PART 9

264 10 2
                                    

 Huhhhh udah tauk bete, kenapa pakek macet sih ini jalan " Pak gak ada jalan pintas lagi gitu? dira capek pengen cepet pulang " . keluh gue ke sopir yang setia banget dengerin ocehan gue di mobil, seneng deh kalau udah ngedumel sama sopir, lega banget tapi sopir gue yang satu ini ngerti kalau gue gak bener-bener marah jadi gue bisa mengekspresi kan diri.

 " Ada sih Non ! tapi kalau mau mundur juga udah enggak bisa,dibelakang udah banyak mobil Non " jawab Pak Man sambil konsentrasi sama jalanan yang macet, walaupun macet kata Pak Man harus tetep konsentrasi, siapa tahu ada yang mobil main dorong aja dari belakang.

 " Yaudah deh Pak, Dira tiduran aja dimobil" jawab gue sambil  nge-pasin badan gue buat tiduran .

 " Ya , Non " tanpa menoleh ke gue, '' nengok bentar bisa kali ya, macetnya juga padat, semut lewat jugak gak bakal bisa gegara jalanan macet kayak gini" dengus gue.

 Yaudahlah gue tidur aja, sapa tau nanti bangun-bangun dah nyampek rumah.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

'' Hoaaaaaammmm!! udah nyampek Pak?" Dengan santainya gue merenggangkan otot gue yang pegel gegara tidur lama di mobil, dan gue tanyak ke Pak Man yang dibales dengan wajah lesu, mungkin capek kali ya nungguin gue bangun baru masuk rumah.

 " Belom Non, ini masih disini-sini aja Non "

 " Aduhh !! Dira capek, kalau naik sepeda mungkin cepet kali ya ! gerutu gue dengan mata yang masih kedap-kedip.

 " Nona naik Ojek yang didepan aja gimana?"

 " Yaudah deh Pak, Dira naik ojek aja! Pak Man, gakpapa kan kalau dira tinggal " Sebenernaya sih gue tahu kalau Pak Man bakal gakpapa kalau gue tinggal tapi buat basa-basi aja.

 Gue turun dengan tampang lesu, kucel biasalah namanya juga bangun tidur. Tapi tenang gue tetep kece kalau bangun tidur.

 Tanpa nunggu lama, gue ngeliat tukang ojek yang lagi ngegalau, jadi ragu-ragu mau naik ojek gegara liat muka lempeng tuh bapak-bapak ojek "ahh! gue jadi mikir aneh gini".

 Untungnya macet padat gini,gue menyabrang bisa bebas tanpa kendala apapun "'ahh,gue lebay lagi!"

 '" Pak bisa anter ke... !".

 '' Diraaa!!"

 Mulut gue menutup, saat gue denger suara yang gue kangenin banget selama ini. Gue berharap dia manggil nama gue kayak dulu, tapi disatu sisi gue udah gak mau berhubungan sama dia.

 Gue juga belum noleh keasal suara itu, gue takut memperburuk suasana keluarga gue. Andai gue bisa memanipulasi suasana sekarang, gue bakal beruntung banget "huhhh!!"

 '' Heii Ra !! dipanggil kok diem aja?"

 ''Emmmm sorry, gue lagi gak konsen, biasalah baru bangun tidur!" jawab gue gugup, entah kenapa gue juga belum bisa move-on, otak gue serasa bener-bener mampet, gue gak bisa berkutik sekarang ini ''  oh Tuhann !! beri gue kekuatan ngilang ".

  " Hah! tidurr??" sahut radith bingung dengan salah satu alis tebel sejajarnya naik keatas, dan itu surga dunia gue saat ini liat alisnya.

 " Gue sama Pak Man, tapi karana macet gue naik ojek aja, biar cepet nyampai rumah Dith!" jawab gue cepet, mungkin keliatan banget ya, kalau gue grogi, sumpah gue cuma cengar-cengir gak jelas, biarlah dia nganggep gue aneh, dia paling juga bisa maklum kenapa gue gini.

 " Oh ! bareng gue aja gimana Ra ?" dia ngajak gue dengan gayanya yang kalem tapi tetep cowok, serasa keju kalau lagi begini.

 '' Gak usah Dith''. jawab gue lantang, entah makluk apa yang bikin nada suara gue ganas gini.

 '' Dira please ! jawab dia dengan nada memohon

 " Dith, lo tau kan keadaannya sekarang" jawab gue pakek malingin muka, jujur gue mau nginget, gue gak mau bahas masalah ini sih, tapi klau gue gak gini, dia bakalan tetep maksa.

 " Dira, please sekali ini aja, anggep aja kita baru kenal, gue hanya pengen ngantar jemput lo kayak dulu, sekali ini aja jangan sangkutin pautin sama Dena, Dena sekarangpun juga enggak ada dirumahkan? oke!?"

 Gue bener-bener  bingung, gue gak bisa nolak kalau Radith udah memohon kayak gini, gue gak bisa liat tatapan mata dia yang nunjukin cintanya dia kegue masih kayak dulu.

 " Ok!"

 Tanpa gue sadari tangan Radith udah nuntun gue buat ke parkiran tempat dia markirin sepedanya. Andai ini berlangsung lama.

 '' Pakek helm-nya dulu Ra !" dengan seulas senyum dia bantuin gue pekek helm.

 " Gue, bisa pakek sendiri Dith !" mungkin gue bisa dibilang munafik, pura-pura udah move-on dari dia, sebenernya gue seneng dia merhatiin gue, dan jujur gue juga gak tega nyuekkin dia kayak gini, walaupun gue nyuekkin dia, dia tetep senyum walau mata Radith kecewa sama sikap gue yang berubah, tapi kalau gak gini, semuanya bakal makin buruk.

 Diam yang ngisi perjalan gue sama Radith, entah serasa lama banget gue udah gak komunikasi sama dia, Saat Radith ngajak ngomong pun gue cuma ngangguk walaupun dia gak noleh, mungkin dia liat dari spion sepedanya, dan gue juga bisa liat tampang dia serius dengan jalanan yang agak macet ini, tapi enggak semacet waktu naik mobil.

 '' Ra ! kamu berubah !! suara Radith memecah lamunan gue, dan gue bingung harus jawab apa.

 '' Enggak, gue tetep Dira yang sama" jawab gue santai walau otak gue kerja keras transfer kalimat ini kemulut gue.

 " Gue pengen Dira yang dulu, gue pengen kita yang dulu" jawab dia dengan tatapan serius dan gue enggak jawab apapun.

 Dan gue suka Radith enggak ngelanjutin pertanyaanya, walaupun sebenernya gue juga pingin kayak dulu, Tapi "yaudalah" .

   

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dipart ini aku pasang foto karakter Radith ( Ian Meyer Harefa ) :)

 

Nobody Seems Understand MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang