SOY : Part 5

100 5 3
                                    

Krining...


Suara bell yang di hasilkan pintu cafe ketika Syakeel DRR melewati pintu masuk cafe tersebut. Ya jelas kalian pasti tahu DRR yang di maksud di sini adalah Disya, Revan dan Regan.

Revan dengan segala tingkah konyolnya merengek seolah-olah dia anak kecil yang meminta permainan kepada orang tuanya. Revan merengek minta ganti rugi akibat dahinya yang katanya masih nyut-nyutan akibat terkena penyanggah sofa. Revan memang mencari kesempatan dalam kesempitan.

Dengan mudahnya Revan meminta ganti rugi kepada Syakeel, Disya dan juga Regan dengan cara meminta traktir sepuasnya di cafe langganannya yang saat ini di kunjungi.

Tidak hanya Syakeel dan Disya yang di libatkan di sini. Regan yang jelas-jelas tidak tahu alasan Revan meminta ganti rugi dengan cara meminta traktiran kepada Regan membuatnya semakin geram. Karena bukan hanya uangnya saja yang terkuras namun acara nonton film kartun kesukaan-nyapun terganggu.

Tetapi mau tidak mau mereka bertiga harus tetap mentraktir Revan jika tidak bisa gempar seluruh dunia oleh teriakan Revan yang menggelegar. Maka dari itu karena permintaan Revan lah mereka akhirnya ada di tempat ini. Padahal untuk menurutinya saja malas, namun tidak ada pilihan lain selain menurutinya.

Well walaupun tampan begitu, Revan berpotensi membuat orang yang di sekitarnya malu akibat tingkahnya yang konyol ataupun teriakan mautnya.

Lihat saja saat ini Revan si biang onar sedang mesem-mesem, tersenyum gaje (gak jelas) memilih hidangan apa yang ingin dia pesan.

Sedangkan Syakeel, Disya, dan Regan mendengus kesal memikirkan nasib uangnya yang melayang akibat Revan.

"Heumm pesen apa ya? Mbak, mas sini dong mau pesen nih"

Perempuan yang menggunakan seragam pegawai cafe yang sepertinya pelayan. Segera berjalan menuju meja dimana ke-empat orang itu berkumpul. Tepatnya di pojokan cafe. Lagi-lagi tempat ini hasil rengekan Revan yang meminta duduk di pojokan dan Disya, Syakeel dan Regan hanya bisa pasrah. Huft-_

"Eumm pilih apa ya? Yang ini aja deh mbak"

Mbak pelayan menulis pesanan yang di tunjuk oleh Revan. Sedangkan ketiga orang yaitu Syakeel, Disya dan Regan hanya melihat Revan dengan pandangan jengah.

"Ini juga deh, ini juga, ini, nah yang ini, nih yang ini juga, eumm ini juga dan ini, ini dan ini ya mbak satu lagi yang ini dan ini".

Revan menunjuk menu hidangan dengan berbagai macam makanan membuat mbak pelayan dan ke tiga orang yang sedari tadi memandang Revan melotot tak percaya Revan memilih sebanyak itu.

"Hadeuh ludes dompet gue ludes. Ampun dah"

Ucap Disya yang mulai bosan dengan menggusap-ngusap dadanya pelan.

"Ada lagi mas?"

Mbak pelayan menatap Revan dan tersenyum.

"Minumannya yang---"

Belum selesai Revan melanjutkan omongannya Regan berbicara.

"Ya dewa nenek tapasya lelah. Bunuh saja-lah hayati bang bunuh"

Semua orang yang berada di cafe menatap heran ke arah Regan. Karena ucapan Revan tadi naik satu oktaf. Sehingga pandangan mereka seperti mengatakan 'nemu di mana orang alay kayak begini?' .

Disya yang merasa malu dia segera bersembunyi di bawah meja.

'Sianida mana sianida ?' gumam Disya

Sedangkan Syakeel mencoba memalingkan wajahnya ke atas, ke bawah, ke kanan dan kiri. Seolah olah dia dengan perilaku nya yang seperti itu mengatakan 'gak kenal saya gak kenal. Ini bukan temen saya ya'. Revan yang merasa malu akibat ulah kembaranya refleks langsung menutup wajah nya dengan buku menu yang berada di tangannya.

Regan yang merasa di perhatikan oleh semua orang di cafe mulai merasa tidak nyaman lebih tepatnya sih malu. Regan langsung bergegas pergi dari cafe meninggalkan ke-tiga temannya.

Dari Regan berdiri sampai keluar dari pintu cafe semua mata masih memandang lekat-lekat kepada Regan. Entah itu pandangan mengejek karena persoalaan barusan atau karena mengagumi ketampanan yang dimiliki Regan.

'Kenapa jadi panas dingin gini kayakp dispenser.' gumam Regan

Setelah menghilangnya punggung sosok Regan dari pandangan semua orang di cafe. Semuanya kembali normal seperti pada awalnya. Namun sedikit berbeda karena suasana nya berubah menjadi riuh. Entah karena Regan atau something.

Disya keluar dari tempat persembunyian nya, melihat bangku yang duduki Regan kosong.

"Pegi kemana tuh orang?"

"Eh iya kemana Regan kok gak ada?"

Timpal Syakeel yang baru sadar bahwa kursi yang di duduki Regan kosong. Sepertinya Syakeel terlalu fokus menyembunyikan rasa malu yang di buat oleh Regan sehingga Syakeel tidak sadar orang yang berada di sampingnya sudah tidak ada di tempatnya.

"Kemana tuh manusia alay?"

Ucap Revan yang langsung mendapatkan plototan dari Disya.

"Gak sadar kalo lo juga alay hah? Sumpah rasanya pengen bunuh diri gue. Malu banget, emang bangke tu si Regan"

Disya bangkit dari duduknya dan menarik tangan Syakeel agar pergi dari cafe ini. Revan menatap bingung ke arah Disya dan Syakeel yang bangkit dari tempat duduknya. Pikiran Revan was-was karena biasanya ini sinyal-sinyal pertanda buruk.

"Yuk ah keel kita pulang, gak mood gue di sini"

Disya dan Syakeel pergi melangkah menuju pintu keluar cafe. Sedangkan Revan mulai bingung bagaimana nasib makanan yang Revan pesan tadi.

"Mas ini pesa--"

Belum selesai mbak pelayan berbicara Revan langsung memotong ucapanya.

"Bungkus aja mbak sekalian bungkus hati mbak buat saya, kali-kali kita jodoh eh sekalian bill nya ya mbak"

Ucap Revan terburu-buru yang langsung di angguki oleh mbak pelayan yang pipinya merah merona akibat perkataan Revan barusan.

"Kalian tega sama aku. Aku gak bisa di giniin mas"

Revan berteriak kepada Disya dan Syakeel dan ternyata teriakanya itu mengundang perhatian semua orang di cafe. Pandangan mereka sama seperti pandangan saat memandang Regan tadi.

Disya dan Syakeel yang sudah berada di luar cafe masih dapat mendengar omongan Revan yang memalukan.

"Ampun dah gue, punya saudara gini-gini amat ya. Manusia alay semua"

Ucap Disya frustasi yang hanya di balas gelengan dan senyum tipis oleh Syakeel.

✳️

Aku kembali guys. Iya ini aku istrinya taehyung. Yang udah nikah kira kira dari brojol akh udah nikah sama dia. Takdir kali ya😈

✳️istrikimtaehyung

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang