“Alice” Panggil papa
Dengan segera, aku menghampiri papa lalu menanyakan alasan mengapa papa memanggilku. Ternyata papa ingin berbicara empat mata denganku. Mungkin ini mengenai perusahaannya Karena yang bisa diajak berbicara empat mata mengenai perusahaannya hanyalah aku seorang.
“Alice, papa dapat bantuan keuangan dari salah satu perusahan teman papa.” Kata papa
“Bagus dong pa, dengan begitu papa akan terhindar dari kebangkrutan” Responku senang
Bukannya papa seharusnya senang karena mendapakan bantuan keuangan. Tapi kenapa papa berbicara dengan ekspresi serius dan dibalut dengan sedikit ekspresi kesedihan ? Ini adalah hal yang aneh mengingat kalua papa sangat ingin perusahannya bangkit kembali. Dalam keheningan aku berpikir cukup keras.
“Tapi” Kata papa memecah keheningan
“Tapi apa pa ?” Tanyaku penasaran
“Tapi kamu harus menikah dengan anak teman papa” Jawab papa sedih
Jadi begitu ya ternyata. Alasan mengapa papa memberitakan kabar bahagia dengan sedih. Papa tidak mau mengorbankan cita-citaku hanya untuk perusahaannnya. Dan akupun tidak mau mengorbankan keinginan papa agar perusahaannya bangkit dengan keinginan dan cita-citaku. Aku hanya ingin melihat papa bahagia seperti dulu. Walaupun harus mengorbankan diriku. Dengan sedikit berat hati, aku menyetujui hal tersebut walaupun aku belum tahu seperti apa calon suamiku. Ini semua hanyalah demi papa dan juga kedua adikku yang masih kecil.
Sebenarnya dulu, papa cukup kaya tetapi sekarang perusahaannya sudah mengalami penurunan dan itu terjadi dari beberapa tahun yang lalu. Sementara mama sudah meninggal cukup lama, jadi aku sebagai anak pertama harus membantu papa karena yang bisa dimintai tolong papa hanyalah aku. Akupun juga harus bersikap dewasa dan mandiri agar dapat membantu papa.
Hari demi hari pun berlalu sejak pembicaraan itu. Tanpa terasa sudah tiga hari sejak aku menyutujui pernikahan tersebut. Dan hari ini adalah hari pertemuanku dengan calon suamiku. Aku mengenakan sebuah gaun simple dan tidak lupa mempercantik diriku dengan make up yang natural. Tidak lupa juga aku mempersiapkan mentalku yang sejujurnya belum siap ini.
Setelah semuanya siap, aku dan papa pergi menuju tempat pertemuan. Selama perjalanan jantungku tak berhenti berdebar-debar. Kurasa wajar jika jantungku berdebar dengan keras, secara aku belum pernah bertemu dengannya sebelumnya dan juga aku akan menjalani hidup baru dengan dirinya. Tapi aku harus ingat bahwa pernikahan ini semata-mata hanyalah untuk mencegah kebangkrutan perusahan papa.
Aku begitu kaget ketika aku sampai ditempat pertemuan dan meilah wajah anak temannya papa yang ingin membantu papa karena dia adalah orang yang ku kenal. Aku memang tidak terlalu mengenalnya tetapi dia adalah teman sekelaku yang menurut orang-orang paling tampan disekolah tetapi kalau aku bisa mengatakan pemikiranku, menurutku dia tidak terlalu ganteng. menurut ku pribadi, dia lumayan ganteng tetapi dia tidak ganteng sekali.
Walaupun bisa jadi orang-orang akan berkata bahwa aku beruntung sekali bisa menikahinya tetapi sejujurnya aku sedikit benci padanya. Karena buatku, dia itu cukup belagu. Aku bisa berkata seperti itu karena aku sendiri pernah menjadi korban kebelaguannya itu. Saat itu, aku sedang berada di depan kelas, tiba-tiba saja dia beserta dengan fans-fansnya lewat. Dan dengan belagunya dia mengusir diriku beserta dengan tiga sahabat ku. Seolah-olah jalan itu merupakan milik nenek moyangnya.
Kami berempat duduk berhadap-hadapan. Aku sendiri lebih memilih untuk memperhatikan sekitar dibandingkan memperhatikan dirinya. Aku berpura-pura tidak mengenali dirinya. Saat papa dan papanya selesai berbasa-basi, ia pun mulai memperkenalkan dirinya pada papa
“Saya David, om. Salam kenal” Ucapnya sambal menjabat tangan papa
“salam kenal juga. Ini anak saya, namanya..” Ucap papa sambil memperkanlakn aku
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Husband
RomanceAku hanyalah seorang murid SMA biasa yang berusia 17 tahun dan bukan berasal dari keluarga kaya raya. Dulu keluargaku memang sempat menjadi orang kaya. Tapi sekarang, perusahaan papa sudah menurun bahkan sampai pada tahap mulai bangkrut. Tiba-tiba...