🌹 MANAQIB SAYYIDATUNA FATHIMAH AZ-ZAHRA AL-BATUUL 🌹
🌸 Pemboikotan di Syi'ib Abu Muthalib 🌸
Sayyidatuna Fathimah bertambah dewasa dan sampai di umurnya yang ke 12 tahun, di tahun ke-7 dari kenabian, tepatnya di bulan Muharram, orang-orang kafir Quraisy sepakat dalam suatu rencana yang sangat buruk. Mereka sepakat untuk menulis perjanjian yang berisikan kesepakatan untuk memboikot Rasulullah ﷺ. Dalam Syi'ib atau lembah Abi Muthalib semuanya dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib, baik yang muslim atau yang kafir.
Dalam isi surat perjanjian itu, mereka sepakat untuk memutuskan semua hubungan dengan mereka. Tidak menikahi mereka, tidak jual beli dengan mereka, mencegah segala sebab-sebab masuknya rizieq ke mereka, tidak menerima perdamaian sampai Bani Abdul Muthalib menyerahkan Rasulullah ﷺ untuk dibunuh.
Mereka menggantungkan surat perjanjian itu dalam Ka'bah. Bertambah parah keadaan Rasulullah ﷺ bersama Sayyidatuna Khadijah. Di mana Sayyidatuna Khadijah sebelum Islam adalah wanita terkaya di negeri Arab, baik dari laki-laki atau perempuan, bahkan dikatakan kalau semua harta orang-orang Quraisy dikumpulkan tidak boleh menandingi harta Sayyidatuna Khadijah.
Sayyidatuna Khadijah begitu melimpah hartanya. Akan tetapi dia sekarang berada dalam boikotan di lembah Abi Thalib. Mereka tertimpa atas apa-apa yang menimpa. Keadaan lapar yang sangat amat luar biasa mereka lalui 2 atau 3 hari tidak secuil makanan pun masuk ke dalam perut mereka. Bahkan mereka sampai dalam keadaan memakan dedaunan yang ada di sekitar mereka (bahkan tampak urat mereka berwarna hijau).
Sedangkan pemboikotan bukan seminggu, sebulan, atau setahun. Tetapi mendekati 3 tahun, dalam keadaan yang sangat amat memprihatinkan ini. Setahun telah berlalu, dan Fathimah berumur 13 tahun, Fathimah mendekati ibunya melewati tangisan-tangisan bayi dan rintihan anak-anak kecil kepada ibunya kerana lapar. Sayyidatuna Khadijah dalam keadaan sangat lapar dan lemas. Akan tetapi yang sangat menakjubkan adalah, mereka saling menahan dan menutupi satu sama lain agar tidak ada yang saling cemas. Bahkan Rasulullah ﷺ menampakkan wajah yang cerah walaupun dalam keadaan yang sama, agar mereka tidak cemas. Sungguh merupakan pemandangan dan pelajaran yang indah.
Satu sama lain ingin membantu mengembang risalah kenabian, Rasulullah ﷺ sangat sabar menghadapi apa yang terjadi. Hari dan malam pun berlalu. Ketika semua orang tertidur, semua mata tertutup. Terdengar teriakan, "Aaaahk.. Aaaahk." Dari banyak segi diiringi esak tangis bayi kerana sangat lapar. Hal ini disebabkan hari-hari yang mereka lalui di tengah panasnya gurun, bahkan tidak secubit roti pun masuk ke perut mereka.
Begitu juga keadaan Fathimah dan Ummu Kultsum, sedang Ruqayyah bersama suaminya dalam rantauan di negeri Habasya. Tubuh Fathimah tampak sangat kurus bahkan seolah-olah kulit perutnya melekat dengan tulang punggungnya kerana sangat lapar. Namun, Fathimah dengan sekuat tenaga menahan apa yang terjadi demi tegaknya agama Islam.
Di satu segi, Sayyidatuna Khadijah jatuh sakit dan terkapar di tempat tidurnya. Sehingga memberikan bekas yang sangat menyakitkan bagi Fathimah dan Ummu Kultsum.
Betapa seringnya Sayyidatuna Fathimah tidak tidur malam menjaga dan melayani ibunya. Tampak suatu perilaku yang sangat mulia dan indah dari akhlaq Fathimah yang bersumber dari seorang ibu. Suatu pelajaran yang seharusnya dan seandainya para wanita di zaman sekarang ini mempelajarinya, ini merupakan suatu akhlaq yang dapat mengangkat ke darjat yang tinggi.
Sayyidatuna Fathimah setia mendampingi dan duduk di samping ibunya yang dalam keadaan tidak dapat bergerak dan berbicara. Kemudian datang Rasulullah ﷺ, merasa dengan kedatangan Rasulullah ﷺ, Sayyidatuna Khadijah dengan sekuat tenaga menahan segala rasa sakit. Berdiri dengan semangat dan menampakkan ketegarannya di depan Rasulullah ﷺ. Sayyidatuna Khadijah berusaha menutupi rasa sakitnya sehingga tidak menambah beban Rasulullah ﷺ.
Sayyidatuna Fathimah melihat kejadian yang sangat menakjubkan dan begitu indah. Terdapat pelajaran yang sangat berharga, melihat ikatan cinta yang agung, yang luar biasa, dan mumi. Sebuah rasa dan pengorbanan cinta yang tidak mengetahui rasa ini baik langit ataupun bumi.
Subhanallah, seorang isteri mencintai suaminya sampai ke darjat yang sangat tinggi ini. Sebuah cinta yang menimbulkan rasa tidak redha jika suaminya melihat apa yang terjadi atasnya, sedangkan ia dalam keadaan sakit yang sangat parah. Tidak ingin menambah beban kesedian suaminya, tidak ingin suaminya sedih atasnya. Sungguh ini pelajaran yang berharga bagi para wanita.
Sayyidatuna Fathimah bertumbuh semakin dewasa, masa kecilnya berlalu dalam pemboikotan 13, 14, 15, berlalu dalam kesusahan dan derita dalam pemboikotan yang penuh kesengsaraan. Suatu hari, datang Bilal bin Rabbah ke tempat pemboikotan dengan sembunyi-sembunyi membawa sepotong roti yang disimpan diketiaknya agar tidak terlihat oleh orang kafir Quraisy. Bilal mendekati Rasulullah ﷺ dan memberikan sepotong roti ke Rasulullah ﷺ.
Rasulullah ﷺ pun menghampiri dan menyuapi Fathimah, kemudian menyuapi Ummi Kultsum, juga Sayyidatuna Khadijah dengan penuh kasih sayang. Keadaan demi keadaan dalam penuh kesusahan telah dilalui oleh keluarga yang sangat suci, keluarga yang dicintai Allah سبحانه وتعالى.
Akhirnya, selesailah pemboikotan ini, selesai dengan sebab mujizat yang agung.
Rasulullah ﷺ telah memberi khabar bahwa isi dari surat penjanjian yang zalim itu telah dimakan oleh anai-anai kecuali bahagian yang tertulis nama Allah (surat tersebut berada di dalam kotak yang terkunci dan diletakkan di dalam Ka'bah.) Maka selesailah pemboikotan tersebut, akan tetapi peristiwa pemboikotan itu berdampak sangat buruk.
YOU ARE READING
Manaqib Sayyidatina Fatimah Az Zahra
Ficção HistóricaMari kita mengenali Sayyidatina Fatimah Puteri Bongsu Rasulullah SAW.Jadilah pencinta Sayyidatina Fatimah Az Zahra. #pencintasayyidatinafatimah #kalamulama #Islamikstory