BAB 5

157 12 3
                                    

Tidak ada cinta yang abadi
Tidak ada cinta tanpa patah hati. Tidak semua kisah berakhir dengan bahagia. Disaat cerita itu berakhir, bukan berarti kisah tersebut turut berakhir. Bisa jadi, kisah-kisah yang lebih baik tengah dipersiapkan untukmu.

‹•.•›

Setelah ganti baju, gue melihat bunda sedang sibuk dengan pesanan dari beberapa pelanggan. Memang semanjak kepergian Ayah, gue dan bunda  mendirikan usaha kecil-kecilan berupa catering.

"Halo bunda, Silla bisa bantu apa?"

"Kamu makan siang dulu tadi bunda udah makan siang. Habis itu anterin ini ya, alamatnya sudah bunda tulis"

"Tadi aku udah makan siang kok bun dirumah Stevani"

"Yaudah kalau gitu, bunda minta tolong ya. Hati-hati dijalan"

"Siap bunda, Assalamualaikum" tak lupa Silla mencium telapak tangan bundannya sebelum berangkat.

"Walaikumsalam"

Sepeninggalan Sila, tiba-tiba bel rumah berbunyi. Segera setelah mencuci tangan, Larissa bergegas menuju pintu depan.

"Iya sebentar" serunya

Namun, setelah membuka pintunya Ia tidak menemukan siapa pun kecuali sebuket bunga mawar merah. Tak lupa sepucuk surat berwarna merah muda.

"Jangan bersedih tuan putri, angkat kepalamu jangan sampai mahkotamu terjatuh"

Larissa yang membaca surat tersebut hanya senyum-senyum sendiri, tidak dia sangka ternyata anaknya itu diam-diam memiliki penggemar.

"Haduh.. Anak muda ya, bikin ngiri terus"

Sedangkan seseorang yang bersembunyi dibalik pohon hanya menggerutu. Bagaimana tidak, niat hati ingin memberikan kepada siapa yang menerima siapa?

‹•.•›

"Bunda, dikamar aku tadi bunga dari siapa?"

Sepulang dari mengantarkan pesanan tadi, Silla bergegas menuju kamarnya. Saat ingin mengambil novel, dia menemukan sebuket bunga kesukaannya, mawar merah.

"Cowok kamu mungkin"

"Ih bundaa.. Beneran ini dari siapa?"

"Bunda gak tahu sayang"jawab larissa dengan sorot mata jenaka. Berbanding terbalik dengan Silla yang raut wajahnya tidak terdefinisikan.

Tak terasa gelap pun jatuh, seolah teringat dengan buket bunga dari entah siapa. Silla bergegas membuka aplikasi chating berwarna hijau dihp-nya.

‹•.•›

Jagoan Mama Squad

Eh guysss,
ada yang baru!!!!

StevaniA:paan?
Keyla :2

Masa ya, gue dikasih bunga dari gatau siapa

Keyla :Allahuakbar sil, lo masih idup kan?
StevaniA: eh yajuga ya, jangan pergi dulu lah sil. Utang lo di gue belum lo bayar.
Keyla : 2

Kalian ya kalau ngomong gak pakek bismillah dulu

Keyla: Bct
StevaniA :duaa
WilliamD : 3

"Allahuakbar, tobat gue punya temen macem mereka" gerutu Silla setelah melihat pesan dari ketiga sahabatnya.

"Gangguin Willi ah" Jika sekarang dia dalam dunia kartun, mungkin sekarang di atas kepala Silla muncul ilustrasi lampu yang menyala.

Panggilan pertama ditolak
Kedua ditolak
Ketiga ditlolak

Setelah panggilan yang entah keberapa, barulah willi mau mengangkat.

1
2
3

"Gila ya lo sil, gue lagi main game. Gue kalah ini tanggung jawab lo. Dasar medusa lo. Gatau apa gue pengen bahagia"

Benar bukan, sudah menjadi kebiasaan bagi Silla untuk menggangu Willi pada jam-jam main game seperti saat ini. Katakan Sila jahat, karena memang seperti itu.

"Halah wil, lo gayaan main game segala. Gue kan cuma mau ngingetin besok ulangan kimia. Kurang baik apa coba gue. Bersyukur lo" jawab sila tanpa dosa, jangan lupakan tawa jahatnya.

"Serah deh serah. Sekedar informasi ya tuan putri yang terhormat. Besok gak ada pelajaran kimia pinter"

Bukannya tertawa, Silla justru termenung dengan panggilan "tuan putri" tersebut. Jika hanya kebetulan, mengapa momentnya sangat memungkinkan?

"woi spadaaa"
"bodoamat ya sil, gue mau main game lagi"
"karma lo ganggu gue lagi"

Bahkan setelah panggilan itu terputus, Silla tak kunjung sadar. Ia masih bergelut dengan pikirannya.

Why, So?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang