3 (What Happen?)

322 23 0
                                    

Cekikan Jongin terlepas dengan tarikan Kyungsoo. Soojung duduk lemas dan nafasnya tak beraturan. Ia masih memegangi lehernya dan terbatuk-batuk karena sesak. Tidak lama setelah itu Soojung ambruk. Kyungsoo panik, ia berusaha menyadarkan Soojung namun usahanya sia-sia.
.
“Jongin! Apa yang kau lakukan pada dongsaengmu! Sialan kau! Kalau sampai Soojung kenapa-kenapa, kau akan rasakan akibatnya!!!”
.
Kyungsoo membawa Soojung ke kamar Soojung. Kyungsoo berusaha sekuat tenaga membangunkan Soojung. Dan akhirnya Soojung sadar. Kyungsoo segera berlari ke dapur untuk membuatkan minuman hangat untuk Soojung. Dan apa yang dilakukan Jongin? Tidak ada.
.
Soojung tidak jadi bekerja sehingga ia menelfon paman Jongdae dan berkata bahwa ia sedang tak enak badan. Paman Jongdae yang penasaran terus menanyai Soojung namun ia hanya menjawab hanya demam, tidak lebih. Soojung sangat lemas, kepalanya sakit dan dadanya masih sesak. Tak lama setelah itu ia tertidur lagi. Tak diduga, Jongin memasuki kamar Soojung diam-diam.
.
“Apakah sakit? Apakah yang kulakukan benar-benar bisa membunuhmu seperti kata Kyungsoo? Bukankah yang kulakukan ini biasa saja? Mengapa kau sampai menangis dan berteriak seperti itu? Lalu, mengapa kau tidak membuka matamu? Apakah sesakit itu? Apakah tanganku sekuat itu?”
.
Secara tidak sadar Jongin menggenggam tangan dongsaengnya itu. Entah apa yang ada di pikirannya. Depresi yang ia rasakan membuatnya benar-benar tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Bahkan ia menganggap “penyiksaan” yang ia lakukan untuk Soojung adalah wajar.
.
“Wajahmu cantik sama seperti dulu, namun mengapa kau sangat kurus? Mengapa banyak lebam di pipi dan pelipismu? Dan lebam di tanganmu ini, apakah karena cengkeramanku tadi? Atau ada yang menyiksamu di luar sana?” Jongin terus bergumam dan berkelut dengan pikirannya sendiri.
.
Beberapa hari setelah itu, semuanya berjalan seakan tidak pernah terjadi apapun. Begitulah hari-hari yang dialami Soojung. Mendapat bentakan dan siksaan, namun setelah itu kehidupan tetap berjalan seakan tidak ada masalah.
.
Kali ini ia pergi bekerja ke toko milik paman Jongdae. Pamannya itu hanya bisa membantu dengan cara seperti itu karena ia juga memiliki 3 orang anak yang masih membutuhkan biaya sekolah. Kehidupannya juga sederhana saja.
.
“Bagaimana keadaan Jongin?”
“Akhir-akhir ini lebih temperamental saja paman”
“Maafkan aku, tidak bisa membantumu dan Jongin”
“Tidak apa-apa paman, dengan paman mengizinkanku bekerja saja sudah sangat membantu”
“Kalau kau butuh apa-apa segera hubungi paman, sepupu-sepupumu juga pasti akan membantumu”
“Siap paman”
“Soojung-ah…”
“Ada apa paman?”
“Jagalah kesehatanmu, jangan selalu minta lembur”
“Paman tidak usah khawatir”
“Kau mengkhawatirkan oppamu tapi kau melupakan dirimu sendiri. Bagaimana kau bisa merawat oppamu jika kau sendiri tak karuan”
.
Soojung terdiam, ia berpikir benar juga apa yang dikatakan pamannya, mungkin ia harus mulai memperhatikan kesehatannya.
.
Hari ini Soojung pulang pukul 10 malam. Sebelumnya sudah ia siapkan makan malam untuk Jongin dan ia letakkan di depan kamar Jongin. Setelah Soojung pulang, ia lihat piring makan Jongin telah kosong, itu berarti Jongin memakan makan malamnya.
.
Soojung sedikit tersenyum, ia berusaha membuang pikiran tentang kemungkinan bahwa Jongin membuang makanannya atau bagaimana. Soojung membuka pintu kamar Jongin, ia melihat oppanya sudah tertidur dengan kondisi kamar yang sangat berantakan. Berhubung besok hari minggu, ia berniat membersihkan kamar Jongin.
.
Soojung sudah bersiap tidur namun kepalanya mendadak sangat sakit sampai ia sama sekali tidak mampu untuk sekedar bergerak dari posisinya. Ia hanya bisa menangis mengerang kesakitan. Setelah sakit di kepalanya sedikit mereda, ia keluar kamar untuk mengambil obat sakit kepala dan air putih, setelah itu ia berusaha memejamkan matanya dan tidur.
.
~Keesokan harinya~
“Oppa, kita sarapan yuk, setelah itu akan kubersihkan kamarmu”
.
Jongin hanya diam di atas kursi rodanya. Soojung nekat membawanya ke meja makan dan syukurlah Jongin tidak menolak. Saat Soojung hendak menyuapinya tiba-tiba Jongin berkata.
.
“Aku bisa makan sendiri”
“Ba..baiklah oppa”
“Kau tidak makan? Makanlah”
“I..iya..oppa”
“Kau takut padaku?”
“Maksud oppa?”
“Apa kau takut karena oppamu ini berubah menjadi monster?”
“Tidak oppa, aku tidak takut. Kau tetaplah oppaku satu-satunya yang paling kusayangi dan pasti sampai sekarang juga kau menyayangiku”
”Omong kosong”
“Apa ada alasan untuk tidak menyayangimu? Aku dongsaengmu, separuh dari darahku adalah darahmu, sakitmu adalah sakitku, bahagiamu juga bahagiaku juga oppa”
“Berbahagialah selama kau masih bisa menjalani hidupmu dengan normal, jangan pedulikan aku”
“Aku tidak akan pernah berfikiran seperti itu. Aku ingin kau sembuh, setidaknya kita ke rumah sakit untuk melihat kondisimu. Tolonglah, oppa”
“Jangan bahas itu lagi”
“Ma…afkan aku”
.
Soojung sedikit bahagia karena setidaknya Jongin mengajaknya berbicara dan ia sangat yakin bahwa sebenarnya Jongin masih sangat menyayanginya. Sampai sarapan selesai, Jongin tidak berbicara lagi. Soojung membawa piring dan gelas kotor bekas sarapan mereka.
.
Prang…
“Soojung!”
“Maafkan aku oppa, aku tidak sengaja menjatuhkan piring ini. Apa oppa terluka?”
“Bukan aku, tapi tanganmu. Lihatlah tanganmu berdarah”
“Ah aku tidak menyadarinya, maafkan aku oppa, tanganku tiba-tiba sakit, mungkin karena salah posisi tidur tadi malam. Maafkan aku, dan sebentar lagi kubersihkan kamarmu ya”
.
Butuh waktu sekitar 3 jam membersihkan kamar Jongin. Mulai dari membersihkan pecahan kaca dan keramik, baju yang berserakan di lantai, menata lemari dan menata tempat tidurnya. Jongin hanya terdiam memandangi langit yang ia lihat dari jendela kamarnya.
.
“Aakhh…”
“Soojung, ka…kau kenapa?”
“Sa…kit oppa”
“Kepalamu sakit? Berdirilah, tidurlah di tempat tidurku”
“Ti…dak bisa... sakit”
“Jangan membuatku panik, SOOJUNG!”


TBC
tolong di vote dan komen nya ya. Karena dukungan kalian bisa membantu imajinasi dan inspirasi saya. Kritik dan saran juga ditunggu ya. Maaciiiiii

My Brother (Complete) Where stories live. Discover now