24

18 0 0
                                    

"IBUU!!!"

Fira tersentak dan terbangun. Baru saja ia bermimpi Via menyuruhnya pergi, dan kembali pada Martin lagi. Kenapa Via setega itu padanya? Apa Via sudah tidak sayang lagi kepadanya?

Seketika kepala Fira terasa berat. Kok bisa-bisanya sih ia tertidur disini? Memang sih, matahari tidak terlalu mengamuk saat ini. Tapi tetap saja, tidak seharusnya ia tertidur. Hm, mungkin Fira merasa lelah akhir-akhir ini.

Fira bangkit membenahi pakaiannya yang ditempeli pasir dan rumput-rumput layu. Setelahnya Fira langsung kembali menemui ibunya di ruangan. Mimpi tadi cukup untuk membuat Fira merasa khawatir akan ibunya.

Fira menekan handle pintu yang bertulisan 'ICU' itu dan melangkah masuk perlahan. Setelah tiba di ruangan Via, Fira dihadang oleh seorang perawat. Lantas Fira kebingungan. Biasanya tidak pernah begini. Selalu Fira leluasa keluar-masuk dari ruangan ibunya.

Tapi kok ini?

"Maaf nona, anda tidak bisa masuk sekarang. Karena dokter sedang melakukan tindakan pada Ny. Via. " Jelas perawat itu pada Fira.

"Tindakan? Emang ibu kenapa sus?"

"Ny. Via kembali drop."

Deg

Degup jantung Fira berhenti seketika. Ibu drop? Bagaimana bisa? Perasaan tadi baik-baik saja.

"Nona tunggu disini dulu ya." Setelah berucap begitu perawat itu kembali masuk meninggalkan Fira.

Fira beralih duduk di kursi tunggu. Menunggu adalah yang bisa ia lakukan saat ini. Menunggu seseorang yang akan menjelaskan padanya bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Fira melipat lututnya ke dada dan menelungkupkan kepalanya di sana. Terasa perih mata Fira saat ini. Akan kah ia kembali menangis?

Ternyata saraf parasimpatik Fira tidak menuruti keinginannya. Tanpa diperintah saraf itu tetap saja merangsang air mata melesak, melewati kelopak matanya.

Tuhan, aku mohon. Hanya dia, hanya ibu yang kumiliki sekarang. Kalau Engkau mengambilnya, dengan siapa lagi aku harus hidup? Aku tidak punya siapa-siapa lagi.

Seketika Fira teringat dengan mimpinya. Dalam mimpinya itu Via menyuruh Fira untuk kembali pada Martin. Dan Via juga mengatakan kalau ia akan pergi. Apa itu suatu pertanda?

Sebelum Naya pergi, Naya juga memberikan tanda yang serupa dengan yang dilakukan Via. Hanya saja Naya di alam nyata, sedangkan Via dari alam bawah sadar.

Fira bangkit dari duduknya seiring dengan seorang dokter yang keluar dari ruangan. Tanpa ba-bi-bu lagi, Fira langsung menghampiri dokter itu.

"Bagaimana dok? Ibu saya baik-baik ajakan?"

Dokter itu menghembuskan nafas panjang. "Harapan kami juga begitu Fir. Tapi Tuhan berkehendak lain."

"Maksud dokter?" Dada Fira terasa sesak karena nafasnya yang menggebu.

Perlahan dokter itu memegang pundak Fira dan mengusapnya, mencoba menenangkan Fira. "Maafkan kami Fira, ibu anda tidak tertolong. Ny. Via pergi meninggalkan kita semua."

Pain of Fira (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang