Ketika hendak berbalik untuk pulang, silla dan keyla dikejutkan dengan keberadaan willi dengan raut wajah dingin.
Seolah mengetahui apa yang akan terjadi, keyla memilih pergi terlebih dahulu.
"Gue pergi dulu ya sil, baik baik lo" ujar keyla sambil menepuk pelan bahu silla.
"Sabar kontrol emosi" bisik keyla pelan ketika melewati willi.
"Kenapa lo gak mau cerita sih sil?"
"Lo tahu gue wil"
"Ngapain lo dengerin omongan mereka, gue nerima lo apa adanya diri lo. Jangan karena omongan mereka lo jadi minder.
Lucu tau gak, semua orang bilang lo beruntung dapetin gue. Mereka salah, gue yang beruntung bisa dapetin lo. Gue yang beruntung bisa dapetin kasih sayang lo, ngrasain cinta lo. Kalau ada yang tanya ke gue siapa yang sebenernya gak pantes ya gue sil jawabnnya.
Lo tahu gue orangnya kayak gimana, tapi lo tetep nerima gue. Itu udah lebih cukup sil bagi gue"Seluruh emosi willi teetuang dalam sederet kalimat dengan nada putus asa tersebut.
Selama ini willi merasa sudah mengetahui perihal silla. Namun ternyata benar, untuk mengenalnya tidak cukup hanya sebatas teman.
Selama ini willi sudah berusaha keras agar gadisnya ini tetap aman dalam jangkauannya, namun nyatanya dialah yang menyakiti gadisbya sendiri.
Selama ini juga, willi berusaha keras agar air mata gadisnya tidak terjatuh dalam keadaan duka. Namun naas, takdir seolah tak memberikannya suka.
"Gue gak cantik, nilai gue rata-rata, gue buta tangga nada. Gue bodoh untuk sekedar memehami logaritma. Gue gak bisa apa-apa" kata silla sarat akan keputus asaan.
Apa yang terjadi dengan silla-nya, sebegitu dalamkan luka itu? Dimana semangat yang selama ini willi agung-agungkan?
"Ternyata penilaian orang lain lebih penting ya sil, daripada penilaian orang yang sayang sama lo"
Deg.
Memang willi tidak membentak ataupun berujar dengan raut dingin dan beku. Silla tahu willi hanya tersenyum untuk menutupi luka yang telah dia torehkan.
Tuhan. Apakah silla terlalu menyakiti hati pemuda didepannya ini? Egoiskah jika ia merasa lelah dengan skenariomu?
Egois. Ya silla akui dia begitu egois, dia teramat ingin dimengerti tanpa menberitahu. Teramat ingin dipahami namun enggan memahami.
"Gue anterin pulang"
Setelah terjadi keheningan beberapa saat, tiba-tiba willi bangkit sambil berucap kepada silla, namun willi seolah enggan hanya untuk menatap silla.
Sepanjang perjalanan menuju rumah, hanya ada keheningan yang menyelimuti mereka.
Keduanya seolah berlomba-lomba untuk menyatakan kebisuan.
Ketika didepan rumah setelah silla turun dari motor ninja putih tersebut, tanpa mengucapkan apapun willi melesat meninggalkan sila tanpa satu patah kata.
Silla yang menyadari kemarahan willi hanya menggigit keras bibir dalamnya untuk menahan gejolak yang siap meledak, bahkan tanpa dia sadari ia terlalu keras menggigit hingga berdarah.
"Aw..."
Segera ia masuk kedalam rumah tanpa mengucapkan salam. Larissa yang sekilas melihat mata sembab milik silla hanya menghela napas. Dia menilih diam, ya anaknya butuh waktu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why, So?
Teen FictionApakah bisa persahabatan antara perempuan dan laki-laki tidak diselingi dengan adanya cinta? Frienzone? Atau semacamnya? Tidak bisa. Sama sekali. TAMAT