Part 7 Who he's?

22 7 0
                                    

Yaayyy!! Aku balik nih bawa part 7 ceritaa ini😂 maaf yaa gantung ceritanya, mood tak terkondisikan🙏 alias labil ala ala abg smp😅
Yup mungkin part ini gak terlalu bangkitin semangat kalian, tapi kalau kalian para readers masih kepo, yaaa hayuu dong di votement ehehe. Biar aku semangat nulis nyaaaaa😍💕
Loveyoureaders😘

Otw ...

.
.
.
.
.
.
.

Masih diatas Rinjani, dekat Danau Sagara Anak.

Malam yang begitu dingin, angin berhembus pelan, langit penuh bintang, didepan tenda kecil dibawah pohon menghadap api unggun yang hangat. Laki-laki itu mendekati Rei.

"Hei, belum tidur?"

"Eh, hei. Belum"

"Kamu ingat tidak padaku"

Laki-laki itu spontan bertanya.

Rei yang sedikit kedinginan mengernyitkan dahinya sambil menahan tubuhnya yang sudah mulai sedikit menggigil. Rei menarik nafas dalam-dalam. Laki-laki itu masih terdiam memerhatikan Rei sekaligus menanti jawaban Rei. Rei kembali menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

"Maaf, baru kenal"

Tiga kata yang menyesakkan dada laki-laki itu, jantungnya seolah berhenti berdetak, nafasnya seolah tercekat diliang kerongkongan. Tak mampu berkata. Hanya menunduk pasrah, mencoba menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya, berharap apa yang dikatakan Rei hanya mimpi, berharap Rei tidak mengatakan hal yang ia anggap sebagai samurai tajam yang siap menyayat hatinya.

"Kenapa? Apa aku salah?"

Hening yang sempat terjadi kembali hancur dengar suara indah Rei.

"Ah tidak, mungkin aku yang halusinasi. Menganggap kita pernah bertemu sebelumnya"

"Oke baiklah, tidak apa"

Singkat namun menyesakkan bagi laki-laki berbadan tegap dengan kumis tipis dan lesung pipit dikedua pipinya. Keduanya duduk berdampingan tanpa saling berbicara atau saling memulai untuk sebuah percakapan sebagai memori indah. Keduanya menatap langit bergantian, saling memerhatikan satu sama lain. Api unggun, tanah, udara, langit, dan bintang-bintang menyaksikan mereka berdua yang duduk tanpa saling berkomunikasi.

Keheningan cukup lama terjadi, sebelum Rei melirik jam tangan yang melekat di pergelangan tangannya.

"Shit! 10.00 pm"

Terdengar pelan gumaman Rei oleh laki-laki itu.

"Ya sudah cepat tidur"

Rei kaget, melamun sejenak, lalu mengangguk, sebelum berlalu pergi.

"Mimpi indah ya, jangan lupa berdoa sebelum tidur!"

Teriak laki-laki itu sebelum Rei memasuki tenda miliknya.

Rei yang mendengar suara laki-laki itu berbalik dan menengok, lalu menggangguk cepat dan kembali berjalan memasuki tenda.

Kini di hadapan api unggun hanya ada laki-laki itu sendiri.
Menatap langit yang kian menggelap, menyisahkan beberapa cahaya bintang yang menghiasi langit sekaligus menjadi saksi bisu tentang mereka yang tak saling mengenal. Oh tidak. Hanya Rei yang melupakan laki-laki tampan berkumis tipis itu.

Jangan bilang kamu lupa padaku Rei, sungguh aku rindu saat-saat tertawa bersamamu menikmati indahnya hidup kala itu. Gumam laki-laki itu dalam hati.

Entah apa yang membuat Rei melupakan teman masa kecilnya yang dahulu adalah seorang laki-laki hebat yang dapat ia miliki selain Papanya itu. Kejadian beberapa tahun silam yang membuatnya sedikit kehilangan memori ingatannya dan mengalami koma selama 2minggu. Dalam jangka waktu yang cukup lama itu laki-laki hebatnya pergi meninggalkannya untuk ikut bersama orangtuanya yang ditugskan bekerja di Lombok.
.
.
.
.
Cuitt.. cuitt.. cuitt..
Kicau burung pagi hari terdengar nyaring di telinga Rei hingga membangunkan tidur nyenyaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nyatakah Kamu? (Hiatus Dulu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang