Chapter 15 : Truth

441 24 6
                                    

Sorry it's been a month(s) i didn't update my own story. Hope your enjoyed this guys. 🙏

P.s : mohon Review lagi cerita sebelumnya. Biar ga lupa X)

----------------------------------------

Anemia, ah tidak! Mungkin lebih tepatnya kehilangan darah;
Ya, mungkin bagi sebagian orang pernah mengalami hal ini. Tapi tidak denganku.. bisa dibilang bahwa kejadian yang ku alami saat ini sangatlah serius.

Tes...Tes...Tes...
Bak air yang mengalir, Satu per satu darah terus menetes meninggalkan jejak di setiap lintasan yang kulalui. Hingga akhirnya aku pun kehilangan kesadaran. Larut dalam kesedihan yang tak kunjung hilang.

-BRUK-

---------------------------------------

[Marsya POV]
Sudah sebulan lebih lamanya elu ga sadarkan diri setelah kejadian di sekolah, apa yang harus kulakukan agar kau kembali sadar, kak ar? Apa elu tau betapa sulitnya keadaanku saat ini?

Sedari pagi, marsya senantiasa menatap layar handphone miliknya tanpa bergeming sedikitpun. Ia pun berinisiatif kembali untuk menghubungi salah seorang terpenting dalam hidupnya

Numbering that your calling it's not answer--
Kumohon.. balaslah pa,ma!

"Permisi, apa benar ini ruangannya tuan arkana?" Dengan sopan, Perempuan berseragam serba putih itu pun memasuki ruangan, tak lupa disertai ketukan terlebih dahulu

"Ah ya, saya adiknya. Ada apa ya suster?"

"Mohon maaf, disini saya hanya ingin memberitahu bahwa batas pembayaran tuan arkana sudah hampir berakhir. Saya harap Anda mampu membayar secepatnya. Jika tidak, kami akan menindak tegasi hal ini. Sekali lagi mohon maaf, Ini sudah kebijakan dari pihak rumah sakit"

"Baiklah suster, saya usahakan sesegera mungkin. Terima kasih"

-dap,dap,dap-
Aku pun berlari, berlari dengan pikiran yang kacau. Pikiranku hanya stuck di satu tempat, Bank. Untungnya aku masih bisa mengendalikan diriku agar tidak melakukan hal-hal yang membahayakan.

"Permisi, saya ingin mengecek kiriman yang masuk pada nomor rekening ini" ucapku dengan nafas yang tersengal-Sengal sembari menyodorkan buku tabungan milikku

"Baik, mohon tunggu beberapa waktu ya" ucap salah seorang teller terhadapku

"Maaf, tidak ada kiriman atau sejenisnya yang masuk ke nomor rekening ini"

Deg;
Apa kalian pernah merasakan lutut yang bergetar, tubuh yang seketika lunglai disertai pikiran yang kacau disaat yang bersamaan? Itu lah yang Kualami detik ini.

Kenapa hal sesulit ini harus terjadi terhadapku? Dimana aku harus mencari uang untuk pengobatan kak ar?

Menangis;
Itulah Yang mampu kulakukan saat ini, mengingat betapa pedihnya kenyataan yang harus kuhadapi.

Pa, ma? Kenapa kalian tidak mempedulikan diriku dan kak ar disini? Kenapa kalian Tak kunjung pulang? Apa kalian bahagia disana?Apa kalian tau betapa sulitnya keadaan kami tanpa kalian?

" Menangis ga akan merubah keadaan! Hapus air matamu, dan kalau mau nangis jangan disini. Ini tempat umum, nih tisu buat elu"

Dear DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang