Mata sembab Seunghee mengerjap-ngerjap setelah indra penciumannya mencium aroma makanan yg tidak asing lagi baginya.
"Eomma" Gumamnya kemudian langsung menyibak selimutnya kemudian turun ke dapur. Dan benar dugaan Seunghee Ibunya datang dan beliau sedang memasak di dapur di temani Seungcheol yang seperti biasa , mengacau.
"Eommaaaa" teriak Seunghee kemudian memeluk Ibunya yang sudah 8 bulan ini tidak ia temui. Seunghee sangat merindukannya.
"Aigo aigo. Uri Seunghee." Ga eun memeluk membalas pelukan anaknya.
"Kapan eomma datang ?" tanya Seunghee seraya melepaskan pelukannya dan duduk di meja pantri.
"Tadi pagi-pagi sekali-Hei kenapa dengan matamu nak, apa kau habis menangis hmm?" Tanya Ga Eun curiga pasalnya putrinya ini kalau sekali menangis matanya akan bengkak dan sembab. Sehingga membuat matanya sipit.
"Eoh, Seunghee menangis sampai bajuku basah karena ingusnya .Dan itu karena Mingyu." adu Seungcheol.
"Yaaa Oppa, diamlah." sungut Seunghee kemudian memukul bahu Seungcheol.
"Appo" Seungcheol meringis kesakitan. Tangan mungil Seunghee memang sangat kuat.
"Aigoo. Apa kalian bertengkar lagi sampai Mingyu bisa membuatmu menangis. Tidak biasanya Uri Seunghee menangis." Ga Eun membelai rambut Seunghee.
"Tak apa eomma, Hanya masalah kecil saja. Biasalah anak muda" jawab Seunghee.
"Gotjimal. Jangan percaya eomma" adu Seungcheol lagi kemudian berlari meninggalkan dapur sebelum Seunghee mengumpatinya dengan kata kata kasar.
"Oppaaaa." Sungut Seunghee geram.
"Memang masalah apa sampai membuatmu bertengkar dengan Mingyu ?" tanya Ga eun penasaran
"Bukan apa-apa. Oiya dimana appa ?" Seunghee mengalihkan topik pembicaraan, dia tidak ingin membahasnya. Apalagi sampai Ibunya tau
"Ada di depan rumah mengobrol dengan Kwon Ajushi."
"Aku akan menemui Appa dulu ne." Seunghee meninggalkan dapur sebelum Ibunya bertanya yang lebih jauh lagi tentang Mingyu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Seunghee bergelut dengan pikirannya dan tidak fokus dengan makanan yang ada di depannya. Ia sedang memikirkan tawaran ayahnya untuk pindah ke Daegu dan juga memikirkan Mingyu.
Seunghee dilema, jika memilih Daegu ia akan meninggalkan Seungcheol sendirian di Seoul dan ia juga meninggalkan sahabat2nya, Mingyu dan Tzuyu. Tapi di sisi lain Seunghee juga ingin tinggal dengan kedua orangtuanya.
"Seunghee-ya, kau memikirkan apa ?" tanya Tzuyu yang duduk di hadapannya.
Sekarang Seunghee dan Tzuyu sedang berada di Cafe tempat biasa mereka nongkrong. Tanpa Mingyu, tepatnya Mingyu akan datang terlambat. Karena dia sedang mempersiapkan dirinya untuk menyatakan cintanya ke Tzuyu. Dan di Cafe ini pula Mingyu akan menyatakan cintanya didepan banyak pengunjung.
Jadi mau tidak mau Seunghee harus menyiapkan hatinya untuk terluka.
"Seunghee" Tzuyu menggoyangkan bahu Seunghee.
"Wae ?" lamunan Seunghee buyar.
"Aku perhatikan kau melamun terus, apa kau ada masalah ?" tanya Tzuyu cemas.
"Tidak. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu saja."
"Mau berbagi cerita ?"
"Maafkan Tzuyu-ya mungkin lain kali saja." jawab Seunghee. Mana mungkin ia menceritakan kalau dirinya sedang memikirkan Mingyu dan rencana kepindahannya ke Daegu. Walupun itu baru rencana.