Sila sadar, pada satu titik dia akan berada pada keadaan paling lemah. Dan untuk orang-orang yang senantiasa ada disampingnya, silla ucapkan terimakasih.
Bukan sekarang dia membalas jasa itu, tapi nanti.
Cinta itu perihal cukup.
Yang tidak sila sadari ketika jatuh cinta adalah dia belum memenuhi syarat untuk jatuh cinta itu sendiri. Sebelum ia memutuskan untuk jatuh cinta, terlebih dahulu ia harus mencintai dirinya sendiri. Menerima apapun yang ada dalam dirinya sendiri.
Seperti yang kita ketahui, kita di dunia hanya sebatas meminjam bukan memiliki. Jadi, sehebat apapun pasangan yang kamu miliki atau apapun itu yang kamu dapati. Jangan terlalu erat menggengam. Akan ada masanya apapun itu yang kamu miliki akan hilang.
Itulah sebabnya kamu perlu mencintai diri kamu terlebih dahulu. Semua boleh hilang, asal jangan kamu kehilangan dirimu sendiri. Fatal.
"Selamat pagi para sodara setanah air" sapa silla pada ketiga temannya yang sedang duduk di kelas.
Seolah tidak menghiraukan muka keyla dan stevani yang masih terkejut, silla dengan santainya mencomot sarapan stevani.
"Dasar babi ya lo gue benci sama lo"
Ada beribu penyesalan dan ucapan maaf yang ingin mereka ucapkan untuk silla, namun dibanding itu mereka lebih memilih mengungkapkan itu dengan makian seperti tadi.
Ya, mereka mempunyai bahasa sendiri untuk mengungkapkan betapa berterimakasihnya mereka sudah dipertemukan.
"Hahaha, gimana nih rumah stevani tanpa gue. Huu, kangen juga kan lo pada sama gue"
"Bacot, gue kangen banget sama lo sil." kata stevani sambil memeluk silla, diikuti dengan keyla.
"Gue boleh gabung gak nih?"
"No!!!" seru mereka kompak dan kemudian tertawa keras. Sedangkan willi hanya mendengus kasar.
Sahabat adalah sebaik-baiknya penyembuh luka. Ya, sila sadar akan hal itu.
Dia hanya perlu melihat dari mata orang yang sayang terhadapnya dibanding pada mata orang yang ingin menjatuhkannya.
Dia hanya perlu bersikap bodo amat, untuk kembali bahagia.
Ya, dia hanya perlu mencintai diri sendiri seblum mencintai orang lain.
Hanya itu.
‹•.•›
Sepulang sekolah, hari ini mereka menyemoatkan diri untuk girls time dirumah stevani.
Berjam-jam pula mereka menghabiskan waktu untuk becanda.
Setelah lelah becanda. Terjadi keheningan beberapa saat, sampai akhirnya Stevani memecah keheningan dengan mengeluarkan segala unek" hidupnya selama ini.
"Pengen deh gue jadi daun yang selalu jatuh karena angin tanpa membenci angin dan keadaan yang ada bahwa ia emang udah layu. Gue udah berusaha mencoba buat damai sama keadaan hidup gue, tapi semua itu malah bikin gue makin benci sama hidup gue.
Kalo liat kalian kaya gini gue suka iri tau gak, haha. Orangtua gue emang pembisnis yang hbat tapi belum bisa gue sebut orang tua yang hebat"
Ia merasa orang lain tidak bisa mengerti posisinya. Ia selalu mencoba untuk kuat. Banyak hal yang gak bisa dia rubah dan banyak hal yang bikin dia jatuh walaupun udah berusaha keras.
"Lo tau stev, lo masih beruntung daripada gue.
Walaupun orangtua lo sibuk tapi mereka masih sempat pulang kan masih sempat kasih kabar sama lo. Coba lo liat gue? Gue udah lama gak lewatin hidup tanpa sosok ayah yan selalu mantau pertumbuhan gue, selalu mantau giaman gue sehari-hari.Tapi gue bersyukur dan masih sangat bersyukur punya bunda gue, dia sosok yang kuat. Stev, hidup itu bukan buat di sesalin" jawab silla sambil mengusap bahu stevani pelan.
"Jalani aja. Gausah takut jatuh, semua pasti pernah jatuh. Sulit sih tapi ambil sisi positifnya aja pasti ada" Kata Keyla dengan senyuman tulus
"Kalian dapet dari mana sih kata-kata barusan. Geli tau, apalagi keyla duh sok sokan." Kata Stevani dengan cengiran khasnya
"PAKUNYA MANA, PAKUNYA?!!!" keyla berujarsambil menepuk keras kepala stevani, seolah menyalurkan kekesalannya barusan.
"Adududuh, iya maap kali key udah woi sakit. Lo pikir gue kuntilankan apa ada pakunya" jawab stevani dengan berteriak.
Sakit sumpah!!
"Apa yang paling kau inginkan dalam hidupmu? Kau tak punya pilihan lain selain mengikuti takdir tanpa berani membentaknya. Mengikuti alur cerita yang suka becanda, suka memeprmainkan kita.
Apa impianku? Apa impianmu? Aku terjebak dalam takdir yang kurang ajar ini. Dipertemukan dengan sekumpulan manusia kelebihan hormon macam mereka. Yang selalu bikin gue ngerasain arti hidup terutama keluarga dari mereka.
Semodern apapun jaman, jangan biarkan diri sendiri jadi manusia yang tak kenal sederhananya kata 'maaf & 'terima kasih. Terimakasih untuk hari-hari berharga yang kalian kasih buat gue dan maaf kalo gue masih belum bisa jadi sahabat yang sempurna buat kalian" Batin Stevani tak lupa senyuman terbit diwajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why, So?
Teen FictionApakah bisa persahabatan antara perempuan dan laki-laki tidak diselingi dengan adanya cinta? Frienzone? Atau semacamnya? Tidak bisa. Sama sekali. TAMAT