BAB 7

125 12 0
                                    

"Shila cepetan kamu ini ditungguin willi" kata Larissa dengan tidak sabaran.

Bagaimana tidak, silla daritadi mengunyah sangat pelan dan penuh kehati-hatian tidak seperti biasannya.

"Bunda, ini masih jam enam. Terus kata guru aku, kita kalau makan harus dikunyah 33x supaya mudah untuk proses pencernaan. Iya kan will. Ah iya, keejaan lo waktu pelajaran kan cuma gangguin orang terus" kata shilla tanpa dosa.

Sedangkan willi hanya mendengus dan menatap shilla dengan geram seolah berkat "awas elu ntar habis sama gue"

"huss.. Kamu ini untung willi sabar punya temen kelebihan hormon kaya kamu" kata Larissa sarkas

"Bunda tuh ya kalau ngomong suka gak pakek bismillah. Udah ah mau berangkat dulu, assalamualaikum bun"

"Yaudah bun willi sama silla mau berangkat. Assalamualaikum" kata willi sopan.

Sepanjang perjalanan menuju sekolah, tidak seperti biasannya silla hanya diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Bahkan setelah sampai di area parkir, dia tetap setia dalam kebisuannya.

Seolah teringat akan suatu hal, Willi langsung mengecek kalender di hpnya. Dan benar tepat hari ini dan beberapa hari seterusnya adalah hari dimana shilla menjadi singa.

Yah begitulah note di kalender willi.

Tidak ingin bencana alam terjadi pada dirinya, willi berusaha bersikap sebaik mungkin.

"Mau beli ea krim sil?"

"Gila ya lo, ini masih pagi. Gue juga baru sarapan, niat banget sih lo bikin gue gendutan"

Oke willi. Sabar.

Jika ada yang bertanya, apa yang lebih berat di banding rindunya Dilan dan Milea, sudah pasti Willi akan menjawab saat wanita pms.

‹•.•›

Sejauh ini proses pembelajaran yang Silla lalui berjalan dengan khidmat, sebelum ketenangannya diusik oleh makhluk di sampingnya.

Siapa lagi jika bukan Willi ? Sebenarnya Silla heran, bagaimana bisa anak itu tidak  pernah bisa diam, bahkan dalam posisi duduk seperti saat ini.

Entah tangannya usil, kakinnya ketuk-ketuk lantai, atau mulutnya mengatai orang. Yang pasti selalu saja ada.

Karena merasa usahanya untuk mengganggu silla tidak berhasil, willi beralih mengganggu Kayla.

Sila hanya menggelengkan kepala melihat willi antusis mengganggu Kayla, begitupun dengan Kayla sendiri lebih antusias membalas Willi.

"hey itu willi sama keyla, kalian dengerin saja apa tidak? Malah main main aja. Mau jadi apa kalian ini?" ceocos Pak Agus.

Sukurin. Batin Silla bersorak.

Belum sempat willi menjawab, bel kemerdekaan sudah berbunyi. Wajah-wajah yang semula persis sepeti zombie berubah 180 derajat.

Slamet slamet. Kata willi yang masih bisa gue denger.

Dasar.

Why, So?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang