6 (Change)

238 12 0
                                        

"Kau berhubungan dengan namja itu lagi?"
"Tapi... dia adalah kekasihku oppa"
"Oppa sudah bilang padamu jangan berhubungan dengannya lagi. Apa kau membantahku?"
"Sehun oppa tidak pernah jahat kepadaku, apa yang membuat oppa tidak menyukainya?"
"Dia itu br*ngs*k Soojung-ah. Aku mengenalnya"
"Oppa, dia juga temanmu, teman sekolah, kuliah dan teman dance mu. Dan selama ini dia selalu baik kepada kita"
"Oppa tak mau tahu, kau harus menjauhinya!"
"Tapi oppa..."
.
Jongin berlalu meninggalkan Soojung. Saat ini Soojung tidak benar-benar mengetahui alasan mengapa Jongin melarang hubungannya dengan Sehun. Setahu Soojung, Sehun adalah teman tim dance Jongin bersama dengan Lay. Soojung berfikir apakah dia harus menanyakan hal ini kepada Sehun atau tidak.
.
"SOOJUNG-AH, AKU LAPAR!!!"
.
Soojung menduga kali ini Jongin sedang dalam mood yang tidak baik. Jika mood jongin tidak baik maka seketika Jongin berubah menjadi "monster" kembali yang siap menghabisi Soojung.
.
"Makanan sudah siap oppa. Kita makan di meja makan ya"
.
Soojung mendorong kursi roda Jongin. Ia berusaha tersenyum sebaik mungkin walau emosi Jongin sedang labil. Jongin sudah melewati beberapa tahap awal terapi dan kenyataannya ia masih memiliki kesempatan untuk bisa berjalan kembali namun butuh waktu yang cukup lama.
.
Sesampainya di meja makan, mereka makan bersama sambil berhadapan. Tiba-tiba tangan Soojung bergetar dan menjatuhkan sendok yang ia pegang di atas piringnya. Tangan kirinya menggenggam tangan kanannya berusaha menstabilkan gerakan tangan kanannya yang tidak terkontrol.
.
"Kau...tidak apa-apa?"
"Entahlah oppa, tangan kananku tidak bisa kukendalikan"
.
Jongin memutar kursi rodanya dan beralih dari posisinya untuk menghampiri Soojung. Jongin meraih tangan kanan Soojung dan memijatnya perlahan.
.
"Apa sakit?"
"Ti...tidak oppa"
"Masih gemetar? Coba gerakkan"
"Sudah lebih baik. Te...terima kasih"
"Kalau sakit lagi atau tanganmu mati rasa lagi panggillah oppa. Jangan takut"
"I...iya oppa"
"Maafkan oppa"
"Oppa tidak perlu meminta maaf, aku yang harus berterima kasih"
"Lanjutkan makanmu"
"Ehhmm... oppa, bolehkah aku bertanya?"
"Hm"
"Apakah...cidera otakku parah?"
"Jangan dipikirkan, kau pasti sembuh"
"Aku...aku hanya ingin tahu"
"Ini kesalahan oppa. Seandainya oppa tidak sering memukulmu, mungkin cidera otakmu tidak separah ini. Maafkan oppa...Hks"
.
Jongin mulai meneteskan air matanya, air mata penyesalan karena dialah yang membuat hidup dongsaeng kandungnya terancam. Dialah yang membuat cidera otak akibat kecelakaan itu bertambah parah akibat siksaan olehnya.
.
"Jangan menangis oppa. Sampai sekarang aku tidak apa-apa. Lagi pula kau bilang kita akan berobat bersama kan?"
"Jangan tunda pengobatanmu Soojung-ah, karena kalau kau terkena serangan atau pemicu sedikit saja, oppa...oppa bisa...kehilanganmu..."
"Aku tidak akan pergi dari oppa. Jangan khawatir, tapi oppa juga jangan pergi dariku ya"
"Tak bisakah kau memulai pengobatanmu minggu ini?"
"Aku tak bisa oppa. Saat ini aku harus fokus ujian kelulusan SMA ku. Aku akan menjalani pengobatan setelah ujianku selesai saja. Sekarang oppa terapi sendiri dulu ya. Agar cepat bisa berjalan, oke oppa?"
.
Soojung menebarkan senyumnya pada Jongin yang masih terisak. Sebenarnya dada Soojung sangatlah sesak, nafasnya seakan tercekik mendengar penjelasan dari Jongin. Namun ia menyembunyikannya agar oppanya itu tidak bersedih. Dan begitulah Jongin, emosinya masih labil dan sangat mudah berubah dalam waktu singkat.
.
.
"Ayo oppa, oppa pasti bisa"
"Oppa lelah Soojung-ah"
"Oppa hati-hati!!!"
.
Brukk
.
Dengan sigap Soojung menahan tubuh Jongin yang mendadak jatuh. Jongin menyadari tubuh Soojung yang tak terlalu besar ini mungkin tak akan kuat menahan tubuhnya sehingga ia berusaha bangun.
.
Setelah mereka duduk tiba-tiba Jongin memeluk Soojung sangat erat. Dibelainya rambut Soojung penuh kasih sayang. Hal yang telah lama hilang dan dirindukan oleh Soojung dari seorang Jongin, oppa kandungnya. Soojung rela walau ia harus berkorban dan tersiksa sejak awal asalkan oppanya bisa kembali seperti dahulu.
.
"Soojung, maafkan oppa"
"Aku bosan mendengar itu. Ucapkan kata yang lain"
"Oppa tidak bercanda"
"Aku juga"
"Baiklah, apa yang kau mau"
"Chocolate milkshake, bublle tea, ice cream, pizza, ayam goreng..."
"Soojung, apakah semua itu jatah makanmu untuk satu minggu?"
"Tidak, hanya untuk hari ini"
"Nanti kau gendut"
"Oppa malu memiliki dongsaeng yang gendut?"
"Nanti kau berat, oppa belum kuat menggendongmu"
"Baiklah, rajin-rajinlah terapi dan olahraga oppa, agar kau kuat menggendongku. Sekarang belikan aku itu semua. Mau tidak?"
"Iya iya, kita berangkat sekarang ya"
"Asiiiiiik"
.
Mereka berjalan menuju kedai milksahe di dekat rumah mereka. Tentunya Jongin masih memakai kursi roda dan Soojung dengan setia mendorongnya. Mereka bercanda, setelah sekian lama Soojung tidak melihat senyum dari wajah Jongin, kini ia dengan jelas dapat melihatnya. Namun senyum itu pudar seiring dengan cibiran orang di sekitarnya.
.
"Apa dia cacat?"
"Mungkin, lihat saja dia duduk di kursi roda"
"Apa yeoja itu adalah kekasihnya?"
"Kasihan sekali yeoja itu, dia cantik tapi harus memiliki kekasih yang cacat"
"Jangan-jangan yeoja itu hanya ingin harta dari namja itu. Jaman sekarang kalau ada uang apapun bisa terjadi"
.
Kalimat-kalimat itu membuat Jongin geram. Tangannya mengepal dan seakan ia hendak berdiri.
.
"Oppa, jangan!!!"
"Mereka merendahkan kita Soojung!"
"Jangan dengarkan mereka oppa. Tenanglah"
.
Soojung mengelus punggung Jongin untuk menenangkannya. Untung saja amarah Jongin bisa teredam dengan cepat. Sebenarnya baru beberapa kali Jongin memberanikan diri keluar rumahnya dengan bantuan Soojung. Hal seperti inilah yang dikhawatirkan oleh Jongin.
.
Ketika mereka sedang menikmati makanan dan minuman mereka, Soojung meminta izin ke kamar mandi. Dan saat Soojung tidak ada, datanglah namja yang menghampiri Jongin.
.
"Hey bro, apa dia kekasihmu?"
"..."
"Aku penasaran sekaya apa kau sehingga yeoja sexy sepertinya masih bertahan denganmu"
"Pergilah sebelum aku menghajarmu"
"Menghajarku? Hahaha... Namja cacat sepertimu bisa apa?"
"Kau..."
"OPPA!" Teriakan Soojung berhasil mengalihkan perhatian Jongin dan namja didepannya itu.
"Halo cantik. Lebih baik kau bersamaku daripada bersama manusia cacat seperti dia. Apa yang kau harapkan dengannya? Tidur bersamanya tak akan nikmat" Namja itu hendak menyentuh pipi mulus Soojung
"Tutup mulutmu br*ngs*k!!!!"
.
Bugg...
Jongin berdiri dan memukulkan genggaman tangannya yang sudah panas sejak tadi.
.
Greeppp... Buuggg
Soojung memeluk Jongin dengan maksud menghentikan pergerakannya, namun tubuhnya malah di dorong oleh Jongin. Jongin tidak sadar telah melakukannya sehingga ia tidak tahu Soojung sudah tersungkur.
.
"Sekali lagi kau menyentuh yeodongsaengku, maka kau akan pergi ke neraka?"
"Oh, jadi dia adalah dongsaengmu? Tapi apa kau lihat? Kau melukai yeodongsaengmu sendiri. Lihatlah. Hahaha..."
"Apa? Soo...Soojung, kau tidak apa? Oppa tidak sengaja, pelipismu berdarah Soojung-ah, maafkan oppa"
"Silahkan bersenang-senang namja cacat. Mungkin kalau dia sudah membencimu, aku akan kembali untuk mengambilnya. Hahaha..." Namja itu bangun dan pergi meninggalkan mereka berdua dengan semua tatapan para pembeli lain tertuju pada mereka. 




TBC
Teman-teman, mohon bagi vote dan comment nya ya. Utk insiprasi dan semangat author lanjutin ceritanya. Makasih banyak :)

My Brother (Complete) Where stories live. Discover now