Hallo readers tercinta. Ini FF keduaku, sebernya ini FF ketiga sih, berhubung FF kedua belum selesai jadi yg ini di publish dulu. Ceritanya singkat, singkat banget. Idenya dpt dari bengong pas lagi nganggur jadi semoga nge-feel ya. Jangan lupa Vote dan Comment ya, kita saling menghargai satu sama lain. Happy reading :)
Prang.....
"Oppa, stop!"
"DIAM KAU!"
"Cukup oppa, nanti luka di tanganmu tambah parah"
"KELUAR!"
"Tidak, aku mau sama oppa"
"KELUAR SIALAN!"
.
Soojung tercengang mendengar kalimat Jongin, oppa kandungnya. Sudah hampir 2 bulan oppanya itu bersikap kasar tapi ini pertama kalinya ia mengumpat pada Soojung. Hati Soojung sakit, ia berharap agar Jongin bisa kembali seperti yang dulu.
.
Soojung keluar dari kamar Jongin yang sudah seperti kapal pecah. Jongin terus memukuli tembok dan melempar berbagai macam benda yang ada disana. Yang terakhir ia meninju cermin yang ada di sebalah kiri tempat tidurnya sehingga tangan kanannya bercucuran darah. Soojung tidak takut Jongin akan menyakiti dan jahat padanya, namun ia takut Jongin terus melukai dirinya sendiri.
.
Tok tok tok...
"Oppa, kita sarapan yuk, aku sudah memasak sarapan untukmu"
"..."
"Oppa?"
"..."
"Aku masuk ya, oppa tak apa kan?"
"PERGI!"
"Tapi kau belum makan dari kemarin"
Prang...
.
Sepertinya Jongin melemparkan sesuatu lagi ke arah pintu. Soojung mundur perlahan dan akhirnya memilih memakan sedikit sarapannya seorang diri karena ia harus pergi ke sekolah. Ini bulan ketiganya duduk di kelas 3 SMA. Ia ingin melanjutkan ke jenjang kuliah seperti Jongin dulu. Tapi keadaan mereka saat ini sangat tidak memungkinkan bahkan hanya untuk memikirkan akan kuliah dimana Soojung nanti.
.
~Sepulang sekolah~
"Soojung?"
"Eh Kyungsoo oppa, ada apa?"
"Ada yang ingin kubicarakan denganmu, bisakah kau ikut aku sebentar? Kita bicarakan di dalam mobilku sekalian kau kuantar pulang"
"Apa tidak merepotkan?"
"Tentu saja tidak, kau mau kan?"
"Baiklah oppa"
.
~Di dalam mobil~
"Mau bicara tentang apa?"
"Tentang oppamu"
"Ada apa dengan Jongin oppa?"
"Apa kau sudah membujuknya? Apa dia mau periksa ke Rumah Sakit?"
"Susah oppa. Dia selalu uring-uringan jika kuajak bicara. Bahkan akhir-akhir ini dia mulai melukai dirinya sendiri"
"Separah itu kah? Apa aku boleh menemuinya?"
"Sebaiknya jangan dulu, Jongin oppa tidak mau bertemu siapapun. Ia bilang ia tidak mau dilihat oleh orang lain karena kondisinya mengenaskan"
"Ia pasti bisa berjalan lagi Soojung-ah. Maka dari itu ia harus check up agar nanti ia bisa melanjutkan kuliahnya juga"
"Aku tidak tahu apakah oppa bisa melanjutkan kuliah atau tidak, kami tidak punya biaya"
"Masalah biaya biar aku yang urus, kalau perlu kuliahmu besok juga bisa kubiayai"
"Jangan seperti itu oppa. Biarkan kami hidup dengan cara kami, jangan membuang uangmu untuk kami"
"Aku sudah menganggap kalian sebagai keluargaku sendiri, aku dan Jongin sudah bersahabat sejak kecil. Jangan anggap aku sebagai orang lain"
"Bukan begitu maksudku oppa"
"Tolong, Soojung. Bujuk Jongin. Ini demi kebaikan kalian"
"Akan kucoba lagi oppa"
.
Kyungsoo mengantar Soojung sampai rumah. Setelah mengucapkan terima kasih, Soojung langsung masuk ke dalam rumah dan berniat melihat kondisi oppanya. Namun tiba-tiba kepalanya pusing dan ia merasa sangat mual. Ia berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya saat itu juga.
.
Sepertinya ia sangat kelelahan karena harus bekerja dari sore sampai malam di toko milik paman Jongdae dan bersekolah di pagi harinya. Ia sangat lemas namun ia masih harus memasak dan membersihkan rumah. Ia lihat kamar Jongin tidak tertutup rapat sehingga ia langsung masuk saja sambil membawakan makan siang untuk Jongin.
."Oppa, makan yuk, aku suapi"
"..."
"Astaga tangan oppa luka lagi? Aku ambilkan obat sebentar"
.
Jongin hanya diam, ia tidak berontak ketika tangannya diobati dan diperban oleh Soojung. Sepertinya ia memukul cerminnya lagi. Luka yang ia dapatkan kemarin belum benar-benar kering menyebabkan luka yang sekarang sedikit lebih parah.
.
"Sudah beres, kalau ada apa-apa, oppa bisa memanggilku. Kalau kau terluka dan lukanya tidak segera diobati nanti bisa infeksi"
"Apa pedulimu?"
"Aku tidak ingin kau sakit"
"Aku sudah sakit, bahkan aku merasa sudah mati. Aku hanya bisa duduk di kursi roda tanpa bisa berbuat apa-apa"
"Oppa, aku menyayangimu, aku akan terus bersamamu. Ayolah oppa, kita bangkit bersama"
"Bangkit? Kau tidak mengerti"
"Aku mengerti, aku juga mengalaminya oppa"
"Kau tidak akan pernah mengerti perasaanku"
"Bukan salah oppa, kecelakaan itu terjadi karena takdir"
"Keluar kau!"
"Makan dulu oppa, kumohon. Tubuhmu sudah tambah kurus"
"Keluar atau kulempar vas itu padamu!"
"Baiklah, makanannya kuletakkan di nakas. Kumohon makanlah"
.
Flashback
"Ayolah appa, appa belum pernah melihatku menari. Tarianku sangatlah keren"
"Appa sibuk Jongin. Kau pergi saja dengan eommamu dan Soojung. Appa tahu kau hebat. Kau anak appa yang paling bisa appa andalkan"
"Tapi ini malam minggu appa"
"Baiklah baiklah appa ikut. Siapkan mobilnya"
"Aku saja yang menyetir"
"Biar appa saja yang menyetir. Panggil eommamu dan Soojung, kita berangkat sebentar lagi"
.
Di perjalanan menuju kampus Jongin, mereka bercanda dan tertawa tanpa henti. Jongin terus menggoda Soojung dan sesekali menggoda appa dan eommanya. Ia sangat bahagia karena hari ini adalah pertama kali appanya melihatnya menari. Namun tiba-tiba...
.
"APPA AWAS!!!"
CKIIITTT... BRAAAKKKK...
.
Jongin tidak sepenuhnya tahu apa yang terjadi. Yang ia tahu adalah ia sudah memeluk Soojung dengan posisi Soojung berada di bawah tubuhnya. Jongin tidak bisa merasakan tubuhnya dan perlahan ia menutup matanya sama seperti Soojung yang sama sekali tak bergerak dari awal.
Flashback end
.
Jongin lumpuh, ia sangat bergantung pada kursi roda karena kecelakaan itu. Kecelakaan itu pula yang merenggut nyawa appa dan eommanya. Karena itulah Jongin terus menyalahkan dirinya dan menjadi depresi seperti ini.
.
Andai saja ia tidak memaksa appanya untuk melihat penampilannya saat itu mungkin kecelakaan itu tidak terjadi, appa dan eommanya masih ada dunia ini dan Jongin juga tidak lumpuh. Itulah yang selalu ada di pikirannya.
.
Soojung kembali mengunjungi kamar Jongin berniat untuk mengambil piring makan siang Jongin. Kamar Jongin tidak tertutup rapat, Soojung masuk perlahan dan mendapati oppanya itu hendak menyayat pergelangan tangannya.
.
"Oppa!!!"
Soojung berlari dan merebut pisau yang Jongin genggam, ia mendapatkan pisau itu dan langsung ia buang. Ia memeluk tubuh rapuh Jongin dengan erat. Ia menangis di pundak Jongin
"Lepas"
"Tidak, jangan lakukan itu lagi"
"Lepas!" Jongin mendorong Soojung hingga terjatuh
"Jangan ikut campur segala urusanku!"
"Oppa, jangan tinggalkan aku"
"Kalau mau ikut saja, kita bertemu appa dan eomma disana"
"Astaga. Sadarlah oppa!"
.
Tiba-tiba tangan Jongin meraih rambut Soojung dan menjambaknya. Ini sudah kesekian kalinya Jongin menyiksa Soojung dengan tangannya sendiri.
.
"Heh anak kecil, kau tidak mengerti dan tidak akan pernah mengerti. Aku sudah menghancurkan keluargaku sendiri, dan kau, kau masih bisa hidup tanpa kekurangan dan rasa bersalah apapun, mengerti apa kau? Pergi!"
.
Plaakk...
.
Jongin memukulkan tangannya ke kepala Soojung hingga tersungkur
.
Soojung bangun dan berjalan keluar dari kamarnya dengan air mata yang masih menetes di pipinya, sakit yang ia rasakan bukan karena jambakan dan pukulan Jongin, tapi karena perlakuan Jongin terhadap Soojung.
.
Jongin kehilangan akal sehatnya karena depresi. Soojung sedih melihat Jongin sakit yang bukan hanya raganya namun juga jiwanya. Jongin yang sangat tampan, baik dan selalu ceria itu telah hilang
TBC
Jangan lupa vote dan comment nya ya. Kita saling menghargai. Terima kasih :)
YOU ARE READING
My Brother (Complete)
FanfictionSetelah mereka duduk tiba-tiba Jongin memeluk Soojung sangat erat. Dibelainya rambut Soojung penuh kasih sayang. Hal yang telah lama hilang dan dirindukan oleh Soojung dari seorang Jongin, oppa kandungnya. Soojung rela walau ia harus berkorban dan t...