Jauh
Bukan jarak ataupun hadirnya pendatang baru
Ini sungguh menyakitkan, disaat cinta terhalang oleh dunia yang berbedaKamu berbohong
Kamu bilang tidak akan meninggalkanku, namun nyatanya kau pergi jauh tak terukur waktu
Katamu kamu akan membahagiakanku selalu
Lantas jika aku berkata aku sedang tidak bahagia apakah kamu kembali dalam dekap ini?Kasih, bolehkah sekali ini saja aku menangis
Runtuh dalam kerinduan, hangus dibakar kenangan
Aku ingin mengadu, tentang rindu yang terus beranak pinak setiap mengingatmu
Aku ingin mengadu, tentang perjalananku menyusuri tapak asa tanpa adanya kamuBisakah kamu kembali?
Tidak bisakah? Lantas bisakah kamu mengirimkan hadirkan dirimu yang baru untukku?
Sungguh, aku rindu.Helaan napas gusar terdengar dari seorang gadis yang tengah duduk termenung di meja belajarnya, setumpuk buku nyatanya tidak bisa mengenyahkan pikirannya dari seseorang yang mungkin sedang melihatnya dari kejauhan.
"Kenapa sih, kamu masih berkeliaran disini. Aku mau belajar" iya, belajar ngelupain kamu. Lanjut gadis itu dalam hatinya sambil mengetuk dahinya beberapa kali dengan bolpoin.Namanya Silla Azzahra, seorang siswi yang sedang berjuang mati-matian untuk melupakan sang mantan. Ah ya benar, kasus yang terlalu pasaran untuk kalangan anak muda masa kini. Tapi mau bagaimana lagi, memang seperti itu nyatanya.Bersekolah di salah satu SMA favorit Ibu Kota, nyatanya tidak bisa membuat dia pandai dalam hal move-on.
"Yaudah lah, gue mau tidur aja. Selamat malam revan" Putus gadis itu dengan senyuman getir di akhir kalimat. Berharap seorang yang Ia sebut tadi membalas ucapannya. Walau hanya dalam mimpinya.Selalu seperti itu, semenjak terjadinya tragedi yang Sila membayangkannya saja tidak berani, kesehariannya tampak suram. Rona itu seakan memudar, entah sampai kapan. Dan entah kepada siapa Ia akan menjatuhkan kembali hatinya. Semoga dia tidak terus-menerus bersedih dan lekas berbahagia. Sebab Ia tidak tahu, ada seseorang yang mencintainya sepenuh hati dengan doa.
‹•.•›
Sedangkan di tempat yang berbeda, seorang pemuda juga sedang duduk termenung di balkon kamarnya. Udara dingin seolah tidak membuatnya lekas beranjak dari tempat itu. Gitar dan secangkir kopi selalu setia menemani setiap malamnya.
Ingatannya tertuju pada kejadian beberapa bulan lalu. Bohong jika dia tidak merasa kehilangan, ditambah dia menyaksikan sendiri seorang gadis yang selama ini diam-diam dia kaagumi menangis tersendu didepan matanya, didalam pelukannya. Jantungnya seolah terhimpit beton yang sangat besar, sesak. Dan itu mengusiknya beberapa bulan ini.
"Lo temen gue kan?"
"Gue tahu lo sayang sama cewek gue, jagain dia. Jangan sampe ada setetes air mata yang jatuh dari kelopak matanya"Perkataan sahabat sedari dalam kandungannya itu, selalu terngiang dan berkecamuk dipikirannya.
"Argg,, pengecut!" makinya untuk dirinya sendiri entah yang keberapa kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why, So?
Teen FictionApakah bisa persahabatan antara perempuan dan laki-laki tidak diselingi dengan adanya cinta? Frienzone? Atau semacamnya? Tidak bisa. Sama sekali. TAMAT