lama diam melahap bubur ayamnya. “Masih ada 2 minggu waktu pengumpulannya kan?”

“Pengiriman paket internasional biasanya memakan waktu sekitar seminggu lebih paling lama. Jadi minimal dia harus selesai dalam waktu 4-5 hari ini.” Sambung Yola memberikan penggaris panjang kearah Fiona. “Cuman baju doang kan Fi? Tambahan kayak sepatu atau aksesories pelengkapnya udah lo beli kan?”

Fiona mengangguk. “Ya, tapi tetap aja membuat sesetel pakaian musim dingin itu gak bisa cepet. Harus begadang, untung aja udah UAS dan cuman desain untuk cewek.”

“Gue ambil minum dulu.”

Wilsa segera bangkit, sembari membawa gelas kosongnya. Tak butuh waktu lama hingga keenam temannya mulai berkomentar akan sikap Wilsa yang cukup pendiam hari ini.
Fiona mendesis ngeri. “Wilsa kenapa sih? Ngeri gue lihat dia kayak gitu.”

“Entahlah.” Zahra yang paling dekat dengan Wilsa pun mengangkat bahu tak tau. “Semalem waktu nginep dirumah Dena aja di nangis diem-diem di kamar mandi.”

“Oh jadi dia ke kamar mandi, terus nyalain keran gak berhenti-henti itu nangis.”Seru Aurel beroh ria. “Gue pikir dia BAB.”

“Yang pasti.”Potong Dena sebelum Aurel semakin membuat percakapan mereka ngelantur. Ia melirik kearah dapur tempat dimana Wilsa berada.

“Ada hal yang dia sembunyiin dari kita. Dan Wilsa bukan tipe yang suka nyimpen rahasia sendiri.”

******

“Tadi temen-temen pada dateng, jadi maaf berantakan.”

Fiona dengan cepat merapihkan meja ruang tengahnya, seraya meletakkan kotak berisi martabak yang dibawa Aksa. “Bentar ya aku buatin minum dulu buat kamu.” Gumam Fiona segera bergegas menuju dapur.

Aksa tak bisa menahan senyumnya mendengar panggilan “kamu” dari Fiona. Padahal gadis itu yang awalnya merasa jijik karena panggilan ‘aku-kamu ‘ itu. Pandangannya terhenti pada tumpukan kain yang berada diatas meja tak jauh dari dekatnya. Nampaknya masih butuh waktu lama hingga Fiona menyelesaikan pekerjaannya.

“Kamu liatin apa?”

Suara Fiona memecah lamunan Aksa, sembari meletakkan segelas jus jeruk yang ia bawa. Aksa hanya tersenyum lebar. “Kira-kira kapan selesainya?”

“4 – 5 hari? I don’t know” Fiona menaikkan kedua bahunya tak tau. “Kenapa?”

“Kayaknya sebelum kamu selesaiin tugas kamu, lebih baik aku gak usah ketemu kamu dulu deh.” Aksa hanya tersenyum kecil melihat raut tak suka Fiona. “Aku gak mau, fokus kamu kebagi lagi antara tugas sama aku. Apalagi ini tentang mimpi kamu.”

“Kamu?” Kini giliran Fiona yang menatap Aksa serius.

“Yah cuman 4-5 hari doang. Itung-itung latihan kalau kamu keterima disana, otomatis-“

“Bukan itu.”Potong Fiona cepat-cepat. “Aku gak enak sama kamu.”

Aksa menggeleng sembari tersenyum lebar. Ia mengacak pelan rambut Fiona. Hal yang sering ia lakukan belakangan ini.
“Take your time. Selama itu bisa bikin kamu gapai mimpi kamu, aku gakpapa kok.”

Titik Koma [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang