Chapter 12 : Lament

1.2K 76 10
                                    

"Suster, dimana keberadaan Pasien di kamar 702?"

"Maksud dokter pasien atas nama arkana? Dia masih terbaring tak sadarkan diri di kamarnya-- loh kok ga ada?"

"Gawat! Suster, tolong segera cari dia dan bawa secepatnya kemari. Ia masih memerlukan perawatan intensif!"

Kenapa anak itu sangat keras kepala? Kondisinya masih jauh dari kata pulih! Apa dia tau resikonya jika terlalu memaksakan diri?

------------------------------------------

"Hentikan!"

"Kak arkana!"

Berpasang-pasang mata pun mengalihkan perhatiannya ke sumber suara yang mampu menghentikan aktivitas 'tak manusiawi' tersebut. Dialah Arkana dwi putra, orang yang sangat dinanti-nanti kesadarannya.

"Sudah cukup sya, lu benar-benar keterlaluan! Gua ga nyangka adik kandung gua sendiri bisa melakukan hal keji layaknya saat ini"

"Kenapa kakak malah menyalahkanku? Ah gua tau, ini semua pasti gara-gara si cewek munafik ini kan? Eh, lu benar-benar jahat ya! kali ini lu udah berhasil cuci otak kakak gua,mungkin kedepannya lu bakal ngebunuh kakak gua kan? Dasar tidak tau terima kasih--"

-PLAK-

"Cukup sya! Lu udah berbuat terlalu jauh! Gua ga suka semua ini"

Bukannya sadar, sikapnya justru semakin menjadi-jadi. Berpasang-pasang mata memerhatikan perlakuan 'tak manusiawi' itu layaknya sedang menonton suatu reality show, tak ada seorangpun yang mampu berkutik bahkan membantuku yang tengah berada dalam kesulitan yang luar biasa.

"Sya cukup! Gua ga tahan dengan semua drama yang lo buat! Dia nggak bersalah sama sekali. Please, berhenti sya" Ucap arkana sembari memeluk marsya yang masih terbawa emosi

"Hiks.. hiks.. asal lo tau kak, gua berubah kaya gini cuma demi elu kak. Gua ga rela elu dimanfaatin gini. Bagaimanapun juga lo adalah kakak gua satu-satunya. Gua ga tau kehidupan gua kedepannya kalau ga ada elu kak" ucapnya terisak

"Cup.. cup.. jangan nangis lagi ya. Maaf kalau kakak terlalu keras sama elu. Kakak udah baik-baik aja kok. Lu ga perlu khawatir lagi sya"

"Nggak! Semua itu cuma bohongan kan kak? Asal lu tau, gua adalah orang yang paling mengerti elu di dunia ini kak. Gua tau gimana rasanya dimanfaatin! Rasanya benar-benar ga enak! Dan gua ga mau hal itu terjadi ke elu kak. Lu udah berkorban banyak, sedangkan dia? Ga ngapa-ngapain!" Ucap marsya panjang lebar

"Sya cukup! Jangan memperpanjang permasalahan, ini semua salah gua--"

Kenapa kepala gua sakit gini?

-Bruk-

"Arkana!"

--------------------------------------------

--------------------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dear DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang