13

14 0 0
                                    

Hari ini, aku kembali mengingatmu. Sebenarnya setiap hari pun. Aku mengingatmu. Tapi hari ini, karena momen ini benar-benar mengingatkan aku padamu. Aku rindu kamu Fan.
.
Amanda Safira Zevayndes
.
.

"Kakak kamu, Fira mana?"

Naya tidak menjawab. Terlalu sulit baginya menghadapi situasi seperti ini. Jadilah ia yang tadi menengadah menjadi menunduk. Dan saat ia menunduk, saat itu pula bendungan di matanya mulai meleber, membasahi pipi mulusnya.

Hati Via tergores mendengar isak tangis Naya. Anak yang selama ini ia besarkan dengan penuh kasih dan sayang, harus ia perlakuan seperti ini. Meskipun ini hanya settingan, namun tetap saja. Kesedihan yang diterima Naya sendiri nyata.

"Jawab ibu Nay!" Bentak Via sekali lagi. Namun dengan suara yang lebih pelan agar tidak jelas bergetar.

Masih dalam tundukkan, Naya membuka suara. "Hiks, kakak katanya ada kerja kelompok Bu. Jadi dia nurunin aku di depan." Ujar Naya tercekat.

"Oh iya. Ibu lupa. Dia juga udah sempat bilang ke ibu." Suara Via melemah. Ia harus akhiri sandiwara ini. Kalau tidak ingin ia gagal di tengah jalan. "Yaudah, kamu masuk sana."

Naya mengangguk dan berlari meninggalkan Via. Dan kemudian disusul Via sambil menutup pintu.

Langkah Naya semakin dekat mendekati pintu kamarnya. Beberapa langkah lagi Naya akan berhasil meraih gagang pintu. Ditekannya knop pintu dan pintu itupun terbuka.

Dari dalam kamar, Fira sendiri sudah bersiap dengan sebuah balon ditangannya yang akan ia ledakkan. Dulu, Fira memang takut mendengar letusan balon dan kejutan seperti ini. Namun seiring berjalannya​ waktu, ia berhasil mengusir rasa takutnya. Justru ia selalu merindukan kenangan itu. Karena saat itu, Fandy lah yang memberikan kejutan untuknya.

Naya melangkah masuk, dan melihat kamarnya gelap tanpa secercah cahaya sedikitpun. Memang, tadi Fira sengaja mematikan lampu dan menutup gorden jendela. Suasananya harus benar-benar gelap. Kalau tidak, Naya pasti melihat Fira dalam keremangan itu.

Segera Naya meraba-raba tombol lampu dan menghidupkannya. Saat lampu menyala, saat itu juga suara ledakan memenuhi isi kamar.

Naya shock, ia spontan menutup matanya. Karena ia pikir bola lampu itu yang meletus.

Merasa aman, perlahan Naya membuka matanya. Betapa terkejutnya ia saat melihat kamarnya sudah didekorasi untuk pesta ulang tahun. Ada tulisan "Happy Birthday Naya" karya tulisan tangan Fira yang tertempel di dinding. Persis dibawah itu, ada sebuah meja dengan kue bolu pandan spesial kesukaan Naya. Selain itu juga ada beberapa hidangan makanan favorit Naya. Dan beberapa​ buah balon melayang-layang​ di udara.

Happy birthday Naya
Happy birthday Naya
Happy birthday...
Happy birthday...
Happy birthday Naya

Nyanyian Fira yang dikuti Via dari belakang​ Naya.

Naya benar-benar terharu. Ia tidak menyangka ibu dan kakaknya​ mempersiapkan semua ini untuk hari ulang tahunnya. Ternyata benar yang dikatakan orang-orang, bahwa ulang tahun itu benar-benar spesial.

Naya berbalik menatap ibunya. Via yang ditatap dengan mata berkaca seperti itupun tak sanggup menahan bulir air matanya. Ia tersenyum tulus untuk anak bungsunya yang kini semakin dewasa.

"Maafin ibu ya. Tadi ibu bentak-bentak kamu." Naya tersenyum menanggapi. Sedetik kemudian, ia memeluk ibunya dengan gerak cepat.

"Aku bahagia Bu. Baru kali ini aku merasa bahagia saat ibu bentak dan marahi aku kayak tadi." Naya diam sejenak. "Jujurnya awalnya aku takut. Benar-benar takut ibu gitu. Tapi kini, aku sungguh bahagia Bu."

Pain of Fira (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang