Chapter 4

21.3K 394 6
                                    

Dan selama 3 hari ini David selalu memperlakukanku dengan spesial. Ia menjadi lebih sering berada dalam kamarku hanya untuk sekedar menemaniku. Terkadang kami berbicara tapi terkadang kami hanya terdiam.

David pun melakukan aktivitas rumah tangga dengan sangat baik. Walaupun masih ada beberapa bagian yang kurang rapih, tapi kurasa dia tetap melakukannya dengan baik. Patut ku acungi jempol karena dia sudah melakukannya dengan baik.

“Nih makan dulu.” Tawarnya

Aku mengambil makanan yang disodorkan David dan memakannya. Saat David menyodorkan makanan padaku, aku dapat melihat beberapa irisan pada jarinya dan aku dapat menyimpulkan kalau dia sebenarnya tidak begitu bisa memasak tetapi ia tetap memasak untukku.

“Ya ampun jari lu.” Kataku iba

“Jari gw gak apa-apa kok.” Bantahnya

Aku tahu kalau David berbohong dan berusaha menyembunyikannya dariku. Dasar bodoh, padahal sudah jelas-jelas ketahuan tapi tetap saja dia berbohong padaku mengenai jarinya, padahal aku sudah melihat lukanya, tapi tetap saja ia menyembunyikannya dariku.

Aku memakan makanan yang telah dimasak oleh David, memang tidak se lezat masakanku sendiri tapi aku tahu dia membuatkannya dengan sepenuh hatinya. Dia memandangiku dengan mata yang teduh ketika aku memakan makanannya. Aku juga memuji makanannya setelah aku selesai makan.

Setelah makan, aku dan David belajar bersama mengenai pelajaran hari ini. Ia menawarkan dirinya untuk mengajariku beberapa mata pelajaran yang kurang aku kuasai. Ia mengajarinku dengan penuh kesabaran walaupun terkadang aku membuatnya sedikit kesal dengan keinginanku yang memintanya untuk mengulangi apa yang dia ajarkan sebelumnya. Alasan aku memintanya untuk mengulangi apa yang ia telah ajarkan adalah agar aku benar-benar mengerti karena terkadang aku harus belajar berulang-ulang agar aku dapat mengerti. Bukan hanya karena alasan itu saja aku memintanya untuk mengajariku berulang kali tapi karena aku sedikit ingin menjahilinya. Aku ingin melihat muka kekesalannya tetapi aku tidak dapat melihatnya karena ia begitu sabar mengajariku tanpa ada kemarahan sedikitpun. Bukan hanya mengajariku dengan penuh kesabaran tapi dia juga membuat materi pembelajaran menjadi lebih mudah dan lebih menyenangkan.

Saat aku sedang serius mengerjakan salah satu soal yang ia berikan padaku, tiba-tiba David tertawa kecil. Sontak aku langsung mencubit kakinya dengan cukup keras sehingga membuat David meringis kesakitan.

“Sakit wei.” Katanya sambal memegang kakinya

“Lagian siapa suruh ketawa.” Kataku sedikit kesal

“Gw kan ketawa gara-gara liatin elu yang serius banget.” Timpalnya

Memangnya aku selucu itu ya ketika aku serius ? Selama ini aku tidak pernah melihat orang yang menertawaiku ketika aku serius, baru David saja yang menertawai diriku ketika serius. Kurasa biasa saja ketika aku serius, tidak ada lucu-lucunya sama sekali. Mungkin David ingin mengejek diriku karena keseriusanku.

“Lu ngejek gw ?” Tanyaku kesal

“Gak gitu. Gw gak bermaksud ngejek elu.” Bantahnya

“Lalu ?” Tanyaku lagi sembari menaikkan salah satu alisku

“Ya lucu aja gitu.” Jawabnya sembari menggaruk tengkuknya

Dasar cowo aneh, masa orang lagi serius-seriusnya malah ditertawai. Udah gitu dengan alasan yang aneh pula, bilang saja sih kalau mau mentertawakan diriku. Aneh-aneh saja. Baru ketemu aku cowo seperti dia yang menertawakan diriku ketika aku sedang serius-seriusnya dan untungnya cuma ada satu, coba ada sepuluh mungkin aku bisa jadi gila kali ya.

Aku kembali serius menggeluti pelajaran matematika yang terkadang membuat orang ingin bunuh diri karena terlalu sulitnya pelajaran tersebut, masa bodo dengan David yang masih tertawa kecil melihat diriku kesal ini. Padahal awalnya aku yang ingin membuat dia kesal tapi malah dia yang membuatku kesal, benar-benar menyebalkan.

Setelah beberapa jam menggeluti pelajaran tersulit disekolah, akhirnya aku selesai juga mengerjakan soal pelajaran matematika yang diberikan David.  Memang dia membuat pelajaran tersulit disekolah ini menjadi lebih mudah tapi tetap saja membutuhkan waktu beberapa jam untuk menyelesaikannya apalagi David memberikan banyak soal kepada diriku.

Aku meregangkan badanku yang lelah kemudian menggeser seluruh alat tulis dan kertas yang bertebaran di kasurku. Aku membaringkan diriku dikasur dan mengistirahatkan otakku yang sudah bekerja dengan keras. Tiba-tiba David saja menyuruhku duduk membelakanginya kemudian memijat kepalaku. Ia seperti tahu kalau aku ingin melepas kepenantanku dengan pijatan. Rasanya enak sekali dipijat olehnya, dia benar-benar tahu bagaimana memijat kepala yang enak.

“Enak.” Pujiku

David hanya terdiam sembari memijat kepalaku yang penat. Kali ini aku sungguh-sungguh memujinya karena dia benar-benar merelaksasikan kepalaku yang penat. Dia seolah menjadi seorang tukang pijat professional. Bukan hanya memijat kepalaku saja, tapi dia juga memijiti punggungku. Ketika memijat punggungku, awalnya enak tapi lama kelamaan menjadi cukup kencang dan membuatnya menjadi sedikit tidak enak.

“Bego, pelan-pelan napa.” Kataku sedikit kesal

“Iya dah sayang, gw pelan-pelan.” Ucapnya lembut

“Apaan sih pake sayang-sayang segala?” Tanyaku semakin kesal

“Emgnya gak blh kalo gw panggil istri gw dengan sebutan sayang ?” Tanya David kembali

“GAK.” Jawabku ketus

Aku benar-benar kesal padanya. Tapi entah mengapa disisi lain diriku, aku merasa senang dipanggil sayang oleh David. Aku menolehkan kepalaku kemudian melihat wajahnya. Aku dapat melihat senyum kemenangannya. Kuyakin ia tersenyum penuh kemenangan seperti itu karena telah berhasil membuatku kesal 2 kali. Aku pun menyikut perutnya, membuatnya merintih kesakitan. Aku tersenyum penuh kemenangan melihat ia merintih kesakitan seolah membalas 2 kekesalan yang ia buat padaku. Setelah ia mengelus perutnya yang sakit akibat sikutanku, ia kembali memijat punggungku dengan lebih perlahan. Aku duduk memeluk lututku sembari menikmati pijatanya.

David sudah memperbolehkan aku untuk berjalan tetapi ia tetap tidak memperbolehkan aku melakukan kegiatan yang berat-berat karena kakiku yang belum sembuh total. Saat aku ingin keluar dan menonton TV, Dia menyuruhku untuk memegang tangannya dan aku hanya bisa menurutinya karena kalau tidak, mungkin saja aku bisa kena semprot darinya. Aku dapat merasakan tangannya yang lebih besar dari tanganku dan terasa kokoh. Benar-benar tangan seorang pria.

Sembari menonton TV, aku melihat apa yang dilakukan David. Dia melakukannya dengan benar dan juga dengan telaten. Aku seperti melihat diriku sendiri yang sedang menyapu rumah. Ketika David memasak, aku turut membantunya karena aku tahu kalau ia masih kurang bisa di beberapa bagian dalam memasak. Aku memotong-motong bahan makanan sementara David mempersiapkan yang lain. Ketika dia mulai memasak, aku memperhatikannya dan juga memberikan saran untuk membuat masakan yang lezat seperti takaran bumbunya dan lain sebagainya.

Rasa makanan yang kita buat berdua benar-benar lezat. Perpaduan antara aku dan David membuat sebuah makan yang benar-benar sempurna. Ketika David yang memasak sendiri, rasanya enak tapi tidak selezat masakanku, ketika aku yang memasak sendiri rasa makanannya lezat tapi pada akhirnya makanan yang paling lezat adalah ketika kita berdua memasaknya bersama-sama. Aku tidak mengerti mengapa, tapi begitulah adanya.

Besok aku kembali melakukan segudang aktivitasku seperti biasa, karena hari ini adalah hari terakhir pemulihan kakiku.

TO BE CONTINUE

****

Thx buat yang udah baca crita gw ini
sorry buat typonya yang banyak sangat krn kadang udah gk di cek lagi dan kadang autocorrect suka bikin kesel

mohon di maklumin aja ya wkwkw

jangan lupa ttp nantiin crita gw ini ya, jgn bosan-bosan ngingetin gw kl ada yg typo

****
dilarang keras untuk melakukan plagiat pada cerita ini, thx

My Secret Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang