7 (Confuse)

238 12 0
                                        

“Sialan!”
“Hentikan oppa, aku tak apa”
“Soojung-ah, maafkan oppa, apa kau bisa berdiri?”
“Iya aku bisa, aku hanya terbentur meja. Jangan khawatir, kau duduklah kembali nanti kakimu lelah”
“Kita pulang saja Soojung, akan kuobati lukamu”
.
Sesampainya di rumah, Jongin langsung mengobati luka Soojung tanpa sepatah katapun. Setelah itu ia memasuki kamarnya dan mengunci pintu kamarnya. Soojung mengerti pasti oppanya merasa bersalah karena telah melukai Soojung.
.
“Oppa, aku berangkat bekerja dulu ya?”
“…”
“Oppa?”
.
Soojung mengetuk kamar Jongin namun tak ada jawaban. Jongin juga mengunci pintu kamarnya sehingga Soojung tidak bisa masuk. Dengan berat hati Soojung pergi bekerja tanpa jawaban dari Jongin.
.
“Mengapa aku masih tidak bisa mengendalikan emosiku? Bahkan aku masih tidak sadar kalau aku melukai dongsaengku. Apakah sejak kecelakaan itu aku menyiksa Soojung seperti ini? Oh Tuhan mengapa aku tidak pernah sadar? Aku melihatnya kesakitan tapi mengapa sejak kecelakaan itu aku terus menyiksanya? Apa aku benar-benar gila? Otakku sudah tak waras lagi. Aku tidak bisa melindungi dongsaengku sendiri”
.
Jongin masih berkutat dengan pikirannya sendiri. Sampai malam tiba Jongin tak kunjung keluar kamarnya. Soojung yang baru tiba mencoba mengetuk pintu kamarnya namun tetap tak ada jawaban. Soojung menyerah karena ia juga merasa pusing sehingga ia membiarkan oppanya sendirian di kamar dan Soojung pun istirahat, tanpa makan malam.
.
Telfon
“Kyungsoo, bisakah kau ke rumahku?”
“Ada apa Jongin? Apa kau sakit? Soojung belum pulang?”
“Dia masih sekolah, ada tambahan pelajaran untuk persiapan ujian”
“Apa ada yang perlu kubawakan untukmu?”
“Tidak ada, datang saja kemari. Kutunggu”
“Jongin-ah, Lay ingin menjengukmu, apa boleh?”
“I…iya tak apa”
“Benarkah? Pasti Lay sangat senang, tunggu kami Jongin-ah”
----------------------.
~Di rumah Jongin~
“Apa kabar Jongin? Aku sangat merindukanmu”
“Jauh lebih baik, terima kasih sudah memikirkanku. Maaf jika selama ini kau kularang datang kemari, Lay”
“Tak apa, yang penting sekarang kau sudah lebih baik. Ngomong-ngomong ada apa kau menyuruh Kyungsoo kemari?”
“Karena sekarang ada kau juga Lay, sekalian saja aku meminta tolong kepada kalian. Kalian tahu Soojung sekarang juga sedang sakit. Aku tidak mau sakitnya bertambah parah, aku ingin meminta bantuan kalian untuk menjaga yeodongsaengku”
“Kau menyuruhku kemari hanya untuk membicarakan itu? Astaga Jongin, tak usah kau suruh pun aku akan melakukannya”
“Bukan hanya itu Kyungsoo, kalian juga tahu Soojung masih berpacaran dengan Sehun. Aku khawatir Sehun akan mempermainkan Soojung”
“Apa kau dan Sehun masih belum berbaikan?”
“Aku tidak akan pernah sudi berbaikan dengannya Lay. Hatiku terlalu sakit”
“Jongin, bagaimanapun juga dia teman dance kita, kita berkarya bersama”
“Sekarang tidak lagi Lay, setelah apa yang dilakukannya bersama Irene terhadapku, aku tidak ingin mengenalnya lagi”
“Lalu kau ingin kami bagaimana?”
“Aku beberapa kali melihatnya mengantar dan menjemput Soojung. Aku tidak bisa melarang karena aku sendiri belum bisa berjalan. Tapi aku tetap tidak ikhlas jika ia berhubungan dengan Soojung”
“Mungkin saja dia memang mencintai Soojung. Dongsaengmu cantik dan sangat baik, bisa saja Sehun memang mencintainya”
“Tidak Kyungsoo, aku tidak percaya. Aku mengenal Sehun, tatapan matanya penuh dengan kebohongan dan kelicikan”
“Jangan samakan keadaan ketika Irene berselingkuh dengan Sehun, Jongin”
.
“Ada satu rahasia yang kalian tidak tahu, sebenarnya Sehun mengkonsumsi obat-obatan terlarang, dia juga menjadi palanggan tetap sebuah bar. Dan kalian tahu pasti apa yang dilakukan namja bangsat jika berada disana kan? Dia juga sudah pernah menikmati tubuh Irene. Aku tidak mau Soojung menjadi korbannya”
“Sebentar, kau tidak sedang mengarang cerita kan?”
“Lay, aku memang gila, pikiranku tidak waras. Namun percayalah, kali ini aku sangat sadar. Aku ingin melindungi yeodongsaengku”
“Aku tidak menyangka Sehun seperti itu. Lay-ah, apa yang bisa kita lakukan?
“Bagini saja, aku akan meminta tolong anak buah appaku untuk mengikuti Sehun, jika ada yang mencurigakan aku akan menghubungimu”
“Benarkah kau mau melakukannya Lay?”
“Tentu saja. Aku juga tidak ingin Soojung menjadi budak nafsu bejat Sehun”
“Kalau begitu, Jongin, jika Soojung berpamitan akan pergi dengan Sehun segeralah kau menelfon Lay, agar anak buah appanya bisa segera mengikuti mereka”
“Baiklah, terima kasih banyak kalian mau menolongku”
“Tidak masalah Jongin-ah, yang penting kita tetap bisa bersama”
“Sejujurnya, aku ingin kita berkumpul lagi dengan Sehun, apa kau tidak ingin seperti itu Jongin?”
“Sakit hatiku lebih mendominasi Lay, mungkin jika aku menghajar dan membunuhnya dengan tanganku dulu, mungkin aku bisa memaafkannya”
“Jongin, redam amarahmu! Berpikirlah secara jernih”
“Aku muak dengannya Kyungsoo!”
“Sudah-sudah, kau jangan terlalu emosi Jongin, tenangkan dirimu. Kapanpun kau butuh kami, panggil saja kami. Jika kami bertemu Soojung juga kami akan mengantarnya”
“Jongin, Soojung sangat baik, sangat sabar merawatmu. Jika kau emosi dan hendak memukulnya lagi, ingatlah pengorbanannya untukmu”
“Kita tatap masa depan, Jongin. Cepatlah sembuh, kau harus kuliah lagi, kau harus menjadi oppa yang baik untuk Soojung”
“Sekali lagi terima kasih”
.
“Soojung?”
“Ya oppa? Apa kau perlu sesuatu?”
“Tidak”
“Lalu?”
“Aku ingin kau disini”
“Tapi aku harus belajar oppa”
“Belajarlah disini”
“Aku takut mengganggu oppa”
“Apa kau tak mau menemani oppamu???!!!”
“Ba…baiklah oppa, tunggu sebentar”
“Cepatlah!”
.
Jongin memaksa Soojung untuk menemaninya. Entah emosi seperti apa yang sedang ia rasakan sekarang. Jika dulu ia benar-benar kehilangan akal sehat sampai-sampai ia menyiksa dirinya dan Soojung, kali ini mungkin ia kehilangan akal sehat untuk melindungi Soojung dengan segala cara.
.
Tatapan mata Jongin tidak lepas sedikitpun dari Soojung. Ditelitinya tubuh Soojung dari ujung rambut hingga ujung kaki. Bukan dengan tatapan mesum, namun ia melihat dengan hatinya bagaimana sosok sang dongsaeng yang kini tampak rapuh.
.
Tubuhnya sangat kurus, wajahnya pucat, kantung matanya mengitam dan sembab, apakah semua itu karena Jongin? Jongin terus berkutat dengan pikirannya sendiri sampai akhirnya Soojung menyadari bahwa Jongin memperhatikannya.
.
“Oppa?”
“…”
“Oppa? Kau tak apa? Apa ada yang sakit?”
“Ah, tidak, lanjutkan belajarmu”
.
Soojung berjalan menghampiri Jongin dengan senyum khas dari bibir tipisnya. Ia duduk bersimpuh di depan kursi roda Jongin sembari mengelus lembut punggung tangan Jongin.
.
“Apa ada yang mengganggu pikiranmu? Ceritakan saja padaku”
“Duduklah di atas, jangan selalu bersimpuh di depanku”
“Aku terbiasa seperti ini, karena pada dasarnya kau lebih tinggi daripada aku kan?”
“Sekarang tidak lagi, aku lebih sering duduk di kursi roda”
“Aku tidak peduli, aku bisa menganggap diriku lebih pendek darimu dengan cara seperti ini. Boleh ya oppa”
“Soojung-ah, maafkan oppa”
“Kenapa selalu itu saja kalimat yang keluar dari mulutmu? Aku yakin bukan itu yang ada di pikiranmu. Ayolah oppa, cerita saja padaku, bagilah bebanmu denganku, jangan ditanggung sendiri”
“Putuslah dengan Sehun”
“Ma…maksud op…pa?”


TBC

My Brother (Complete) Where stories live. Discover now