Di minggu pagi yang cerah, aku terbangun. Aku merasakan sinar matahari yang menyusup ke kamarku melalui celah jendela kamar. Ku lihat David yang masih tertidur nyenyak disebelahku sembari mendekapku. Kukira dia sudah kembali kekamarnya ketika aku tertidur tapi ternyata dia tetap menemaniku bahkan sampai pagi ini. Ku pandang wajahnya dan ku elus pipinya dengan perlahan. Ku daratkan sebuah kecupan ringan di pipinya yang membuat ia terbangun.
“Pagi, sayang.” Sapaku.
“Pagi juga.” Jawabnya dengan suara mengantuk.
Tiba-tiba David mendaratkan kecupan di bibirku. Dia memeluk pinggangku seraya memberikan kecupan-kecupan ringan dibibirku. Setelah itu ia menggesek-gesekan hidungnya dihidungku dan memencet hidungku gemas. Aku hanya tersenyum kecil melihat tingkahnya yang sedikit membuatku gemas. Tapi aku yakin kalau itu adalah caranya menunjukan rasa cintanya padaku.
“Tidurnya nyenyak gak, Lice ?” Tanyanya.
“Nyenyak kok. Elu sendiri gimana ?” Tanyaku balik.
“Baguslah kl lu tidur dengan nyenak. Gw sendiri juga nyenyak kok tidurnya.” Jawabnya.
Aku ingin bangkit dari tempat tidurku dan melakukan segudang aktivtasku tapi David menahanku. Dia tidak melepaskan pelukannya sama sekali, seolah pelukan itu menjadi candu baginya dan berat untuk dia melepaskannya.
“Ayolah, lepasin. Gw mau bikin sarapan nih.” Pintaku.
“Gak ah. Gw masih mau meluk elu.” Tolak David.
“Ayolah sayang. Emangnya lu gak mau sarapan apa ?” Tanyaku.
“Gw pengennya meluk elu.” Jawabnya.
“Ayolah. Gw pengen bikin sarapan, laper nih.” Desakku.
“Ya udahlah.” Jawabnya memberi ijin padaku dengan sedikit berat.
David melonggarkan pelukannya kemudian aku melepaskan pelukkannya. Karena aku sudah cukup lapar jadi aku memutuskan untuk membuat roti yang isi selai cokelat. Ku oleskan selai coklat keatas roti tawar yang kemarin lusa ku beli. Kuletakan diatas piring kecil dan kupanggil David keluar dari kamarku.
“Vid, sarapannya udah siap.” Panggilku dari dapur.
“Iya, iya.” Sahutnya dari dalam kamar.
Kita berdua duduk bersebelahan disofa. Memakan roti sembari menonton televisi. Aku memencet-mencet tombol remote televisi, menggonta-ganti channel televisi. Tiba-tiba saja, David menyandarkan wajahnya ke bahuku. Kulingkarkan tanganku diwajahnya dan mengelus wajahnya dengan lembut.
Ketika aku sedang asik menonton televisi, David berpindah posisi. Dari yang sebelumnya bersandar dibahuku menjadi berbaring dipahaku. Aku hanya tertawa kecil melihatnya yang manja seperti ini. Dia benar-benar manja saat ini seperti anak kecil yang sedang bermanjaan dengan mamanya.
“Dasar manja.” Ucapku pelan.
“Manja-manja gini tapi lu suka kan ama gw.” Goda David sembari memainkan jarinya dipahaku.
“Iya, gw suka kok ama elu.” Ungkapku.
Aku merasa gemas melihat dia bermanjaan begini. Rasanya aku ingin mencubit dirinya sangking gemasnya. Bukan hanya rasa gemas tapi juga lucu, melihat dia yang begitu cool bisa seperti ini ketika manja. Aku memandanginya sembari tertawa dalam hati sementara jari-jarinya menari-nari diatas pahaku dan membuatku sedikit geli.
“Geli wei.” Ucapku menahan geli.
“Boong.” Kata David tidak percaya.
“Seriusan, sayang.” Kataku serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Husband
RomanceAku hanyalah seorang murid SMA biasa yang berusia 17 tahun dan bukan berasal dari keluarga kaya raya. Dulu keluargaku memang sempat menjadi orang kaya. Tapi sekarang, perusahaan papa sudah menurun bahkan sampai pada tahap mulai bangkrut. Tiba-tiba...