15

10 0 0
                                    

Hai, hai, hai.
We back again.
Siap for new part?
Come on, please enjoyed.

=====

Malam yang sunyi. Langit benar-benar gelap tanpa ada bintang-bintang yang menghiasi. Bahkan bulan pun enggan menampakkan dirinya.

Angin sepoi-sepoi menyapu permukaan kulit Fira. Sudah hampir tengah malam, namun tak terbesit niat Fira untuk masuk ke dalam rumah. Ia rela berdingin ria merenungkan penyesalannya.

Sudah berulang kali Via meminta Fira untuk masuk dan beristirahat. Namun Fira tetap tidak menggubrisnya.

"Fira..." Entah sudah berapa kali Via bolak-balik dari dalam ke luar. "Masuklah nak. Ini sudah larut. Gak baik juga untuk kesehatan kamu." Fira tetap membisu. Entah ia sadar akan kehadiran Via entah tidak. Tapi yang jelas, Fira tengah melamun sekarang. Terbukti dari tatapannya kosong dan lurus ke depan.

"Fir..." Kali ini Via duduk di samping Fira dan merengkuh bahu Fira. Fira tetap tidak merespon. Apa jangan-jangan Fira sudah menyusul Naya? Ah itu tidak mungkin. Toh Via masih bisa mendengar deru nafas anaknya itu.

Perlahan namun pasti Via berhasil memutar tubuh Fira menghadapnya. Fira tetap diam, namun tatapannya tidak kosong lagi. Justru fokus menatap​ Via yang juga tengah menatapnya. Via melihat mata anaknya sembab dan memerah. Fira tidak menangis, namun kemungkinan air matanya sudah terkuras habis.

Lengan Via beralih menangkup wajah Fira. "Kamu gak boleh gini terus sayang. Ibu gak sanggup liat kamu kayak gini." Fira tetap diam seribu bahasa. Via kelabakan. Ia bingung harus bagaimana membujuk putrinya, yang sekarang menjadi semata wayang itu.

Via mendapat ide. Ia berencana akan menemani Fira selama Fira masih disini. Semoga saja nanti Fira khawatir pada dirinya dan akhirnya luluh juga.

Melepaskan tangkupan tangannya, Via duduk bersandar dan tak berbuat apa-apa lagi.

Setengah jam telah berlalu, namun Fira masih kekeh dan tidak mempedulikan ibunya. Fira mengambil ponselnya untuk sekedar melihat jam.

"Astaga, ini sudah lewat tengah malam." Seakan tidak percaya ia melihat bahwa sudah jam dua belas lewat. Bahkan hampir setengah satu malam.

Fira menoleh ke kebelakang. Dan ia melihat ibunya sudah terkapar dengan posisi yang sangat tidak nyaman. Oh ia benar-benar anak durhaka yang tidak mau mendengarkan kata ibunya sendiri. Sampai-sampai ibunya kelelahan dan tertidur.

"Bu, ibu." Fira menggoyang pelan tubuh ibunya. Sesekali ia juga menepuk pipi ibunya.

"Hm." Gumam Via dan sedikit menggulat karena pegal-pegal, mungkin. Perlahan Via mengerjapkan matanya beberapa kali sambil dikucek juga. "Udah pagi ya? Jam berapa i-- huaa." Memang Via masih ngantuk. Toh ia juga baru tidur kurang setengah jam.

"Jam 00.24 Bu."

"Jam 12?" Via tersentak. Bisa-bisanya dirinya kebablasan tidur dan tidak pergi berkerja. "Eh kok masih gelap sih?"

"Iya Bu. Ini masih tengah malam." Via menatap Fira penuh selidik. "Lagian ibu kenapa sih ikut-ikutan diluar juga? Sampai ketidurankan."

Via beralih dan mencebik. "Siapa juga suruh kamu tak mau masuk. Ya ibu khawatirlah. Makanya ibu temenin."

"Hm, maaf Bu. Aku udah nyusahin ibu. Yaudah, yuk kita masuk." Ajak Fira pada ibunya yang langsung dibalas Via dengan anggukan​.

"Selamat malam Bu." Ucap Fira setelah mengantar ibunya ke kamar. Lalu berbalik ke kamarnya lagi.

Pain of Fira (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang