1

107 0 0
                                    


Harum bunga melati yang memenuhi taman itu menorehkan coretan kenangan di dalam hati yang terasa membunuh.

Angin semilir itu mengingatkan seseorang yang saat ini mengusik hati yang tak lain adalah orang yang di cintai , seseorang yang membekas didalam memori.

Kisah yang berliku membuatnya semakin kuat menghadapi hidup. Hati yang rapuh bagai bunga yang tumbuh diantara belukarnya duri.

~

Dengan mengendap - endap fandy mendekati fira yang duduk memandangi taman indah di dekat kompleks. Dia mencoba mengagetkan fira , salah satu anak tetangga kompleksnya itu.

"Baaaa...!" Kejutnya

"Ahhhh... fandy jahat! Ngagetin aku!"

"Wekkk... biarin!" Ejeknya dengan juluran lidah jail.

"Awass kamu fan! Kalau dapat aku pukul!" Geram gadis kecil itu mengepalkan tangannya.

"Coba aja kalau bisa..."

Fira mengejar fandy kesal yang menjailinya. Dengan sekuat tenaga akhirnya fira menggapai lengan baju fandy.

"Nahh dapat kamu ya fan"

"Eh.. iya iya... ampun fir , maaf maaf" menutupi kepalanya dengan lengan yang hendak dipukul oleh fira.

"Gak, aku gak mau maafin fandy" fira mengerucutkan bibirnya

"Maafin aku dong , aku gakkan jailin kamu lagi! Suer deh fir" jari mungil fandy membentuk V untuk menyakinkan gadis kecil yang sedang ngambek itu.

"Pokoknya aku gak mau maafin fandy!"

"Yakin gak maafin aku? Nanti gak aku ajak lo nonton film detektif"

Fira sedikit melemaskan genggamannya "Eh.. jangan gitu dong fan"

"Tukan... Makanya maafin aku fir" cengiran kuda terpampang di wajah polosnya.

"Hmm... yaudah deh" fira mendengus sambil mengangkat tangan kanannya.

"Oke sekarang kita damai , tapi jangan cemberut gitu dong , jelek tau! Daripada cemberut , kita nonton yuk dirumah ku? Mau gak?!" Tutur fandy membalas uluran tangan mungil itu.

Fira menarik sudut bibirnya "ayokk.." fira berlari dengan genggaman tangan fandy di tangannya. Mereka berlari menuju rumah fandy dari taman dikompleks mereka.

Fandy dan fira sudah berteman sejak kecil. Mereka tinggal dilingkungan dan sekolah yang sama. Disitu fira disitu fandy , mereka begitu lekat , bagai perangko yang di lem diatas suratnya. Mereka memiliki banyak kesamaan hampir semua mereka lakukan bersama. Hanya saja fira sangat benci olahraga , tubuhnya seakan menolak segala bentuk olahraga yang dilakukannya. Namun fandy selalu memaksa gadis kecil itu untuk menontonnya bermain bola , walau dibalas dengan dengusan kasar , fira tetap menonton dengan setia setiap giringan bola yang dilakukan fandy. Berbeda dengan fandy yang selalu bermain main , fira dikenal dengan kecerdasan akademiknya disekolah. Hal itu membuat fandy selalu mengusik ketenangan fira , pertengkaran selalu terjadi namun tak lama tawa pecah dari pertengkaran mereka.

 Hal itu membuat fandy selalu mengusik ketenangan fira , pertengkaran selalu terjadi namun tak lama tawa pecah dari pertengkaran mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pain of Fira (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang