-Aku hanya iri melihat mereka bisa tertawa dengan sang ayah-
**
"Pauline kamu mau kemana?" Tanya Mama nya dengan nada sangat lembut.
"Bukan urusan anda." Balas Pauline sangat ketus.
"Jangan pulang malam-malam nak."
Pauline menoleh kebelakang, dimana sang Mama nya berada.
"Apa pernah dulu saya melarang anda untuk tidak pulang malam-malam?"
"Saya tidak pernah melarang anda. Bahkan anda selingkuh pun saya tidak melarang."
Pauline langsung berlari menuju garasi dan meninggalkan rumah nya dengan mobil kesayangan hadiah dari Ayah nya.
**
"Kamu mabuk lagi?" Tengah malam Pauline pulang kerumah dengan keadaan mabuk. Ini sudah biasa terjadi kepada diri Pauline.
"Udah sana. Gue mau keatas." Usir Pauline mendorong badan Mama nya.
Ketika Pauline sudah sampai dikamar, air mata Tari -Mama nya- lolos begitu saja.
Apa ini akibat dari semua perbuatannya dahulu?
Anak nya tidak pernah bersikap sopan dan selalu membantah segala perhatian yg Tari ucapakan.
**
Sesampai nya dikamar, Pauline segera membersihkan badan nya yg sangat berbau asap rokok.Diri nya tidak perduli masuk angin. Toh, Pauline sering mandi malam-malam. Tapi Pauline tidak pernah merasakan masuk angin karna keseringan mandi malam-malam. Mungkin, angin nya malas masuk ketubuh Pauline.
Setelah selesai mandi, Pauline merebahkan badan nya dikasur kesayangan nya.
Diambil nya foto diatas nakas. Satu air mata jatuh mengingat kembali kejadian enam tahun yg lalu.
-Flashback-
"Apa kamu masih mau melanjutkan hubungan dengan pria brengsek yg hanya memanfaatkan harta kamu saja?" Tanya Ferdi -Ayah Pauline- dengan nada selembut mungkin.
"Kalau iya kamu mau apa? Toh, ini semua warisan dari orang tua aku, bukan dari kamu!" Balas Tari setengah berteriak.
Pauline yg sedang berada diatas mendengarkan kata demi kata yg orang tua nya ucapkan.
"Aku sudah mengingatkan! Dia hanya mau harta kamu!" Kini amarah Ferdi sudah meluap.
"Terus beda nya sama kamu apa?!" Balas Tari berteriak tepat didepan wajah Ferdi.
"Aku punya alasan untuk menikahi kamu. Aku bukan menginginkan harta kamu. Tapi ada perjanjian yg harus aku lakukan dengan Papa kamu." Ferdi memegang bahu Tari dan mengusap lembut pipi Tari.
"Alah! Alesan saja!" Kata Tari sambil menepis tangan Ferdi.
**
Satu demi satu tetes air mata lolos begitu saja. Apa Pauline sangat cengeng? Tidak, Pauline hanya rindu perhatian yg Ayah nya kasih. Apa salah menangis karna merindukan sosok sang Ayah? Ingin rasa nya Pauline berlari sejauh mungkin meninggalkan semua serpihan kenangan yg ia pernah rasakan. Tapi ketika ia capek berlari, kenangan datang dan menghancurkan segala usaha yg ia lakukan untuk melupan kenangan itu.