4 (I Am Okay (maybe))

315 17 1
                                    

Tiba-tiba kepala Soojung sakit lagi, tangannya gemetar, ia tidak bisa menahan tubuhnya sehingga ia terduduk sambil memegangi kepalanya. Jongin terlihat menghampiri Soojung dan berusaha memapah tubuh Soojung namun gagal karena Jongin berada di kursi roda
.
Brukk
.
Jongin terjatuh dari kursi rodanya, ia meringis kesakitan untuk sesaat namun dilihatnya Soojung yang semakin lemas dan tak sadarkan diri membuatnya memeluk Soojung dengan sangat erat.
.
"Soojung-ah, apa yang terjadi? Kau kenapa? Apa yang harus oppa lakukan?"
.
~Beberapa saat kemudian~
Soojung mendengar suara namja yang ia kenal dengan nada bicara yang sangat ia rindukan. Soojung berusaha membuka matanya saat itu juga.
.
"Soojung? Kau sudah sadar?"
"Oppa..."
"Jangan bangun dulu, kau masih lemah"
"Apa aku di rumah sakit? Kita pulang saja oppa. Aku hanya kelelahan"
"Tidak, kau harus dirawat"
"Aku tidak mau membuang uang hanya untuk ini oppa, kumohon"
"Soojung! Jangan membantah!"
.
Jongin meneriaki Soojung lagi, tapi kali ini berbeda. Rasanya amarahnya penuh dengan kasih sayang dan penyesalan. Suaranya lantang namun terdengar parau.
.
"Selamat sore Soojung"
"Kyungsoo oppa, wah repot-repot saja"
"Bukan apa-apa, bagaimana keadaanmu?"
"Aku tidak apa-apa, aku ingin pulang"
"Kalau kau sudah pulih pasti kau akan pulang, Soojung"
.
Jongin masih diam. Sebenarnya ia sangat ingin berbicara dengan Kyungsoo.
.
"Hai Jongin, apa kabar?"
"Baik"
"Maafkan aku karena waktu itu..."
"Aku tak mau kau kasihani"
"Aku tidak pernah berfikiran seperti itu Jongin"
"Jangan memulai drama"
"Jongin, dengarkan aku. Apa kau tidak percaya padaku? Tak mengapa jika kau tak percaya padaku, tapi lihatlah yeoja yang terbaring lemah di ranjang ini? Dia dongsaeng kandungmu, yeoja yang sebenarnya memiliki waktu yang banyak untuk mengejar impiannya. Tapi apa yang ia lakukan? Ia curahkan seluruh hidupnya hanya untukmu Jongin, dan kau masih saja tidak bisa percaya padanya?"
.
"Oppa, tolong jangan berbicara seperti itu". Soojung menyela perkataan Kyungsoo
"Lihat, dia membelamu. Semua orang yang ada di sisimu masih ada bersamamu. Tak bisakah kau membersihkan pikiran burukmu tentang kami? Kami bukan mengasihani kondisimu, kami hanya ingin membantumu untuk sembuh"
"Ma...maafkan aku"
"Kau tak perlu meminta maaf padaku, mintalah maaf kepada dongsaengmu. Apa kau tak sadar kau sudah membuatnya terluka baik fisik maupun batinnya?"
"Oppa hentikan! Aku tidak merasa seperti itu"
"Diam Soojung! Kau terlalu baik untuk Jongin. Dia tidak sepantasnya mendapatkan kasih sayangmu"
"Oppa keluar, tolong jangan buat keributan disini. Aku tidak ingin berdebat denganmu. Tolong keluar". Soojung mengusir Kyungsoo karena ia takut perkataan Kyungsoo akan membuat emosi Jongin menjadi tidak stabil lagi
"Baiklah aku keluar, tapi ingat kata-kataku Jongin. Soojung adalah dongsaengmu, bukan pembantumu. Maaf kalau aku menyinggungmu, tapi aku tak tega melihat Soojung yang sudah kuanggap sebagai dongsaengku sendiri ini tersiksa. Permisi"
.
Soojung tidak menyangka Kyungsoo sangat nekat berbicara seperti itu. Jongin terlihat mulai gelisah. Ada luapan air mata yang siap tumpah kapan saja dari matanya. Soojung tidak bisa menebak apa yang akan Jongin lakukan. Apa yang akan Jongin katakan. Semoga Jongin tidak melakukan hal gila yang membahayakannya.
.
Pagi ini Soojung diperbolehkan keluar kamar rawat asal membawa infusnya. Tapi ia tidak melihat Jongin. Ia berfikir mungkin Jongin sedang jalan-jalan atau mencari makanan.
.
Soojung berjalan menuju taman belakang rumah sakit lalu duduk di kursi yang terletak di bawah pohon rindang. Udaranya sangat sejuk, badannya terasa sangat segar, jauh lebih segar dari sebelumnya, mungkin karena pengaruh obat yang diberikan oleh dokter. Ia menengadahkan kepalaku ke arah langit dan tersenyum melihat awan putih yang dihiasi dengan burung-burung yang beterbangan saling berkejaran.
.
Namun pandangan Soojung terhenti pada sesosok namja yang berada di pinggiran gedung tepat di lantai paling atas, di lantai tiga. Dan ternyata, itu Jongin. Soojung panik dan sedikit berlari menuju lift untuk pergi ke lantai 3. Kepalanya berdenyut kembali namun tak ia hiraukan. Sesampainya di lantai 3, ia bergerak ke arah pintu kecil yang mengarah ke luar gedung. Ia berjalan perlahan agar Jongin tidak mendengarnya. Ia lihat Jongin sedang menangis sesenggukan. Dengan segera Soojung menarik kursi roda Jongin.
.
"HEI!"
"Oppa, apa yang oppa lakukan??!!!"
"Ka..kau"
"Iya ini aku, memangnya mengapa? Apa yang akan kau lakukan?"
"Seharusnya aku yang bertanya apa yang kau lakukan, harusnya kau istirahat di kamarmu"
"Bagaimana aku bisa istirahat jika oppaku tidak ada?"
"Soojung-ah... maafkan oppa"
.
Kalimatnya melembut. Jongin memutar kursi rodanya dan menghadapkannya pada Soojung lalu memeluknya. Soojung membalas pelukannya dan mengelus kepalanya. Soojung mengerti perasaannya, merasakan penyesalannya, merasakan gelisah dan rasa sakitnya.
.
"Oppa, aku tidak apa-apa. Oppa jangan menangis lagi. Kita turun ya"
.
Soojung membawan Jongin ke taman tapi Jongin masih terus menunduk menyembunyikan air matanya.
.
"Kalau oppa masih ingin menangis, aku tidak akan melarang lagi. Tapi mengertilah, hatiku sangat sakit melihat oppa menangis"
"Sebegitu sayangnya kah kau terhadapku Soojung?"
"Bagaimana bisa kau meragukanku? Sejak aku masih kecil sampai sekarang, kau selalu membantuku dan membimbingku"
"Soojung, oppa minta maaf"
"Aku sudah memaafkanmu dan selalu memaafkanmu. Aku mengerti keadaanmu"
"Maukah kau berhenti dari pekerjaanmu dan hanya fokus sekolah saja?"
"Lalu bagaimana dengan keuangan kita? Kita butuh uang"
"Sementara masih ada uang pensiun appa. Kau harus rutin berobat Soojung"
"Berobat? Maksud oppa? Oppa yang berobat? Oppa mau berobat?"
"Kau yang berobat, maafkan oppa karena tidak mengetahui semua ini dari awal. Oppa terlalu mengutuk dan menganggap diriku lah yang paling malang"
"Maksud oppa apa?"
"Oppa tahu semuanya, oppa tahu kau sering sakit, kepalamu sakit akhir-akhir ini kan? Beberapa kali oppa mengunjungi kamarmu dan melihatmu sedang menangis sambil memegangi kepalamu di atas tempat tidurmu. Saat kau sudah tidur oppa juga melihatmu berkeringat dingin, oppa mengusap peluhmu namun kau tidak demam. Oppa juga sering melihatmu muntah. Apa kau pikir oppa tega? Hati oppa juga sangat sakit melihatmu sakit beberapa minggu ini. Dan puncaknya adalah kemarin"
"Kemarin?"

TBC
tolong di vote dan komen nya ya. Karena dukungan kalian bisa membantu imajinasi dan inspirasi saya. Kritik dan saran juga ditunggu ya. Maaciiiiii

My Brother (Complete) Where stories live. Discover now