-bukan nya aku menyerah, tapi aku tau kapan harus berhenti-
**Kali ini kelas IPS-3 sedang pelajaran olahraga. Aku dan teman-teman sedang ganti baju di kamar mandi.
"Woi! Cepetan entar Pak Ima marah!" Teriak Desi yg suaranya sangat dahsyat.
"Iya bawel." Ucapku melirik sekilas kearah Desi.
Panas matahari sangat tidak bersahabat. Kali ini mereka disuruh lari keliling lapangan lima kali putaran.
"Eh gila! Kalo kaya gini mendingan tadi gue pura-pura sakit." Kata Mika menepuk bahuku dengan nafas yg ngos-ngosan.
"Hm. Iya nih mana panas banget."
Desi pun menghampiri kami. "Liat keatas Sal! Liat cepetan." Kata Desi setengah berbisik.
Aku pun nurut. Demi apa?! Darel sedang memperhatikan aku dari atas. Oh apa aku saja yg kegeeran? Disini banyak orang. Pasti Darel hanya bosan dikelas, memilih berdiri dikoridor dan melihat kelasku olahraga.
"Darel ngeliatin lo?!" Teriak Mika. Segara, aku menutup mulut Mika.
Desi menghembuskan nafas dan memutar bola matanya. "Dari tadi. Kalian aja yg gak sadar."
"Ngeliatin yg lain kali. Kan disini banyak orang." Ucapku.
"Dia ngeliatin lo Salsa! Emangnya ada orang lain disini? Cuma kita bertiga." Kata Desi.
Aku pun melihat kesamping. Benar. Kita hanya bertiga. Loh dimana anak-anak?
"Lah pada kemana ya?" Tanya Mika, penasaran sama sepertiku.
"Udah pada istirahat. Lagian ngegosip mulu sih!" Desi pun geram dan meninggalkan kami.
Aku melirik keatas lagi. Darel sedang menopang wajahnya dengan tangan yg ia lipat dan memperhatikan aku. Bukan aku. Bukan. Palingan dia memperhatikan Mika?
"Mika. Darel ngeliatin siapa ya?" Tanyaku masih fokus kearah Darel.
Tidak ada jawaban.
Aku pun menoleh kesamping.
Sepi. Loh, pada kemana?
Aku pun melihat keatas lagi. Darel tersenyum. Apa?! Tersenyum? Tersenyum kearah siapa? Apa Darel gila. Senyam- senyum sendiri.
Aku mencari kesekitar. Tidak ada orang. Hanya diriku. Dan Darel tersenyum. Tersenyum kearahku?
Aku pun segera berlari, tidak perduli dengan Darel. Ah mana bisa? Dua tahun aku berusaha moveon. Tapi hasilnya tidak ada.
"Kalian kenapa ninggalin aku?"
"Lonya lagian maen tatap-tatapan sama Darel." Kata Mika dengan nada malas.
Desi hanya bergumam tidak jelas.
Aku tidak lapar dan tidak haus. Padahal tadi aku sudah tidak kuat berlari dan ingin makan. Tapi kenapa pas ada Darel perutku rasanya kenyang? Ah efek cinta kali.
"Woi! Udah gila nih bocah," Kata Desi dengan suara nyaringnya membuyarkan lamunanku. "Gara-gara abis dilihatin sama Darel."